Cerita Mahasiswi Gizi di Universitas Nottingham, Jelaskan Soal Beda Perkuliahan

ADVERTISEMENT

Cerita Mahasiswi Gizi di Universitas Nottingham, Jelaskan Soal Beda Perkuliahan

Novia Aisyah - detikEdu
Selasa, 09 Nov 2021 14:00 WIB
mahasiswi gizi universitas nottingham
Foto: Screenshot CXO Media
Jakarta -

Mahasiswi Universitas Nottingham asal Indonesia, Kayla Z. Khairunnisa menceritakan pengalamannya selama tinggal di Inggris. Dia memiliki berbagai pengalaman untuk dibagi, mulai dari perbedaan jurusan Gizi di sana hingga stigma warga Eropa.

Mahasiswi tingkat akhir tersebut menyebutkan, Nottingham adalah kota yang tak terlalu besar atau terlalu kecil. Kota ini dijuluki sebagai Kota Robin Hood.

Perbedaan Jurusan Gizi di Universitas Nottingham dan Indonesia

Kayla turut menceritakan perbedaan kuliah jurusan Gizi di kampusnya dibandingkan di Indonesia. Dalam video yang diunggah CXO Media, Kayla menyebutkan, kampusnya menggolongkan Ilmu Gizi sebagai Ilmu Terapan Biologi dan lebih menekankan riset.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kampus tersebut juga mengajarkan para mahasiswanya bagaimana langkah-langkah pencegahan suatu penyakit. Menurut Kayla, disiplin gizi yang ia pelajari di sana sedikit berbeda dari universitas di Indonesia.

"Untuk sebagian orang melihat (jurusan) Nutritions itu adalah ilmu kesehatan yang sering dipasangkan dengan dokter. Mungkin kalau di Indonesia banyak seperti menjadi dokter gizi dan lain sebagainya yang memang memfokuskan pada gizi," ujar Kayla.

ADVERTISEMENT

Menurutnya, ada juga beberapa universitas di Indonesia yang menjadikan jurusan gizi sebagai salah satu yang ada di bawah fakultas kesehatan masyarakat.

Fakta Stigma Individualisme Warga Eropa

Kayla menyampaikan, Inggris menggalakkan agar para warganya bergabung sebagai relawan bahkan meskipun masih anak-anak.

Dirinya pun tak tertinggal untuk ikut serta menjadi relawan COVID-19 di salah satu sentra vaksinasi di kawasan tempat tinggalnya.

Kayla punya tanggapan sendiri soal stigma penduduk Eropa yang individualis. Memiliki pengalaman tinggal beberapa tahun di Inggris membuatnya berkesimpulan, nilai orang Inggris untuk selalu berkontribusi pada masyarakat adalah sesuatu yang perlu dicontoh.

"Values di dalam masyarakatnya masih sangat kuat untuk membantu sesama," imbuhnya.

Kayla membenarkan bahwa orang Eropa memang fokus pada yang mereka kerjakan dan tidak ambil pusing pada yang dilakukan orang lain. Tetapi, hal itu tidak berarti mereka tidak peduli.

"Mereka mau menghabiskan waktunya untuk berkontribusi pada masyarakat," pungkas mahasiswi tersebut dalam bahasa Inggris.




(nah/lus)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads