Mahasiswi Universitas Nottingham asal Indonesia, Kayla Z. Khairunnisa menceritakan pengalamannya selama tinggal di Inggris. Dia memiliki berbagai pengalaman untuk dibagi, mulai dari perbedaan jurusan Gizi di sana hingga stigma warga Eropa.
Mahasiswi tingkat akhir tersebut menyebutkan, Nottingham adalah kota yang tak terlalu besar atau terlalu kecil. Kota ini dijuluki sebagai Kota Robin Hood.
Perbedaan Jurusan Gizi di Universitas Nottingham dan Indonesia
Kayla turut menceritakan perbedaan kuliah jurusan Gizi di kampusnya dibandingkan di Indonesia. Dalam video yang diunggah CXO Media, Kayla menyebutkan, kampusnya menggolongkan Ilmu Gizi sebagai Ilmu Terapan Biologi dan lebih menekankan riset.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kampus tersebut juga mengajarkan para mahasiswanya bagaimana langkah-langkah pencegahan suatu penyakit. Menurut Kayla, disiplin gizi yang ia pelajari di sana sedikit berbeda dari universitas di Indonesia.
"Untuk sebagian orang melihat (jurusan) Nutritions itu adalah ilmu kesehatan yang sering dipasangkan dengan dokter. Mungkin kalau di Indonesia banyak seperti menjadi dokter gizi dan lain sebagainya yang memang memfokuskan pada gizi," ujar Kayla.
Menurutnya, ada juga beberapa universitas di Indonesia yang menjadikan jurusan gizi sebagai salah satu yang ada di bawah fakultas kesehatan masyarakat.
Fakta Stigma Individualisme Warga Eropa
Kayla menyampaikan, Inggris menggalakkan agar para warganya bergabung sebagai relawan bahkan meskipun masih anak-anak.
Dirinya pun tak tertinggal untuk ikut serta menjadi relawan COVID-19 di salah satu sentra vaksinasi di kawasan tempat tinggalnya.
Kayla punya tanggapan sendiri soal stigma penduduk Eropa yang individualis. Memiliki pengalaman tinggal beberapa tahun di Inggris membuatnya berkesimpulan, nilai orang Inggris untuk selalu berkontribusi pada masyarakat adalah sesuatu yang perlu dicontoh.
"Values di dalam masyarakatnya masih sangat kuat untuk membantu sesama," imbuhnya.
Kayla membenarkan bahwa orang Eropa memang fokus pada yang mereka kerjakan dan tidak ambil pusing pada yang dilakukan orang lain. Tetapi, hal itu tidak berarti mereka tidak peduli.
"Mereka mau menghabiskan waktunya untuk berkontribusi pada masyarakat," pungkas mahasiswi tersebut dalam bahasa Inggris.
(nah/lus)