Rosarius Tebai resmi diwisuda dari Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta (FMIPA UNJ), Rabu (29/10/2025). Wisudawan asal Kabupaten Dogiyai, Provinsi Papua Tengah ini merupakan penerima beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi.
Mengenang awal kuliah, Rio, begitu ia akrab dipanggil, mengaku semula tak banyak tahu soal almamaternya tersebut. Namun, ia semangat untuk lanjut pendidikan tinggi.
"Setelah lulus SMA, saya ikut tes dari Kabupaten Nabire dan akhirnya diterima di UNJ. Saat itu kami belum tahu banyak tentang UNJ dan Jakarta, kami hanya senang bisa lanjut sekolah," kenangnya, dikutip dari laman kampus, Kamis (30/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ingin Mengabdi di Papua
Rio semula tertarik kuliah kedokteran. Namun, ia akhirnya memantapkan pilihan pada prodi biologi.
Ia menilai, ilmu biologi membuka kesempatan uang luas untuk memahami kehidupan dan potensi sumber daya alam, khususnya di Papua. Ilmu ini menurutnya menjadi bekal penting yang menunjang pengetahuannya selama ini sebagai warga tanah Papua.
Rio mengungkapkan keinginannya untuk membangun dunia riset di Papua. Tanah asalnya ini ia sebut "surga riset" karena punya kekayaan alam dan keanekaragaman hayati luar biasa.
Ia berpendapat, daerah pedalaman di Papua juga sangat butuh tenaga muda terdidik. Untuk itu, ia bercita-cita kembali kembali ke Papua dan mengabdi di tanah kelahirannya.
"Kami, putra daerah, sudah mengenal medan. Dengan ilmu yang kami dapat, kami bisa mengeksplorasi banyak hal di Papua," ucapnya.
Belajar-Adaptasi di UNJ
Perkuliahan di UNJ menurut Rio tak hanya soal akademik, tetapi juga menimba pengalaman, membentuk pola pikir, dan membangun cara hidup.
"Di sini, pola pikir dan cara hidup saya berubah. Disiplin waktu dan sistem perkuliahan di Jakarta lebih ketat, sementara di Papua dulu lebih santai," tuturnya.
Ia juga mengapresiasi dosennya selama studi. Bagi Rio, para dosen pengertian dan mendukung perkembangannya sebagai mahasiswa.
"Mereka memahami kemampuan saya dan banyak membantu," ucapnya.
Ia mengaku kuliah di ibu kota punya tantangan tersendiri. Adaptasi, menurut mahasiswa Biologi UNJ angkatan 2018 ini, menjadi tantangan terbesar yang memengaruhi panjang masa studinya.
"Adaptasi jadi tantangan terbesar. Perbedaan lingkungan, budaya, dan gaya belajar membuat saya harus menyesuaikan diri," jelasnya.
Kendati demikian, ia mengajak anak Papua untuk semangat meraih pendidikan tinggi sambil merantau.
"Mahasiswa Papua harus berani merantau dan jangan minder karena berbeda ras. Kalau kamu minder, berarti kamu tertinggal. Rajinlah masuk kuliah, karena kalau tidak, kita akan rugi dan tertinggal banyak materi," ucapnya.
"Di luar sana banyak cobaan. Jadi harus kuat dan jangan mudah menyerah. Kebanyakan anak Papua selalu minder, padahal kita bisa," imbuh Rio.
(twu/pal)








































.webp)













 
             
             
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
  
 