China Luncurkan Visa Baru Buat Ilmuwan STEM, Mau Saingi AS dalam Inovasi

ADVERTISEMENT

China Luncurkan Visa Baru Buat Ilmuwan STEM, Mau Saingi AS dalam Inovasi

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Selasa, 19 Agu 2025 19:01 WIB
Ilustrasi Paspor China
Foto: Ilustrasi Paspor China (Lutfi Syahban/detikcom)
Jakarta -

Ambisi China menguasai sains dan teknologi (saintek) dunia menyaingi Amerika Serikat (AS) mulai dieksekusi. Salah satunya meluncurkan visa baru agar para ilmuwan saintek dunia mudah masuk ke negara Tirai Bambu itu.

China mengincar lulusan kampus domestik dan luar negeri yang terkenal untuk mewujudkan menjadi negara adidaya teknologi. Visa baru kategori spesialis sains dan teknologi muda diluncurkan dalam upaya menarik talenta global ke China, demikian dilansir dari Times Higher Education (THE), dikutip Selasa (19/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dewan Negara mengumumkan perubahan peraturan masuk luar negeri. Kandidat yang memenuhi syarat dapat mengajukan visa K 'talenta muda' mulai 1 Oktober 2025.

ADVERTISEMENT

Perdana Menteri China Li Qiang mengesahkan kebijakan ini menjadi undang-undang, menandai pembaruan besar pertama pada sistem visa China dalam beberapa tahun.

Kebijakan ini mengikuti langkah-langkah sebelumnya untuk memulihkan mobilitas mahasiswa, termasuk pembukaan kembali aplikasi visa pelajar X1 di kedutaan besar China setelah gangguan panjang akibat .COVID-19.

Visa Lebih Fleksibel

Media pemerintah China, CCTV melaporkan visa ini akan menyasar para profesional muda asing di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika yang telah lulus dari universitas dan lembaga penelitian domestik atau luar negeri yang 'terkenal', atau yang saat ini terlibat dalam penelitian atau pengajaran terkait di sana.

Berbeda dengan kebanyakan dari 12 kategori visa China yang ada, visa K tidak mewajibkan pelamar untuk memiliki pemberi kerja domestik atau organisasi tuan rumah, dan proses aplikasinya diperkirakan akan lebih efisien.

Visa ini juga akan menawarkan hak masuk, masa berlaku, dan durasi tinggal yang lebih fleksibel.

Meskipun pemerintah China belum menetapkan batas usia atas untuk pemegang visa K, skema serupa - seperti Program Ilmuwan Muda Berbakat - membatasi kelayakan pada usia 45 tahun, sementara Proyek Dana Ilmuwan Muda Berprestasi (Luar Negeri) menetapkan batas usia 40 tahun.

Langkah ini diambil di tengah upaya Beijing untuk mencapai kemandirian di bidang teknologi tinggi dan menyaingi AS dalam inovasi.

Kontras dengan Kebijakan AS

Peluncuran visa ini kontras dengan perkembangan di AS, di mana para peneliti menghadapi penyusutan dana federal dan ketidakpastian kebijakan setelah Donald Trump kembali ke Gedung Putih.

Pemotongan anggaran operasional National Science Foundation AS telah memengaruhi lingkungan penelitian pascadoktoral, sementara kekhawatiran akan kebangkitan kembali Inisiatif China yang kontroversial - yang dikritik karena menargetkan ilmuwan China-Amerika - telah mendorong beberapa akademisi untuk meninggalkan AS.

Pergeseran baru-baru ini telah mendorong peningkatan aplikasi ke universitas-universitas Hong Kong dari China daratan, di tengah ketegangan AS-China.

Pada 2035, China bertujuan untuk menjadi pemimpin global dalam sains dan teknologi, sebuah tujuan yang dikejarnya melalui pendanaan penelitian, dorongan rekrutmen yang terarah, dan peningkatan insentif akademik.

Universitas-universitas terkemuka China telah menawarkan gaji dan bonus yang kompetitif untuk menarik peneliti dari luar negeri, terutama dari Asia dan Afrika.

Strategi serupa telah dieksplorasi dalam persaingan AI global yang lebih luas di bidang pendidikan tinggi.




(nwk/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads