Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Cileunyi Bandung, Jawa Barat, menjadi salah satu sekolah luar biasa yang bisa menjadi contoh. Lewat program vokasi yang terstruktur, sekolah ini mampu membuat 80 hingga 90 persen lulusannya terserap di dunia kerja.
Kepala SLB Negeri Cileunyi, Wawan, menyebut keberhasilan ini lahir dari transformasi yang dilakukan sekolahnya lewat program bernama Garuda Jaya atau Gerakan Disabilitas Muda Berdaya dalam Bekerja dan Berkarya.
"Hampir di 80-90% anak-anak kami terserap di dunia industri, dunia usaha, dunia kerja untuk mereka dapat bekerjaan. Anak-anak kami tidak butuh kasihan, tetapi anak-anak kami membutuhkan kesempatan yang sama untuk juga mereka mendapatkan haknya," kata Wawan dalam acara Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun 2025 di Hotel Ciputra, Jalan Letnan Jenderal S Parman, Jakarta Barat pada Kamis (27/11/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Program inilah yang kemudian membawa Wawan menjadi peserta kategori Kepala Sekolah SLB Transformatif dalam ajang Apresiasi Guru dan Tenaga Kependidiman 2025, yang merupakan salah satu dari rangkaian peringatan Hari Guru Nasional 2025.
Apa rahasianya sekolah ini bisa melakukan hal tersebut?
Buat Asesmen Vokasi
Kunci pertama menurut Wawan adalah mengetahui potensi setiap anak. Sekolah ini melakukan asesmen vokasi untuk memetakan bakat, minat, dan kebutuhan belajar siswa.
Dengan asesmen tersebut, sekolah dapat menempatkan siswa ke dalam kelompok keterampilan seperti tata boga, desain grafis, TIK, atau souvenir.
"Asesmen vokasi menjadi penting untuk memastikan kebutuhan belajar, bakat, minat anak mana yang sesuai dengan kebutuhan belajar. Sesuai tentunya dengan keterampilan yang kita berikan," kata Wawan.
Pembelajaran Berbasis Kemitraan
Wawan menyebut SLBN Cileunyi tidak bekerja sendiri. Mereka menjalin kemitraan dengan sekolah kejuruan dan industri seperti SMKN 9 Bandung dan SMK Pariwisata Bandung.
Lewat skema mitra vokasi ini, pembelajaran dimodifikasi agar siswa belajar langsung dari praktisi, sekaligus berbaur dengan siswa sebaya di SMK. Menurut Wawan dengan cara inu soft skill dan hard skill siswa meningkat signifikan.
"Sehingga dalam prakteknya anak-anak kami akan diberikan pembelajaran dengan tema-tema yang sejenis. Sehingga anak-anak kami bisa belajar bersama dengan anak-anak pada umurnya," kata Wawan.
PKL untuk Pengalaman Nyata
Cara berikutnya yang diterapkan SLBN Cileunyi adalah memberikan pengalaman nyata melalui praktik kerja lapangan (PKL). Di tahap ini, siswa diterjunkan ke dunia kerja sehingga memahami ritme, tuntutan, dan etika di lingkungan profesional.
"Langkah ketiga adalah praktek kerja lapangan berbasis vokasi. Ini juga menjadi sangat penting, memastikan anak-anak kita mendapatkan pengalaman belajar secara konkret terkait persiapan mereka untuk bekerja," katanya.
Sertifikasi BNSP untuk Modal Melamar Kerja
Terakhir, SLBN Cileunyi mendaftarkan siswanya mengikuti uji kompetensi. Mereka lulus dengan mengantongi lisensi LSP P1 BNSP.
"Ini satu lembaga yang melakukan proses uji kompetensi pada anak-anak kami, sehingga anak-anak kami mendapatkan sertifikat kompetensi yang sifatnya kompetensi spesifik yang akan menjadi modal untuk mereka melamar pekerjaan," kata Wawan.
Job Fair dan Penyaluran Kerja
Kemudian, SLBN Cileunyi juga menggelar job fair melalui bursa kerja khusus (BKK) yang sudah berizin resmi dari Dinas Ketenagakerjaan. Dari sini, sekolah mendapat data yang akurat mengenai penyerapan lulusan ke industri.
"Sehingga dengan expo dan job fair ini, kita punya data untuk memastikan anak-anak kita terserap di dunia industri, dunia usaha dan dunia pekerjaan," ujarnya.
Meski penyerapan kerja tinggi, Wawan tak menutup mata dari tantangan yang ada. Di Jawa Barat, 60-70 persen siswa SLB memiliki hambatan intelektual atau hambatan ganda.
"Sehingga bagaimana sebenarnya pemerintah, sekolah, masyarakat, keluarga, menyiapkan ini untuk bisa setelah selesai sekolah mandiri di rumah," katanya.
(cyu/nah)











































