Wakil Wali Kota Serang, Nur Agis Aulia berhasil meraih jabatan publik yang prestisius bagi seseorang yang berasal dari keluarga biasa. Pencapaian itu dia raih setelah menjalani sejumlah profesi, hingga akhirnya beralih menjadi wirausaha dengan membuka peternakan kambing yang dia beri nama Jawara Farm.
Agis berhasil memberdayakan ratusan peternak dan mengangkat taraf ekonomi mereka ketika menjadi wirausaha. Keyakinan itu kemudian menjadi pedoman bagi Agis untuk terjun ke dunia politik. Baginya, dengan menjadi pejabat publik, dampak yang diberikan kepada masyarakat bisa jauh lebih besar.
"Semua berawal dari mimpi untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan dan kebodohan. Ini menjadi narasi besar saya," ujar Agis dalam keterangan tertulis, Rabu, (27/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Agis terpilih sebagai anggota DPRD untuk periode 2019-2024 Di tahun 2019 di Pemilihan Legislatif Kota Serang. Dengan menjadi anggota DPRD, Agus kemudian didorong untuk berlaga di Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serang pada 2024 bersama dengan calon Wali Kota Budi Rustandi, hingga akhirnya Agis berhasil memimpin Kota Serang.
"Setelah terpilih kami optimalkan peran-peran yang kami miliki. Kalau saya di Jawara Farm, 500 orang yang bisa terbantu. DPRD bisa puluhan ribu, jadi Wakil Wali Kota ini saya targetkan ratusan ribu bahkan jutaan orang bisa saya bantu melalui kebijakan. Nah, ini bagian lompatan saya untuk melipatgandakan kebaikan, memperkuat dan memperluas kebaikan," paparnya.
Berasal dari Keluarga Biasa
Lahir di Serang, 21 April 1989, Agis tumbuh dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang ASN golongan rendah dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Usai sekolah dasar dan menengah di kota kelahirannya, Nur Agis Aulia meneruskan studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (UGM).
Dengan latar belakangnya, Agis kemudian menyadari bahwa banyak keluarga lain di daerahnya yang masih memerlukan dukungan. Dorongan itu yang kemudian membuat dia memutuskan untuk meninggalkan posisinya yang nyaman di BUMN. Dari Jakarta, ia memutuskan pulang ke kampung halamannya di Serang, Banten, untuk mengembangkan potensi daerah asalnya.
"Saya melihat bahwa di desa itu tingkat kemiskinan dan penganggurannya besar bukan karena minimnya SDM, tapi potensi di sana tidak dioptimalkan," katanya.
Dari situ, Agis melihat peluang di bidang agroindustri, khususnya peternakan domba dan kambing. Meski tidak memiliki latar belakang dan pendidikan di bidang tersebut, Agis melihat bahwa potensi pasar sektor peternakan masih terbuka lebar dan berdedikasi untuk mendirikan Jawara Farm, sebuah peternakan kambing dan domba terintegrasi.
"Selama manusia belum bisa makan batu, plastik, atau kertas, juga selama ibadah kurban bukan menyembelih ayam atau kelinci, dengan jumlah penduduk dan kebutuhannya, nah ini potensi besar," ungkapnya.
Melalui usaha ini, Agis memberdayakan petani dan peternak setempat dengan menyiapkan skema bisnis yang membuat peternak memperoleh pendapatan rutin secara harian, mingguan, bulanan, bahkan tahunan.
Dengan semangat learning by doing, Agis mengembangkan usahanya meskipun sempat ditipu karyawannya. Namun, hal ini tidak membuat Agis goyah dan semakin membuat Agis bekerja keras. Hingga akhirnya, dari hanya di Kota Serang, usaha ternak Agis kemudian mencakup Serang Raya dan meluas hingga Provinsi Banten, bahkan hingga kabupaten lainnya di Jawa Tengah.
"Sekarang kami memiliki mitra aktif di Bogor, Jawa Barat, dan di Magelang, Jawa Tengah. Kami kembangkan kolaborasi dengan peternak domba dan kambing di seluruh Indonesia," ungkap Agis.
Networking Menjadi Kunci
Agis melanjutkan, keberhasilannya tidak lepas dari berbagai usaha yang dia lakukan. Saat kuliah, Agis aktif di Koperasi Mahasiswa UGM dan pernah menduduki posisi sebagai ketua.
