Selalu ada hal menarik dari perjalanan mahasiswa berprestasi contohnya pada Muh Ridho Kurniawan Saadi. Saat wisuda Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 1 tahun akademik 2025/2026, Ridho dinobatkan sebagai wisudawan terbaik.
Dari ribuan lulusan yang mengikuti wisuda tersebut, Ridho adalah seorang pria yang berasal dari desa kecil di Sulawesi Tenggara, yakni Pulau Buton. Meski akses pendidikan masih terbatas di daerahnya, tapi Ridho bisa menembusnya dan lulus masuk UGM.
Ridho juga lulus dengan predikat cumlaude. Ia lulus dalam waktu 3 tahun 11 bulan dengan IPK hampir sempurna yakni 3,94.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan Ridho meraih prestasi tersebut tidaklah semudah yang didengar. Ridho sempat terkendala biaya untuk kuliah.
Namun, bagaimana cara Ridho menembus keterbatasan tersebut? In kisahnya.
Senang Akuntansi-Juarai OSN
Ridho memilih jurusan akuntansi bukan karena ikut-ikutan tetapi dengan alasan yang kuat. Kecintaan Ridho pada ekonomi dan akuntansi sudah tumbuh sejak SMP.
Ia pernah meraih medali perunggu OSN IPS SMP dan dua kali mewakili Sulawesi Tenggara dalam OSN Ekonomi SMA. Dari sana, hatinya mantap untuk memilih akuntansi sebagai jalan karier ke depan.
"Saat mengikuti lomba nasional, saya menjadi sadar bahwa kesempatan belajar akan jauh lebih luas jika saya merantau dan pilihan saya jatuh ke FEB UGM," katanya dikutip dari laman FEB UGM, Kamis (27/11/2025).
Sempat Terkendala Biaya
Meski dalam hal akademik orang tua Ridho percaya anaknya dapat menembus UGM, tapi ada satu hal yang hampir menyurutkan mimpi Ridho yakni biaya. Akan tetapi, Ridho mampu meyakinkan orang tuanya agar tidak khawatir soal biaya.
"Awalnya orang tua sedikit khawatir karena mereka tidak ada gambaran menyekolahkan anak sejauh ini. Namun setelah saya menjelaskan terkait peluang beasiswa dan peluang pendapatan dari banyak sumber lainnya seperti lomba, kepanitiaan hingga asistensi dosen, orang tua saya menjadi lebih tenang," katanya
Beruntung, Ridho memperoleh beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah. Beasiswa tersebut mendorong Ridho belajar dengan sungguh-sungguh.
Diterpa Ujian Berat Saat Kuliah
Sejak memulai studi pada 2021, Ridho merasa lingkungan FEB UGM sangat mendukung. Namun kisahnya ternyata tak semulus itu, sang ibu meninggalkannya di tengah ia sedang bersemangat kuliah.
Ibunya meninggal akibat penyakit jantung. Ridho pun merasa kehilangan sosok yang menjadi semangat hidupnya.
"Telepon terakhir bersama ibu, waktu itu saya cerita telat mengumpulkan salah satu tugas Ujian Akhir Semester karena kecerobohan dalam melihat deadline ujian. Namun, beliau lah yang meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja," kenangnya.
Meski terpukul, Ridho terus melangkah. Ia berusaha sekuat tenaga untuk ikhlas dan fokus belajar.
Sebagai wakil wisudawan, Ridho menyampaikan pesan inspiratif. Ia yakin bahwa, " If we can dream it, we can make it come true."
(cyu/pal)











































