Dulu Lulus S1 Tanpa Skripsi, Kini Rizal Galih Selesaikan S2 UGM dengan IPK 4.00!

ADVERTISEMENT

Dulu Lulus S1 Tanpa Skripsi, Kini Rizal Galih Selesaikan S2 UGM dengan IPK 4.00!

Devita Savitri - detikEdu
Jumat, 07 Nov 2025 16:00 WIB
Rizal Galih, wisudawan S2 UGM dengan IPK 4!
Rizal Galih, wisudawan S2 UGM dengan IPK 4! Foto: dok. Universitas Gadjah Mada
Jakarta -

Sukses di bidang akademik mungkin menjadi salah satu harapan banyak pelajar di seluruh dunia. Hal itu nyatanya berhasil diwujudkan oleh Rizal Galih Pradana.

Meski baru berusia 25 tahun, Rizal berhasil menorehkan prestasi akademik. Ia baru saja berhasil menyelesaikan pendidikan S2 dari program studi Magister Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan waktu tempuh studi 1 tahun 10 bulan 17 hari.

Tak hanya itu, ia menjadi satu dari 25 lulusan S2 yang berhasil meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) 4,00. Prestasi ini dicapai Rizal dengan beasiswa S2 dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Keren!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lulus S1 Tanpa Skripsi

Berbagai prestasi yang didapatkan Rizal ternyata bukan pertama kalinya. Dalam arsip detikEdu yang juga dicocokkan pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) Kemdiktisaintek, Rizal juga lulus S1 dengan prestasi.

ADVERTISEMENT

Ia merupakan alumnus Universitas Sebelas Maret (UNS) yang lulus pada tahun akademik 2021/2022. Uniknya, Rizal berhasil lulus dari UNS tanpa skripsi.

Berdasarkan Keputusan Rektor UNS Nomor 787/UN27/HK/2019 tentang Penghargaan Akademik Kegiatan Penalaran Mahasiswa UNS, kampus menetapkan mahasiswa yang lolos Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas), baik finalis maupun medalis, bisa bebas dari ujian skripsi.

Dalam aturan tersebut, tercatat nama Rizal Galih Pradana yang berhasil lulus tahun 2022 dari prodi Psikologi UNS tanpa skripsi. Rizal disebut telah berhasil mengikuti Pimnas sebanyak dua kali pada 2020 dan 2021.

Pada 2020, ia berhasil lolos Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) ke Pimnas. Modal prestasi ini kemudian dibawanya untuk mendapatkan beasiswa LPDP.

Sempat Dihadang Perubahan Kebijakan

Namun, sebuah tantangan datang ketika Rizal ingin mendaftar S2 di UGM. Diceritakannya, ia awalnya mendapat beasiswa LPDP untuk Program Magister Psikologi Profesi.

Sudah mantap ingin melanjutkan studi, ternyata ada perubahan mendadak terkait kebijakan di bidang kurikulum UGM. Kala itu, program Magister Psikologi Profesi pada akhirnya ditutup.

Lantaran keadaan ini, Rizal diberikan dua pilihan. Pertama, ia melanjutkan studi dengan LPDP tetapi berpindah jurusan ke Magister Psikologi Sains. Opsi kedua, ia menunggu kepastian dari profesi.

Setelah berpikir, ia akhirnya memilih untuk melanjutkan studi pada program Magister Psikologi Sains UGM. Pilihan itu nyatanya tepat, dan ia kini mengantongi IPK 4,00.

"Jadi, saya bersyukur waktu itu keputusan yang saya ambil adalah tetap lanjut dengan pindah jurusan ke Magister Psikologi Sains," katanya.

Berbeda dari rencana awal studinya, Rizal kemudian harus melakukan penyesuaian diri. Terutama, terkait riset tesis dan peminatan studi.

Magister Psikologi Sains mengharuskan Rizal mempelajari metode analisis yang baru, yakni Structural Equation Modeling (SEM). SEM merupakan metode yang membuat peneliti bisa memperkirakan suatu hubungan kompleks dari beberapa variabel.

Metode ini tergolong sesuatu yang baru baginya. Kendati demikian, tantangan itu berhasil dilalui usai bertemu dengan Dekan Fakultas Psikologi UGM sekaligus dosen pembimbingnya, Rahmat Hidayat.

Saat itu, Rahmat Hidayat tengah membuka riset payung mengenai food choice (pilihan makanan) dan mengundang mahasiswa untuk bergabung. Salah satunya adalah Rizal.

Tips Belajar dari Alumnus S2 UGM IPK 4!

Menjadi awardee LPDP mengharuskan Rizal mempertanggungjawabkan nilai akademiknya. Ia mengaku selalu berusaha semaksimal mungkin dalam mengerjakan tugas dan ujian.

"Pokoknya saya nothing to lose (berprinsip maju terus, tidak ada ruginya) dan memberikan upaya terbaik yang bisa saya lakukan," katanya.

Rizal juga memberikan tips belajar yang bisa ditiru mahasiswa lain, yakni:

1. Perhatikan sistem atau kriteria penilaian di program studi atau kampusmu.

2. Lihat karakteristik dosen, caranya dengan bertanya pada kakak tingkat mengenai jenis ujian atau penilaian yang menjadi ciri khas dosen.

3. Memanfaatkan kesempatan yang datang sebaik mungkin.

Bagi Rizal, kesempatan belajar di jenjang perguruan tinggi merupakan sebuah upaya untuk memperbaiki kesalahan dan membantu kita memahami hal yang belum diketahui. Hal ini tentunya berbeda dengan dunia kerja.

"Karena kalau sudah masuk ke dunia industri atau dunia kerja itu kita biasanya lebih ke learning by doing (belajar sambil melakukan). Manfaatkanlah kesempatan ketika diberi kesempatan untuk studi di perguruan tinggi," ucapnya.




(det/twu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads