Kaji Relasi Pragmatis Sultan Banten-Portugis, Akademisi Ini Jadi Guru Besar UIN SMH

ADVERTISEMENT

Kaji Relasi Pragmatis Sultan Banten-Portugis, Akademisi Ini Jadi Guru Besar UIN SMH

Aris Rivaldo - detikEdu
Kamis, 22 Des 2022 20:45 WIB
Pengukuhan dua guru besar UIN SMH Banten
Foto: (Aris Rivaldo/detikcom)
Jakarta -

Mengapa pendiri Kesultanan Banten, Sultan Maulana Hasanuddin bekerja sama erat dengan Portugis? Alasannya ternyata cukup pragmatis. Kajian ini membuat akademisi Mufti Ali, SAg, MA, PhD dikukuhkan jadi guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten.

Mufti Ali dalam orasi ilmiahnya tentang kebijakan politik pragmatis Maulana Hasanuddin, pendiri Kesultanan Banten (1546-1570) terhadap Portugis menjelaskan kajian terhadap sumber-sumber primer Eropa terutama surat-surat para misionaris Katolik Portugis abad ke-16 dan catatan juru tulis wakil raja (viceroy) Portugis. Ia mengatakan catatan itu memberikan informasi penting bahwa hubungan pedagang antara Portugis dengan Banten sangat erat dibandingkan politik manapun.

"Sehingga Sunan Gunung Jati dan putranya, Hasanuddin berhasil membangun kawasan ibu kota karena keberhasilan dalam perdagangan lada dengan bangsa yang sejak 1511 menguasai Malaka," kata Mufti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sultan Maulana Malik Hasanuddin adalah putra dari Sunan Gunung Jati alias Syarif Hidayatullah dengan Nyi Kawunganten, putri Bupati Banten saat itu, Prabu Surosowan. Menurutnya, hubungan Banten dan Portugis pada tiga perempat terakhir abad ke-16 sangat erat, terutama pada periode kepemimpinan Maulana Hasanuddin (1546-1570 M).

"Orang Portugis ramai tinggal di Banten. Mereka membangun benteng untuk tempat tinggal mereka dan bahkan mengelola perkebunan lada di wilayah kesultanan Banten," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Padahal, imbuh Mufti, pada tahun 1526-1527, Portugis adalah musuh besar Banten. Namun lima tahun kemudian, tahun 1532, kerajaan Islam di barat Jawa ini beraliansi dalam perdagangan dan pertanahan demi memperkuat eksistensinya.

"Memperkuat eksistensi di wilayah yang sebagian besar pedalamannya masih di bawah kekuasaan kerajaan Pakuan-Pajajaran," urai dia.

Mufti mengatakan upaya Hasanuddin yang terus meningkatkan volume perdagangan dengan mitra barunya, mendorong Banten memperluas perkebunan ladanya ke wilayah Sumatera dan selatan Banten. Ia menjelaskan kebijakan politik ekonomi Banten semakin kuat pasca kematian pengeran Sultan Demak III.

"Kebijakan politik ekonomi luar negerinya semakin independen pasca terlepasnya status Banten sebagai vassal Demak, pada momentum kematian Pangeran Trenggana (Sultan Demak III) pada tahun 1546. Pada momentum tersebut Hasanuddin dilantik sebagai raja Banten yang terus meningkatkan postur ekonomi dan pertahanan Banten dengan terus menjaga kebijakan politik kooperatif terhadap Portugis, sebuah entitas politik, militer ekonomi superpower baru yang menguasai perdagangan di Samudera Hindia dan Asia Tenggara," katanya.

Berkat kebijakan politik Hasanuddin tersebut, membuat Banten berhasil mengangkat kemakmuran dan kekuasaannya. Pada saat itu pula kata dia Banten mampu membangun pasar dan alun-alun.

"Kebijakan politik strategis Hasanuddin berhasil mengangkat kemakmuran di Banten dan memperkuat postur pertahanannya. Pada masa kekuasaannya, ibu kota Banten lengkap dengan istana, alun-alun, dan pasar berhasil dibangun," tutur Mufti.

Selain Mufti, akademisi yang dikukuhkan menjadi guru besar UIN SMH adalah Prof Dr Naf'an Tarihoran, SPd, MHum. Naf'an dalam orasi ilmiahnya menjelaskan mengenai digital storytelling dalam pengajaran bahasa Inggris. Naf'an membahas soal membincangkan kembali metodologi pengajaran bahasa Inggris di Indonesia. Ia mengatakan sepanjang sejarah pembelajaran, bahasa Inggris telah menjadi permasalahan praktis yang penting.

"Dalam pandangan ilmu sosiolinguistik, bahasa Inggris termasuk sebagai Lingua Franca yang berfungsi sebagai bahasa penghubung ketika antara pembicara dan lawan bicara tidak dapat menguasai bahasa yang saling mengerti," tuturnya.

Pengukuhan dua guru besar tersebut dilakukan di Kampus I UIN SMH Banten di Gedung Aula Prof KH Syadzli Hasan pada Kamis (20/12/22) hari ini. Acara tersebut juga dihadiri oleh beberapa mantan Rektor UIN SMH Banten, diantaranya Prof Fauzul Iman, mantan wakil Rektor Prof Ilzamudin Ma'mur serta seluruh civitas akademik.

Rektor UIN SMH Banten, Prof Wawan Wahyuddin berharap keberadaan guru besar di kampus UIN SMH Banten mampu menciptakan riset-riset yang bermanfaat bagi kampus. Ia mengatakan riset-riset yang dikeluarkan oleh kampus UIN SMH Banten juga bisa memberikan manfaat bagi masyarakat Banten dan masyarakat Indonesia.

"Menciptakan riset-riset yang bermanfaat bagi masyarakat," katanya.

Ia mengatakan saat UIN SMH Banten sedang meningkatkan riset-riset penelitian. Ia berharap kedua guru besar yang telah dikukuhkan mampu berperan aktif dalam pendidikan riset dan pengabdian.

"Saat ini, kita sedang meningkatkan berbagai kegiatan penelitian. Para guru besar diharap mampu menjadi pioner kegiatan riset yang akan memunculkan kebaruan, jurnal terakreditasi nasional dan internasional, dan buku," tuturnya.




(nwk/pal)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads