Hidup sehat ternyata bisa dimulai dari langkah kecil di kelas. Dua guru, Asteria dan Arsad, membuktikan bahwa membangun budaya hidup sehat di sekolah tak harus lewat teori rumit, tetapi lewat kebiasaan sederhana yang menyenangkan dan konsisten.
Dalam talkshow Guru Belajar Foundation di acara Temu Pendidik Nusantara (TPN) 2025, keduanya berbagi kisah inspiratif tentang bagaimana mereka menanamkan kesadaran gizi dan olahraga di kalangan siswa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Murid Belajar Gizi Lewat Jurnal Makan
Guru PJOK, Asteria dari SMK PIUS X Magelang menceritakan bagaimana caranya mengajarkan edukasi kesehatan. Ia menugaskan siswanya menulis catatan makanan selama satu minggu, mulai dari sarapan hingga camilan.
Dari catatan itu, siswa diminta menganalisis mana makanan bergizi dan mana yang tidak. Pembiasaan ini bantu siswa jadi tahu mana saja makanan yang bergizi.
"Selama satu minggu, menuliskan makanan-makanan atau sarapan mereka, makan apa saja di dalam setiap harinya. Lalu saya minta mereka untuk menganalisis dari makanan-makanan yang sudah mereka tuliskan, mana yang masuk dalam makanan yang baik dan mana yang masuk yang kurang baik," jelas Aster di Sekolah Cikal, Jakarta Selatan, Minggu (12/10/2025).
Setelah menyadari banyak makanan favorit mereka tinggi gula dan garam, para siswa mulai mengubah kebiasaan makan. Tak berhenti di situ, Aster juga mengajak mereka membuat proyek sarapan sehat dengan bekal sederhana dari kos atau rumah.
"Nah itu mereka mulai menyadari, oh iya ya ternyata kok yang saya makan itu kadar gulanya tinggi atau kadar garamnya tinggi seperti itu. Nah lalu setelah memilah, akhirnya membuat proyek juga untuk membuat sarapan sehat," katanya.
Untuk menjaga semangat, Aster menciptakan tantangan aktivitas fisik di kelas. Murid diajak jogging bareng, senam aerobik lewat YouTube, atau olahraga kelompok berdasarkan tempat tinggal.
"Kalau dalam kelompok, ada semangatnya. Misalnya jogging bareng, rame-rame, itu kan nggak kerasa gitu ya. Jadi saya mengelompokkan berdasarkan tempat tinggal," katanya.
Guru Jadi Teladan, Digugu dan Ditiru
Tak hanya Aster, guru PJOK dari SMA Negeri 1 Sarolangun, Jambi yakni Arsad juga membagikan pengalamannya di sekolah. Ia menekankan pentingnya peran guru sebagai teladan.
"Ada peran lain yang kita lakukan di sekolah, bagaimana setiap harinya ada banyak pasang mata memperhatikan kita, baik cara kita berbicara, baik cara kita bersikap, dan kebiasaan-kebiasaan lainnya yang kita lakukan; entah itu di lingkungan sekolah, di luar lingkungan sekolah," ucapnya.
Arsad mengaku mendapat banyak inspirasi dari program Nutrifood Physical Education Teacher (NPEG). Dari sana, ia menciptakan inovasi sederhana di sekolahnya yakni Recycle to Masker, dari barang bekas jadi bugar. Seperti apa inovasinya?
Dumbbell dari Botol Air Mineral
Berawal dari kaca besar di lorong sekolah yang biasa hanya dipakai murid untuk merapikan jilbab atau rambut, Arsad punya ide menarik yakni mengubahnya jadi mini gym.
"Kami membuat sebuah program yang bernama Recycle to Masker. Dari barang bekas jadi bugar. Sederhana sekali, dari barang bekas jadi bugar," katanya.
Ia membuat dumbbell dari botol air mineral 1,5 liter. Dibakar setengahnya, diisi pasir biar beratnya sekitar 1,5 kilo, lalu dicat dan diberi nama masing-masing.
"Akhirnya itu jadi kebiasaan yang kami lakukan di sekolah. Dan sekarang ada banyak dumbbell yang dibariskan di ruangan itu, anak-anak datang bukan sekedar penasaran, tapi memang coba," tuturnya.
Inovasi kecil itu menurut Arsad membuat sekolahnya punya budaya baru, yakni bergerak aktif tanpa paksaan. Bahkan ruang kaca yang dulu sepi kini jadi spot favorit.
"Kita jangan pernah berhenti Bapak-Ibu, untuk menjadi contoh yang baik buat siswa-siswa kita," pungkasnya.
(cyu/twu)