Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Prof. Brian Yuliarto menyampaikan pentingnya menguasai teknologi dalam mengelola sumber daya alam.
Brian menilai sumber daya alam bisa menjadi berkah atau kutukan. Tanpa penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), kekayaan alam justru bisa membuat bangsa terlena dan tertinggal.
"Jadi memang bangsa besar itu ditentukan dari seberapa ia menguasai teknologi, bukan resources. Makanya ada yang namanya natural resource itu kutukan, karena orang-orang yang punya kekayaan alam akhirnya mereka gagal membangun industri, karena sudah terlanjur nyaman dan secure seolah-olah cukup dengan menjual kekayaan alam," papar Brian dalam keterangannya, Jumat (1/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal tersebut disampaikannya saat berbicara di hadapan ratusan mahasiswa penerima beasiswa TELADAN Tanoto Foundation pada acara Tanoto Scholars Gathering 2025 di Komplek RAPP, Pangkalan Kerinci, Riau, Kamis (24/7/2025).
Pada kesempatan tersebut, Brian juga menyinggung kegagalan Indonesia dalam memanfaatkan peluang saat masa keemasan ekspor minyak pada dekade 1970-1980-an.
Ia mengatakan lonjakan harga minyak dunia saat itu semestinya bisa menjadi titik tolak penguatan industri nasional, namun kesempatan tersebut terlewatkan.
"Kita gagal mengonversi kapasitas atau kemampuan modal kita menjadi kapasitas intelektual dan kapasitas industri. Industri kita saat itu tidak terlalu kuat dan sangat berat untuk generate pendapatan sehingga bisa diangkat sebagai negara berpendapatan tinggi," sambungnya.
Alhasil, lanjut Brian, Indonesia tertinggal dalam hal pendapatan per kapita, bahkan dibandingkan negara-negara tetangga. Meski demikian, ia menyebut pemerintahan Presiden Prabowo Subianto saat ini berupaya mengejar ketertinggalan tersebut dengan menekankan pentingnya iptek.
"Kita ingin negara kita tegak di kancah internasional. Kuncinya adalah bagaimana membuat industri kita maju, membuat sesuatu yang berguna. Pak Presiden menitipkan pesan, hanya bangsa yang menguasai sains dan teknologi akan menjadi bangsa yang berhasil," tegasnya.
Oleh karena itu, Brian menekankan pentingnya peningkatan ketajaman intelektual generasi muda Indonesia. Ia juga mendorong mahasiswa untuk terus menambah pengetahuan.
"Saya selalu bilang baca buku, baca referensi, itu sesuatu yang harus menjadi habit semua leaders, semua orang-orang hebat. Anda harus punya kebiasaan ini setiap hari," ucapnya.
Dalam sambutannya, Brian juga membandingkan kebiasaan membaca di negara maju dengan kebiasaan di negara berkembang.
"Saya studi di luar negeri. Salah satu kebiasaan orang-orang di sana itu baca buku di mana-mana. Buku juga sering dijadikan souvenir. Nah, kalau di negara berkembang saya perhatikan masih plakat-plakat," papar doktor bidang Teknik Kuantum dan Ilmu Sistem dari Universitas Tokyo, Jepang ini.
![]() |
Menurut Brian, era disrupsi justru membuka peluang besar untuk menciptakan inovasi baru. Namun, ia menyayangkan turunnya minat belajar di bidang STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika). Padahal bidang ini menjadi tulang punggung kemajuan IPTEK.
"Disrupsi ini yang digemari orang-orang yang challenging, yang senang tantangan. Adik-adik (mahasiswa) bisa berpacu dengan kompetensi, dengan kapasitas, dengan skill, menuju tangga-tangga yang memang penting," paparnya.
"Saya dulu Dekan di ITB. Jumlah yang ingin masuk (di bidang STEM) sekarang itu turun. Semakin jarang, saingannya semakin sedikit," lanjutnya.
Sebagai akademisi, Brian mengaku tantangan di bidang STEM di Indonesia sangat kompleks. Ia membandingkan dengan pengalamannya sebagai mahasiswa dan peneliti di Jepang, yang bisa fokus hanya pada bidang riset.
Meski demikian, ia optimistis talenta muda Indonesia tetap punya semangat juang yang tinggi. Ia pun mencontohkan perjuangan mahasiswa dari keluarga sederhana yang rela hidup hemat demi bisa mengenyam pendidikan.
Brian mengungkapkan ketekunan dan kegigihan tak kalah penting dari kecerdasan. Ia menilai Thomas Alva Edison menjadi salah satu contoh nyata dari daya juang tanpa henti.
"Kebetulan saya juga peneliti. Meneliti itu proses yang terus-menerus, saya enggak pernah berhenti, karena saya percaya akan selalu ada hasil-something must happen. Tinggal bagaimana kita punya endurance-nya. Jadi jangan pernah lelah mengejar cita-cita. Kejar terus, sampai dapat," pesannya.
Tentang Tanoto Scholars Gathering
Tanoto Scholars Gathering (TSG) merupakan forum tahunan yang mempertemukan mahasiswa penerima beasiswa Tanoto Foundation dari seluruh Indonesia. Dalam acara ini, peserta berkesempatan untuk membangun jejaring, belajar dari tokoh-tokoh inspiratif, serta mengenal dunia kerja dan ekosistem kepemimpinan di Tanoto Foundation.
TSG merupakan bagian dari program TELADAN, program beasiswa dari Tanoto Foundation, organisasi filantropi independen di bidang pendidikan yang didirikan Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada tahun 1981. Program ini berbeda dengan program beasiswa lain, karena tidak hanya menawarkan beasiswa, namun juga pelatihan kepemimpinan terstruktur sejak semester dua hingga semester delapan, serta pendampingan alumni setelah lulus.
Tahun ini, TSG kembali dilaksanakan pada 24-26 Juli 2025 di Komplek RAPP, Pangkalan Kerinci, Riau. Sebanyak 291 Tanoto Scholars hadir dalam kegiatan ini. Mereka berasal dari universitas mitra Tanoto Foundation antara lain IPB University, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Institut Teknologi Bandung, Universitas Hasanuddin, Universitas Mulawarman, Universitas Riau, dan Universitas Andalas.
Program Beasiswa TELADAN Kembali Dibuka
Saat ini pendaftaran Program Beasiswa TELADAN kembali dibuka mulai 1 Juli hingga 7 September 2025. Program ini ditujukan bagi mahasiswa semester pertama dari 10 perguruan tinggi mitra Tanoto Foundation, yaitu IPB University, Universitas Diponegoro, Universitas Gadjah Mada, Universitas Brawijaya, Universitas Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Institut Teknologi Bandung, Universitas Hasanuddin, Universitas Mulawarman, dan Universitas Riau.
Selain beasiswa dan pelatihan kepemimpinan, penerima beasiswa TELADAN juga akan memperoleh berbagai dukungan untuk meningkatkan kepemimpinan dan soft skills, termasuk:
- Dukungan finansial tambahan untuk mengikuti kompetisi, konferensi, dan sertifikasi, baik di dalam maupun luar negeri.
- Kesempatan mengikuti program pembelajaran jangka pendek, seperti summer course, student exchange, volunteering, dan program lainnya di dalam dan luar negeri.
- Kesempatan untuk magang di jaringan industri mitra Tanoto Foundation.
- Peluang untuk mendapatkan dana riset dan melakukan penelitian kolaboratif.
- Setelah lulus, Tanoto Scholars akan menjadi bagian dari jaringan alumni global Tanoto Foundation yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia dan di dunia.
Tahun ini, mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-K) juga dapat mendaftar Program TELADAN, selama mereka terdaftar sebagai mahasiswa semester pertama di perguruan tinggi mitra.
Berjalan sejak tahun 2006, pogram beasiswa Tanoto Foundation telah memberikan manfaat kepada 8.559 mahasiswa sampai dengan tahun 2024. Informasi lengkap dan pendaftaran: bit.ly/JadiTELADAN2026
(ega/ega)