Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil melakukan kajian prediksi ketersediaan air di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara dengan data satelit. Seperti apa hasilnya?
Menurut lamanBRIN, para peneliti melakukan prediksi dengan menggunakan pendekatan artificial neural network (ANN). Dengan model yang dibangun, mereka berhasil mendapatkan akurasi sangat tinggi yakni 97,7% dengan kappa index 0,96.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasil prediksi menunjukkan persentase ketersediaan air di wilayah IKN dan sekitarnya adalah air tinggi/HW (0,51%), air vegetasi/VW (20,41%), dan non air/NW (79,08%).
Pembangunan di IKN Berhadapan dengan Krisis Air
Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, Laras Toersilowati, mengatakan penelitian ini berangkat dari fenomena meningkatnya perubahan iklim di kawasan perkotaan akibat urbanisasi, perubahan tutupan lahan, dan meningkatnya emisi polutan. Ia menekankan pentingnya data satelit sebagai instrumen utama dalam penelitian iklim modern.
Isu ketersediaan air menjadi sangat penting mengingat pembangunan di IKN berhadapan langsung dengan krisis air.
"Ketersediaan air diIKN menjadi isu penting. Jika tidak diantisipasi sejak awal, pembangunan besar-besaran di wilayah tersebut dapat berhadapan dengan risiko krisis air," terang Laras dalam lamanBRIN dikutip Senin (22/9/2025).
Alasan penggunaan data satelit adalah data tersebut memungkinkan pemangku kebijakan melihat pola perubahan iklim secara lebih detail, baik dari sisi ruang maupun waktu. Dengan informasi ini, pemangku kebijakan bisa lebih tepat memahami bagaimana kota berkembang dan apa dampaknya terhadap lingkungan.
"Data satelit bukan hanya soal angka atau peta, tetapi juga dasar bagi pemerintah dalam membuat keputusan strategis agar pembangunan kota di Indonesia tetap berkelanjutan," ujarnya.
Seiring meningkatnya ancaman perubahan iklim global, BRIN menegaskan komitmennya untuk melanjutkan riset berbasis data satelit.
"Dengan begitu, Indonesia dapat mengembangkan sistem peringatan dini, strategi adaptasi, serta kebijakan tata kota yang ramah lingkungan dan tangguh menghadapi perubahan iklim," tutur Laras.
Untuk diketahui, Organisasi Riset Kebumian dan Maritim melalui Pusat Riset Iklim dan Atmosfer memaparkan hasil penelitian terbaru terkait pemanfaatan data satelit. Kajian ini dilakukan sejak tahun 2022 hingga 2025, dengan fokus pada lima studi kasus.
(nir/nah)