Mahasiswa Asal RI Gagalkan Kejahatan di Inggris: Cerita buat Ibu

ADVERTISEMENT

Mahasiswa Asal RI Gagalkan Kejahatan di Inggris: Cerita buat Ibu

Trisna Wulandari - detikEdu
Selasa, 23 Des 2025 08:00 WIB
Mahasiswa Asal RI Gagalkan Kejahatan di Inggris: Cerita buat Ibu
Mahasiswa asal Indonesia, Romaito Azhar, dapat penghargaan Kepolisian Kerajaan Inggris atas keberaniannya menggagalkan penculikan hingga bantu tangkap pelaku. Foto: Dok Romaito Azhar
Jakarta -

Mahasiswa Indonesia di Inggris, Romaito Azhar S I Kom M Sc, baru- baru ini mendapat penghargaan dari Kepolisian Kerajaan Inggris. Penghargaan tersebut mengapresiasi keberanian dan bantuannya dalam mengungkap kasus penculikan, pemerkosaan, dan dugaan pembunuhan berantai yang melibatkan tiga pelaku.

Pemberian penghargaan untuk Azhar, Rabu (17/12/2025) waktu setempat, diberikan dalam acara resmi yang dihadiri High Sheriff West Sussex, Timothy Fooks.

Kejadian kriminal tersebut berlangsung pada Agustus 2024 lalu. Setelah mengagalkan penculikan korban dari mobil yang sedang melaju dan merekam mobil pelaku, ia juga dilibatkan sebagai saksi kunci pada proses persidangan di sela tekanan proses penyelesaian kuliah S2 dengan beasiswa di University of Stirling, Inggris.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Azhar mengaku, hingga kini masih ada rasa takut dan waspada setiap berkegiatan di luar ruangan. Alumnus UIN Sultan Syarif Kasim Riau ini tidak menceritakan yang ia alami sama sekali pada keluarganya di Duri, Riau.

"Saya menjaga batin ibu saya aja sebenarnya. Jadi saya nggak kasih tau apapun susah saya di Inggris ini," ucapnya pada detikEdu, ditulis Senin (22/12/2025).

ADVERTISEMENT

Baru pada penerimaan penghargaan lalu, ia mengungkapkannya pada sang ibu. Baginya, kisah dan penghargaan ini jadi cerita untuk dibagikan dengan ibunya.

"Pas penghargaan ini lah baru ibu tahu, nangis," tuturnya.

Menggagalkan Penculikan

Kejadian tersebut terjadi sekitar 02.00 dini hari, sepulang ia kerja. Karena sedang musim panas, matahari terbenam sekitar 21.00. Pukul 02.00 pun terasa belum larut malam.

Ia menuturkan, Hove, East Sussex yang posh bukan kawasan party-goers, sehingga tidak ramai pada malam hari. Hanya ada dia dan sesekali pekerja lain yang tampak berjalan pulang usai kerja.

Azhar sedang menelepon ibunya saat terdengar suara perempuan berteriak. Ia semula menduga asal suara dari pasangan yang bertengkar, tetapi curiga karena teriakannya tak seperti orang marah.

Merasa ada yang tak beres, ia menutup telepon dengan ibunya dan merekam sumber suara. Asalnya dari mobil yang kemudian melaju.

Ia pun berlari sambil mereka mobil tersebut. Ada dua mobil pelaku, perempuan tersebut ada di mobil belakang yang berisi satu laki-laki pengemudi.

Azhar menuturkan, ia segera menarik perempuan tersebut agar dapat keluar dari mobil yang melaju. Beruntung, korban tersebut dapat keluar dari mobil pelaku kendati terguling di jalan.

Sementara pelaku kabur, ia kemudian menelepon polisi. Namun, ia kemudian merasa tidak aman karena dua pelaku lain rupanya memantau dari kejauhan.

Informasi dari Azhar kemudian digunakan kepolisian untuk menyusun kronologi dan penangkapan pelaku. Data CCTV juga ditelusuri hingga asal-usul mobil.

Rupanya, pelaku yang mengemudikan mobil berisi korban memiliki catatan kriminal. Mobil yang dipakai ternyata juga hasil penjarahan.

Tiga pelaku kemudian ditangkap. Namun, Azhar mengaku takut jika ada tindak pembalasan atau sejenisnya.

Kepada pihak kepolisian, ia semula meminta agar video rekaman kejadian darinya tidak ditayangkan atau disebarkan ke publik. Untuk menjadi saksi kunci di persidangan Pengadilan Mahkota Inggris, ia juga meminta agar dapat bersaksi di balik tirai.

Menyamarkan suaranya, ia juga cukup menjawab dengan 'ya' dan 'tidak'.

"Ketiga-tiganya udah ditangkap, terus yang satunya dituntut 14 tahun penjara," tuturnya.

"Dua orang lainnya, karena dia tidak tampak hadir di kejadian itu, tapi dia masuk dalam lingkaran penculikan-penculikan dan intensi untuk memerkosa itu, mereka di kakinya dikasih tag," imbuhnya.

Dalam acara penganugerahan, kepolisian menyatakan kesaksian Azhar sangat menentukan pemecahan kasus ini.

Chief Constable Jo Shinner mengatakan, kontribusi Azhar merupakan faktor penting yang yang mempercepat penyelidikan. Berkat keberanian dan kepeduliannya atas keselamatan publik, risiko jatuhnya korban baru dapat dicegah.

Lakukan yang Benar Meski Takut

Azhar mengatakan, kendati takut, ia tergerak menyelamatkan korban tersebut karena teringat adik perempuannya di Tanah Air. Tumbuh di keluarga berdarah Minangkabau, ia mengatakan perempuan menduduki posisi yang terhormat.

Terlebih, sebagai muslim, ia merasa terdorong untuk berbuat baik. Di sisi lain, ia mengatakan, aksinya juga terdorong dari rasa untuk membuktikan imigran dan people of color (PoC) sepertinya tak lantas berbahaya bagi penduduk setempat. Kontrasnya, pelaku merupakan warga kulit putih.

"Saya bilang, saya muslim. Ini adalah nilai yang saya pegang. Saya tidak bisa duduk dia saja menyaksikan peristiwa buruk ini terjadi. Dan dia support," tuturnya.

"Setidaknya saya membuktikan bahwa seorang imigran, orang Islam, muslim itu tidak sebagaimana anggapan kebanyakan dari mereka," tuturnya.

Cerita ini baginya juga jadi hadiah bagi ibu dan ayahnya. Bagi Azhar, tindakannya tidak lepas dari ajaran baik dan kasih sayang orang tuanya.

Ibu Azhar, Hefrina, sehari-hari berdagang di kantin SMAN 3 Kota Duri, Riau. Sementara itu, ayahnya seorang karyawan kontrak. Dukungan keduanya mengantarkan Azhar jadi sarjana ilmu komunikasi di UIN Suska Riau.

Bekal ini ia gunakan untuk lanjut studi S2 dengan beasiswa di Inggris. Kini, di sela studi PhD di Universitas Stirling, ia membuka rumah makan Asia bersama teman-teman di Brighton, Inggris.

"Saya ingin membuktikan, meyakinkan ke mama, bahwa mama orang baik, mama hebat, yang berhasil mendidik anak sampai sejauh ini. Saya merasa diberkati," ucapnya.

Ia harap, penghargaan yang didapat bisa menjadi cerita untuk ibunya.

"Ibu saya orang susah. Saya juga nggak bisa bawa ibu jalan-jalan. Jadi ini jadi cerita untuk ibu saya, kenang-kenangan, 'benar ini anak saya ini?'," tuturnya menirukan sang ibu.

"Saya tuh pengen buat mama saya senyum aja, biar senyum bahagia gitu kan: oh, ada sesuatu yang saya lakukan, nggak diam aja. Jadi ini hadiah untuk ibu-bapak saya," sambung Azhar.

Pesan buat Calon Mahasiswa Perantau

Ia berharap ceritanya juga tak menghentikan calon mahasiswa untuk studi di luar negeri, termasuk Inggris. Kendati menjadi pendatang kulit berwarna (PoC) dan terkadang dipandang sebelah mata, baginya penting untuk tetap memperjuangkan pendidikan sambil menjaga adab.

"Orang Indonesia itu manusia biasa, baik, aman, suka senyum, dan mereka suka sekali. It's no doubt.

Mereka senang sekali, karena kita itu punya adab," ucapnya.




(twu/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads