Ketua Program MBKM Kemanusiaan FIKOM UMN Maria Advenita menjelaskan komunikasi kebencanaan menjadi sesuatu yang penting mengingat Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi bencana tertinggi di dunia.
"Indonesia itu seperti supermarket bencana. Maka dari itu, topik komunikasi kebencanaan diangkat sebagai upaya mendorong masyarakat untuk lebih terbuka berbicara tentang kebencanaan dan lebih siap menghadapi potensi-potensi bencana yang ada di Indonesia," jelas Maria saat memberikan sambutan pada Kick Off Program MBKM Kemanusiaan di Villa Hejo Kiara Payung Desa Panggarangan, Kecamatan Panggarangan, Kabupaten Lebak, Banten pada Jumat (19/8/2022).
Melalui program ini, UMN sebagai institusi pendidikan mengajak masyarakat melalui mahasiswanya untuk lebih sadar terhadap lingkungan sekitar dan mahasiswa juga diajak untuk lebih menajamkan sensibilitas pada kemanusiaan.
Sebanyak 16 mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi dan 6 mahasiswa prodi Jurnalistik mengikuti program ini. UMN menggandeng Gugus Mitigasi Lebak Selatan (GMLS) dan PT Multimedia Digital Nusantara (MDN) sebagai mitra tempat mahasiswa belajar.
"Dalam program MBKM Kemanusiaan, kami menggandeng GMLS yang secara entitas sudah menjalankan program kesiapsiagaan bencana dan resiliensi pasca bencana. Kemudian kami juga menggandeng MDN yang secara entitas rutin melakukan riset," ujar Vita.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Gugus Mitigasi Lebak Selatan Anis Faisal Reza menyambut baik program MBKM Kemanusiaan yang diusung oleh FIKOM UMN.
"Kami sangat bergembira menyambut program PKKM MBKM UMN ini. Keterlibatan mahasiswa dan dosen dari Ilmu Komunikasi dan Jurnalistik akan menambah kekuatan Kolaborasi Tsunami Ready yang sudah ada hampir 2 tahun di Desa Panggarangan. Persoalan-persoalan komunikasi dan literasi yang selama ini menjadi barrier dalam perintisan Tsunami Ready semoga akan dapat teratasi," terangnya.
Anis juga mengajak mahasiswa membayangkan berbagai potensi bencana di Desa Panggarangan Lebak Selatan untuk menghayati apa yang akan dikerjakan.
"Silakan rekan-rekan mahasiswa bayangkan, skenario terburuk apa yang akan terjadi, agar rekan-rekan semakin bisa menghayati apa yang akan dikerjakan. Bagaimana mengkomunikasikan science dan teknologi kepada masyarakat yang memang kurang literasinya," tuturnya.
Ia berharap kehadiran mahasiswa FIKOM UMN di Desa Panggarangan yang menampilkan kehidupan sangat berbeda dapat membuka khazanah pemikiran bahwasanya ada banyak sisi kehidupan yang selama ini tersembunyi di balik karpet merah glamornya kehidupan kota.
"Mahasiswa harus berani memerdekakan diri dari kotak-kotak isolasi pemikiran dan lepas dari mainstream. Semoga kehadiran mahasiswa juga menjadi benchmark bagi anak-anak muda yang ada di Desa Panggarangan, sehingga menjadi pemicu lompatan perbaikan bagi mereka," tandasnya. (Content Promotion/UMN)