Selain itu, sebab latar belakangnya, Agis juga aktif mencari beasiswa untuk mendukung kegiatan perkuliahan. Hingga akhirnya ia bertemu dengan beasiswa Tanoto Foundation dan mengikuti serangkaian seleksi hingga akhirnya lolos.
Dalam program ini, Tanoto Scholars (penerima beasiswa Tanoto Foundation) bukan hanya dituntut untuk meraih prestasi akademik, melainkan juga dapat mengembangkan potensinya di luar perkuliahan, seperti berorganisasi.
"Saya berterima kasih kepada Tanoto Foundation karena membantu dalam proses pembiayaan kuliah dan uang saku, sehingga saya tidak mikir lagi soal biaya dan fokus untuk belajar dan berorganisasi," ujarnya.
Menurutnya, program-program Tanoto Foundation memberi bekal penting bagi generasi muda, terutama program peningkatan soft skill untuk penerima beasiswa Tanoto Foundation, seperti kecakapan berkomunikasi, networking, dan leadership.
Agis melanjutkan, berbagai pembekalan soft skill ini sangat berarti bagi pengembangan karirnya. Seperti soal networking atau kemampuan berjejaring, ia praktikkan dengan menjaga dan membangun hubungan baik dengan sesama Tanoto Scholars. Termasuk dengan memanfaatkan media sosial yang masih terbatas pada Facebook kala itu.
"Networking itu kata kunci juga untuk bisa berjuang di dunia yang penuh tantangan. Jadi kalau memang ingin betul-betul bertumbuh kata kuncinya membangun networking supaya nanti bisa terjalin kolaborasi sehingga pertumbuhan bisa lebih cepat," ujarnya.
Namun, Agis melanjutkan, salah satu aktivitas bersama Tanoto Foundation yang sangat berkesan Agis adalah saat para penerima beasiswa dikumpulkan di suatu perkemahan di Bogor, Jawa Barat. Di situ, Tanoto Scholars dari berbagai kampus digembleng dan belajar kepemimpinan dari para profesional.
"Ini praktik yang menarik untuk belajar leadership. Mahasiswa kan punya egonya masing-masing. Tapi dalam camp pelatihan tersebut, kita diajarkan lebih bijak dan dimotivasi untuk menjadi leader yang menciptakan perubahan serta dampak positif," papar Agis.
Semangat pantang menyerah inilah yang menjadi pendorong bagi Agis untuk semakin melipatgandakan kebaikan, khususnya dalam mengembangkan Kota Serang.
Pendaftaran Beasiswa Tanoto Foundation TELADAN Dibuka
Saat ini Tanoto Foundation sedang membuka pendaftaran Beasiswa TELADAN angkatan 2026 di 10 perguruan tinggi negeri Indonesia. Mahasiswa yang lolos seleksi program TELADAN akan mendapatkan bantuan biaya kuliah secara penuh dan tunjangan biaya hidup bulanan.
Untuk yang membedakan beasiswa ini dengan beasiswa lainnya adalah penerima Tanoto Scholars juga akan mendapat pelatihan pengembangan kepemimpinan terstruktur selama 3.5 tahun dari semester 2 hingga 8.
Selain itu, Tanoto Scholars mendapat berbagai dukungan pengembangan kepemimpinan dan soft skills, termasuk bantuan finansial tambahan untuk mengikuti kompetisi, konferensi, sertifikasi, serta program pembelajaran jangka pendek di dalam dan luar negeri, seperti summer course, exchange, dan volunteering.
Mereka juga berkesempatan magang di industri mitra Tanoto Foundation, serta memperoleh pembiayaan untuk penelitian kolaboratif.
Tanoto Scholars juga akan tergabung dalam komunitas Tanoto Scholars Association di kampus masing-masing, sebagai wadah kolaborasi dan kontribusi sosial melalui semangat Pay It Forward atau semangat pengabdian pada masyarakat. Setelah lulus, mereka juga akan menjadi bagian dari jaringan alumni Tanoto Foundation yang tersebar di Indonesia dan dunia.
Tahun ini, Program TELADAN juga terbuka bagi mahasiswa penerima KIP-K yang sedang menempuh semester pertama di 10 perguruan tinggi mitra. Keterangan lebih lanjut klik di sini: bit.ly/JadiTELADAN2026.
(anl/ega)