"Jakarta tenggelam adalah clickbait bahasa media, tidak perlu khawatir, Jakarta memang berpotensi tenggelam tetapi tidak akan tenggelam," kata dosen Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika ITB Dr Heri Andreas, ST, MT.
Pembahasan benar tidaknya Jakarta akan tenggelam dilakukan dalam webinar berjudul Geodesink 2021: Our Sinking Capital From Geodesy's Perspective. Acara disiarkan lewat channel YouTube Geodesink pada Selasa (14/9/2021).
Menurut Heri kalimat Jakarta akan tenggelam sebetulnya hanya clickbait untuk meningkatkan perhatian masyarakat. Meski tidak tenggelam, Jakarta mengalami penurunan muka tanah sejak 1997. Menurut Heri penurunan ada yang mencapai 20 sentimeter per tahun.
Pada tahun 2012 dibuat skenario penurunan muka tanah dengan potensi tenggelamnya Jakarta mencapai 31 persen. Setelah skenario tersebut diperbarui, potensi Jakarta tenggelam menjadi 28 persen. Penurunan muka tanah bersifat dinamis sehingga harus selalu diupdate.
"Ini memang terlihat berkurang, tetapi potensinya masih ada," kata Heri yang merupakan dosen dari kelompok keahlian geodesi tersebut dikutip dari laman ITB.
Dari data model perbaruan terakhir diketahui, sebanyak 9 ribu hektare lahan berada di bawah permukaan laut. Namun di lapangan tetap kering karena adanya proses tanggul laut dan tanggul sungai.
Pada tahun ini, sebanyak 14 persen wilayah Jakarta sudah berada di bawah laut dan diperkirakan akan menjadi 28% pada tahun 2050. Beberapa tempat seperti Muara Baru sudah turun sejauh 1 meter.
Kondisi ini perlu diperhatikan karena akan terus bertambah jika terus diabaikan. Heri mengatakan, jika usaha kita tidak maksimal, maka pada tahun 2050 penurunannya akan mencapai 4 meter.
Menurut Heri jika hanya dipengaruhi kenaikan muka laut, maka hanya 292 hektare lahan saja yang akan tergenang dan tenggelam. Namun, jika ditambah pengaruh penurunan muka tanah jumlahnya menjadi 9 ribu hektare.
Permodelan yang dibuat ITB menyatakan, perubahan iklim di pesisir masih bisa membuat 16 ribu hektare lahan Jakarta terendam. Menghadapi kondisi ini, Heri menyarankan pencegahan dengan monitoring dan early warning.
Usaha pencegahan ini untuk menentukan aktor penyebab, serta memetakan risiko bencana. Tindakan lainnya adalah pembuatan tanggul, pembuatan pompa, serta mencari alternatif air tanah karena eksploitasi air tanah menyebabkan penurunan muka tanah.
(nah/row)