Jessie Manopo menjadi sorotan usai menyandang status sebagai wisudawan Doktor termuda dalam Wisuda ITB periode Oktober 2025. Siapakah sosok berprestasi ini?
Jessie, panggilan akrabnya, mendapat gelar Doktor Fisika di usianya yang baru 25 tahun 10 bulan. Tak hanya itu, ia juga lulus dengan predikat "SummaCumlaude".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, kunci utama percepatan studinya adalah program PMDSU atau Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul. Program ini dirancang untuk mengintegrasikan jenjang S2 dan S3 hanya dalam waktu empat tahun.
Motivasi Jessie untuk bergabung dengan PMDSU telah tumbuh sejak ia menempuh pendidikan S1.
"Awalnya waktu S1 ada kakak tingkat yang juga lanjut S2-S3 dengan beasiswa PMDSU. Beliau diundang ke kampus untuk mengisi acara, dan setelah mendengar testimoninya saya jadi tertarik," ujarnya dalam laman ITB, Selasa (11/11/2025).
Awal Mula Kecintaan pada Dunia Sains
Jessie mengaku sudah tertarik dengan dunia sains sejak di bangku SMA. Menurutnya, bidang ini cukup seru lantaran mengajarkannya cara berpikir
"Kalau dulu SMA suka matematika dan fisika karena seru bisa melatih cara berpikir," kenangnya.
Ia memulai studi di bidang sains dari S1 Fisika di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Ia merasa dosen-dosen S1 berhasil membuatnya melihat fisika sebagai ilmu yang menarik untuk mempelajari alam semesta.
Titik baliknya terjadi di semester 6, saat ia mulai belajar Fisika Zat Padat. Dari situ, ia tertarik untuk menekuni riset di bidang ilmu material.
Kecintaannya pada programming, membuat Jessie menggabungkan kedua minatnya dan memilih bidang spesifik, Computational Materials Science (Ilmu Material Komputasi). Bahkan, ia sudah mulai mempelajari Density Functional Theory (DFT) sejak S1, sebuah metode yang akhirnya ia tekuni hingga jenjang S3.
Strategi Kebut S2-S3
Menjalani program S2 dan S3 secara bersamaan menuntut strategi manajemen waktu yang efektif. Jessie bercerita jika ia sengaja menyelesaikan semua materi di awal perkuliahan agar bisa fokus riset.
"Tipsnya, habisin semua kuliah di tahun pertama supaya pada saat tahun kedua bisa mulai fokus riset," katanya.
Di luar strategi akademik, Jessie juga menerapkan kedisiplinan selama masa studinya. Selama menjalani studi S3, ia secara konsisten bekerja di laboratorium setiap hari kerja, mulai pukul 9 pagi hingga 5 sore. Setelah jam kerja, Jessie memanfaatkan waktu untuk beristirahat.
Disiplin dan etos kerja yang kuat ini membuahkan hasil riset yang fantastis. Sepanjang masa studinya dari S1 hingga S3, Jessie berhasil memublikasikan enam research paper, dengan tiga sebagai penulis pertama (first-author) dan tiga sebagai co-author.
Karya-karya ilmiah ini telah dimuat di jurnal Q1 Materials Chemistry and Physics (saat S1) dan RSC Advances (saat S2).
(nir/pal)











































