Ketua Senat Akademik ITB: Produktivitas Riset Guru Besar Indonesia Rendah

ADVERTISEMENT

Ketua Senat Akademik ITB: Produktivitas Riset Guru Besar Indonesia Rendah

Nikita Rosa - detikEdu
Rabu, 02 Mar 2022 21:02 WIB
Makna Logo ITB
Foto: itb.ac.id
Jakarta -

Ketua Senat Akademik Institut Teknologi Bandung (ITB) Hermawan Kresno Dipojono mengakui posisi Indonesia dalam Global Innovation Index (GII) yang berada di bawah beberapa negara tetangga berkaitan dengan rendahnya kontribusi guru besar dalam segi riset.

"Walaupun berat, harus kita akui bahwa rendahnya GII yang berkonsekuensi pada rendahnya daya saing bangsa Indonesia itu berbanding lurus dengan rendahnya produktivitas para guru besar di perguruan tinggi yang dimiliki oleh Indonesia," ujar Hermawan pada Sidang Terbuka Dies Natalis ITB ke-63, Rabu (2/3/2022).

Hermawan menunjukkan dalam GII, sejumlah negara-negara di Asia mampu bersaing dengan negara Eropa, seperti Korea Selatan di peringkat ke-5, Singapura pada posisi ke-8, lalu China urutan ke-12, diiikuti Jepang, dan Malaysia di posisi ke-36. Adapun Indonesia dari data GII 2021 di urutan ke-87.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"China dapat menjadi sumber inspirasi yang menarik. Satu dekade yang lalu posisinya di GII masih nomor 29. Namun sepuluh tahun kemudian di 2021 GII-nya menempati urutan 12. Sehingga menempati posisi tertinggi di kelompok upper middle income countries," ujarnya.

Guru besar Fakultas Teknologi Industri pun menyatakan rendahnya produktivitas guru besar juga dialami ITB. Ia menuturkan fenomena itu dapat dibuktikan dalam berbagai pangkalan data penelitian, baik Scopus, Web of Science, dan lain-lain.

ADVERTISEMENT

"Fakta menunjukkan bahwa produktivitas research berkualitas guru besar ITB ini masih sangat rendah. Dibanding guru besar di perguruan tinggi negara tetangga apalagi di tingkat dunia," ujarnya.

Mengingat seorang guru besar merupakan academic leader atau panutan di kampus, menurut Hermawan hal tersebut akhirnya berimplikasi nyata dengan ikut menurunnya produktivitas riset berkualitas seluruh dosen ITB.

Hermawan mengajukan solusi dari permasalahan ini, yaitu kuota guru besar yang diizinkan terlibat dalam kegiatan administrasi atau hal lain yang tidak relevan dengan tugas utamanya. Guru besar difokuskan untuk menghasilkan penelitian dan pengajaran yang berkualitas.

"Tentu norma ini harus diikuti pula dengan berbagai turunan konsekuensinya. Termasuk dalam rekrutmen dosen baru. Faktor minat, bakat, passion belum dapat perhatian serius. ITB harus memastikan setiap dosen akan mencapai jenjang guru besar," ujarnya.

Dengan meningkatkan kualitas guru besar sebagai peneliti dan pendidik, diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berdaya juang tinggi dan inovatif.

Hermawan juga menuturkan untuk meningkatkan peringkat di indeks inovasi global, Indonesia perlu membenahi kebijakan. Kebijakan ini harus konsisten mendukung, mendorong, dan memfasilitasi perguruan tinggi menjadi super creative core.

Bahkan harus ditargetkan perguruan-perguruan tinggi tersebut menjadi pesaing MIT maupun Stanford. ITB merayakan Dies Natalis ke-63 secara hybrid yang dihadiri Rektor ITB Reini Wirahadikusumah dan Ketua Majelis Wali Amanat ITB Yani Panigoro




(pal/pal)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads