Junianto Sesa, Merajut Mimpi Anak di Indonesia Bagian Timur Lewat Bimbel

ADVERTISEMENT

Junianto Sesa, Merajut Mimpi Anak di Indonesia Bagian Timur Lewat Bimbel

Dea Duta Aulia - detikEdu
Rabu, 20 Agu 2025 14:56 WIB
Junianto Sesa, Merajut Mimpi Anak di Indonesia Bagian Timur Lewat Bimbel
Foto: Tanoto Foundation
Jakarta -

Selama ini lembaga bimbingan belajar (bimbel) kerap dipandang sebelah mata. Padahal, kontribusinya bagi dunia pendidikan tidak kalah penting dibandingkan sekolah formal.

Bimbel membantu siswa memahami pelajaran, mendongkrak prestasi, hingga membuka peluang meraih cita-cita. Pada jalur karir, bimbel juga menjadi pilihan populer bagi calon peserta sekolah kedinasan. seperti militer, kepolisian, hingga aparatur sipil negara (ASN).

Untuk bisa lolos seleksi, mereka membutuhkan pendampingan belajar yang terarah. Keberadaan bimbel juga semakin penting, karena bisa menjadi jawaban atas kebutuhan generasi muda di kawasan timur Indonesia. Di mana akses pendidikan seringkali tertinggal dibanding kawasan barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini pula yang kemudian mendorong Junianto mendirikan bimbel Pioneer Class di Makassar.

"Ada mindset bahwa masuk sekolah kedinasan itu harus punya uang banyak. Saya mau buktikan dengan belajar sungguh-sungguh, anggapan itu tidak selalu benar," kata pendiri bimbel Pioneer Class yang berbasis di Makassar, Sulawesi Selatan, Junianto Sesa dalam keterangan tertulis, Rabu (20/8/2025).

ADVERTISEMENT

Sejak berdiri tujuh tahun lalu, Pioneer Class sudah mendampingi lebih dari 2.500 siswa yang berada di kawasan Indonesia bagian timur, terutama di Makassar.

"Saya ingin sekali membantu di bidang pendidikan. Lewat bimbingan belajar, saya mau bantu adik-adik di Papua untuk mengejar cita-citanya supaya mereka bisa merasakan apa yang bisa kita rasakan di tempat-tempat yang lebih maju," ungkap Junianto.

Hal ini dilakukan Junianto karena realita pendidikan di kawasan Indonesia bagian timur yang kerap dinilai tak semaju kawasan Indonesia barat.

Sebagai gambaran, dari 11.521 bimbel se-Indonesia yang terdata di Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi hanya ada 75 bimbel di Pulau Papua.

Dari Nabire ke Makassar

Kepedulian Junianto pada dunia pendidikan, terutama di kawasan Indonesia bagian timur tidak lepas dari perjalanan hidupnya.

Junianto lahir dan besar di kawasan pedalaman Nabire, Kabupaten Papua Tengah mengikuti tugas sang ayah. Di sana, dirinya mengalami sendiri berbagai keterbatasan, mulai dari akses transportasi hingga sarana prasarana pendidikan.

"Ke sana masih cukup sulit. Pesawat dalam seminggu itu 1-2 kali saja. Bahkan, untuk jalan darat kadang jalannya terputus karena longsor. Listrik menyala hanya jam 6-9 malam. Kualitas sekolah dan pengajar juga belum memadai," ungkapnya.

Saat itu belum ada SMA di dekat rumahnya. Oleh sebab itu, dirinya menempuh SMA di pusat kabupaten, sehingga harus tinggal terpisah dari orang tua. Di sini, dia melihat teman-temannya memiliki prestasi lebih baik.

"Karena saya sekolah SD-SMP di pedalaman Papua, saya merasa selalu tertinggal," kata Junianto.

Namun, dari pengalaman itu lahirlah motivasi. Dia mulai giat belajar, ikut bimbel, dan berhasil memperbaiki prestasi sekolahnya.

"Dari sebelumnya selalu di peringkat bawah sepuluh besar, saya bisa naik ke peringkat dua," ungkapnya.

Di balik itu, orang tuanya terutama sang bapak adalah sosok yang punya komitmen tinggi pada pendidikan. Dia bersikukuh setelah menyelesaikan SMA, Junianto harus melanjutkan kuliah.

Sempat mengenyam pendidikan di kampus swasta, kemudian dia mencoba untuk tes dan diterima sebagai mahasiswa Universitas Hasanuddin, Makassar, jurusan Matematika. Di sinilah dia memaksimalkan segalanya untuk kuliah.

"Saat sakit di perantauan kadang saya harus berbohong sama orang tua supaya tidak terlalu membebani mereka," ujarnya.

Dia mengatakan untuk urusan biaya hidup selama kuliah tetap menghantui dirinya. Apalagi, saat momen itu, rumahnya di Nabire terbakar habis.

Dia pun enggan membebani orang tuanya seperti minta kendaraan dan biaya lain-lain. Dia pun terpikir memiliki minat dan kemampuan dalam mengajar.

Karena itu, Junianto bergabung sebagai pengajar di sebuah lembaga bimbel di Makassar. Bukan sekadar mendidik orang lain, hal ini juga sekaligus menjadi cara paling efektif bagi dirinya untuk belajar.

Usai menamatkan pendidikan S1-nya, Junianto sempat pulang ke Papua. Kecintaannya pada dunia pendidikan mengantarkan dia mengambil jalan pengabdian sebagai guru. Saat itu, dia mengajar 4-5 jam tiap pekan di dua sekolah.

"Saya dibayar Rp 10.000 di sekolah negeri dan Rp 12.500 di sekolah swasta per jam," ujarnya.

Lahirnya Pioneer Class

Melalui realita itu, dia menyadari guru honorer belum bisa menjamin kehidupannya. Namun di sisi lain, dia juga enggan meninggalkan dunia mengajar. Berbekal komitmen itu, pada 2018, Junianto memberanikan diri membuka bimbel di Manokwari, Papua Barat.

Bimbel yang dirintis Junianto tak serta merta sukses. Berbagai tantangan dihadapi. Namun, ia tetap fokus mengembangkan bimbel yang didirikannya di Makassar sembari melanjutkan studi S2 di Universitas Hasanuddin.

"Waktu itu (di Manokwari) saya mengajar dari rumah ke rumah. Saya ajarkan mulai yang standar. Intinya, semua saya maksimalkan," ujarnya.

Titik balik terjadi saat Akademi Kepolisian menerapkan tes seleksi matematika. Dia meramu dan mengajarkan materi bimbingan secara mandiri tanpa ada kurikulum atau pedoman sebelumnya.

Hasilnya luar biasa, salah satu siswa bimbel Junianto meraih nilai tertinggi di antara calon polisi di Polda Sulawesi Selatan.

Siswa-siswa Junianto lainnya juga diterima di sejumlah kampus ternama. Dari pencapaian itu, Pioneer Class mulai dikenal luas.

"Kualitas bimbel itu bukan ditentukan oleh kuatnya marketing atau publikasi media sosialnya, tetapi dari orang tua dan lingkungan. Siswa saya yang berhasil pasti mereka langsung menginformasikan," paparnya.

Tantangan dari Papua

Saat jadi mahasiswa, selain pendapatan dari mengajar di bimbel, Junianto juga memburu beasiswa untuk menopang biaya kuliah. Capaian prestasinya mengantarkan dia meraih beasiswa Tanoto Foundation.

Melalui beasiswa ini, dia mampu melanjutkan kuliah hingga meraih gelar master di Universitas Hasanuddin. Junianto juga bisa fokus mengejar mimpi jadi pengajar. Sejak 2021 Junianto mengajar matematika di Universitas Papua, Manokwari.

"Saya sangat terbantu sekali dengan beasiswa Tanoto Foundation dan ini bisa membentuk pribadi saya. Impian saya, ingin sekali seperti Tanoto Foundation memberi beasiswa dan membantu adik- adik yang mau kuliah," ungkapnya.

Menurutnya, kemampuan anak-anak Indonesia dari kawasan timur khususnya Papua tidak kalah unggul.

Apalagi saat ini sudah banyak kampus yang melahirkan lulusan-lulusan di bidang pendidikan dengan kemampuan mengajar yang baik.

"Pesan saya untuk anak-anak Papua sederhana: beranilah keluar untuk mengejar pendidikan tinggi. Dunia itu luas, jangan hanya bertahan di zona nyaman," pungkas Junianto.

Pendaftaran Beasiswa Tanoto Foundation TELADAN Dibuka

Saat ini, Tanoto Foundation sedang membuka pendaftaran Beasiswa TELADAN angkatan 2026 di 10 perguruan tinggi negeri Indonesia. Mahasiswa yang lolos seleksi program TELADAN akan mendapatkan bantuan biaya kuliah secara penuh dan tunjangan biaya hidup bulanan, serta yang berbeda dengan beasiswa lain adalah penerima beasiswa juga akan mendapat pelatihan pengembangan kepemimpinan terstruktur selama 3.5 tahun dari semester 2 hingga 8.

Tanoto Scholars (penerima beasiswa TELADAN) mendapat berbagai dukungan pengembangan kepemimpinan dan soft skills, termasuk bantuan finansial tambahan untuk mengikuti kompetisi, konferensi, sertifikasi, serta program pembelajaran jangka pendek di dalam dan luar negeri seperti summer course, exchange, dan volunteering. Mereka juga berkesempatan magang di industri mitra Tanoto Foundation, serta memperoleh pembiayaan untuk penelitian kolaboratif.

Tanoto Scholars akan tergabung dalam komunitas Tanoto Scholars Association di kampus masing-masing, sebagai wadah kolaborasi dan kontribusi sosial melalui semangat Pay It Forward. Setelah lulus, mereka menjadi bagian dari jaringan alumni Tanoto Foundation yang tersebar di Indonesia dan dunia.

Tahun ini, Program TELADAN juga terbuka bagi mahasiswa penerima KIP-K yang sedang menempuh semester pertama di 10 perguruan tinggi mitra. Keterangan lebih lanjut klik di sini: bit.ly/JadiTELADAN2026

(akd/akd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads