Laboratorium Mikrobiologi Klinik (LMK) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) berhasil meraih akreditasi ISO 15189. Raihan ini, disebut Dekan FK UI Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, menempatkan LMK FK UI sebagai laboratorium mikrobiologi klinik pertama dan satu-satunya di Indonesia dengan predikat tersebut.
"Selamat atas kerja keras yang luar biasa dari LMK FKUI atas pencapaiannya sebagai laboratorium Mikrobiologi Klinik yang pertama dan satu-satunya di Indonesia yang berhasil Lulus ISO 15189," ujarnya, dari laman resmi UI, Senin (10/10/2022).
Ia berharap, LMK FK UI dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitasnya sebagai laboratorium hingga menjadi inspirasi laboratorium lainnya.
Sementara itu, dr. R. Fera Ibrahim selaku ketua LMK FKUI menyebut, akreditasi LMK FKUI dilaksanakan sebagai bentuk tanggung jawab, memperkokoh, dan pembuktian kemampuan serta profesionalitas laboratorium yang dipimpinnya.
"Pada 20 Juli 2022, Komite Akreditasi Nasional (KAN) memberikan kepercayaan kepada LMK FKUI sebagai laboratorium medik melalui akreditasi ISO 15189 dengan nomor akreditasi LM-089-IDN yang berlaku selama 5 tahun," ujarnya.
Ketua Tim Pakar LMK FK UI Prof. dr. Pratiwi Pudjilestari Sudarmono menambahkan, LMK FK UI memiliki bidang riset pengembangan yang menjamin semua kualitas pelayanan dan metode yang digunakan sudah sesuai dengan ilmu terkini.
LMK FKUI juga memberikan pelatihan kepada laboratorium jejaring untuk melakukan pemeriksaan mikrobiologi klinik yang sesuai standar.
"Keunggulan lainnya untuk pelayanan di LMK FK UI adalah pengalaman dari para staf pengajar Departemen Mikrobiologi klinik FK UI yang melakukan berbagai penelitian, kerja sama, dan pelatihan di dalam dan luar negeri," kata Prof Pratiwi.
"Peran serta dan kerja sama multidisiplin profesi selalu dilakukan dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi dan resistensi antimikroba di rumah sakit," sambungnya lagi.
Sebelumnya, LMK FKUI juga telah terakreditasi penuh oleh Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan (KALK) sebagai Laboratorium Kesehatan pada 12 September 2019 lalu dan berlaku selama 5 tahun ke depan.
LMK FK UI Pernah Jadi Pusat Rujukan Nasional WHO
Sejak 1960-an, LMK FK UI dipercaya memberikan pelayanan pemeriksaan mikrobiologi. Bahkan, laboratorium ini pernah menjadi pusat rujukan nasional World Health Organization (WHO) untuk kasus influenza.
Laboratorium tersebut juga menjadi mitra Departemen Kesehatan (kini Kementerian Kesehatan atau Kemenkes) Republik Indonesia untuk pencegahan dan mengatasi epidemi kolera dengan melakukan pendampingan dan pelayanan jemaah haji ke Arab Saudi.
Pada tahun 1994, LMK FK UI sempat ditunjuk sebagai pusat rujukan nasional untuk pemeriksaan mikrobiologi klinik oleh Menteri Riset dan Teknologi (sekarang berganti nama menjadi Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi).
Terakreditasi Sebagai WHO National HIVDR Laboratory
LMK FKUI terakreditasi WHO sebagai "WHO National HIVDR Laboratory" untuk pemeriksaan resistensi obat antiretroviral (ARV) yang digunakan dalam terapi infeksi HIV. LMK menjadi laboratorium pertama yang ditetapkan oleh Kemenkes sebagai laboratorium nasional untuk pengujian resistensi obat ARV sebagai penunjang program Pengendalian HIV/AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di Indonesia.
Ketika terjadi epidemi flu burung, LMK FK UI ditunjuk oleh Kemenkes sebagai laboratorium regional yang selanjutnya melakukan surveilans SARI (severe acute respiratory infection) dan ILI (influenza-like illness).
Tak sampai disitu, LMK FK UI juga terlibat dalam jejaring TB Nasional. Dalam artian, LMK FK UI ditunjuk menjadi laboratorium rujukan nasional Kemenkes untuk pemeriksaan tuberkulosis, seperti pemeriksaan molekuler, serologi, MOTT, dan riset operasional TB.
Mikrobiologi klinik sendiri memiliki peran penting dalam pencegahan dan pengendalian penyakit infeksi, dengan menunjang diagnosis dan melakukan deteksi penyebab yang tepat, sehingga dapat memandu klinisi melakukan tatalaksana yang benar dan tidak memicu resistensi antimikroba.
Pada era ini, penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan dunia secara global. Munculnya beragam penyakit baru dan kemunculan kembali penyakit lama (penyakit emerging dan re-emerging), seperti COVID-19 dan monkeypox. Selain itu, masalah resistensi antimikroba juga meningkat pesat hingga menjadi masalah dunia.
Simak Video "Kritikan Keras 'Puan Berbadan Tikus' Dari BEM UI yang Ngaku Tak Disetir"
[Gambas:Video 20detik]
(rah/rah)