Alumni UB Ciptakan Beras Tinggi Protein, Begini Inovasinya

ADVERTISEMENT

Alumni UB Ciptakan Beras Tinggi Protein, Begini Inovasinya

Devita Savitri - detikEdu
Senin, 11 Agu 2025 11:30 WIB
Alumni Universitas Brawijaya, Herry S Utomo ciptakan beras tinggi protein yang diklaim menjadi pertama di dunia. Kini sudah dipasarakan di Amerika Serikat.
Alumni Universitas Brawijaya, Herry S Utomo ciptakan beras tinggi protein yang diklaim menjadi pertama di dunia. Foto: dok. Universitas Brawijaya
Jakarta -

Indonesia tidak pernah kekurangan sosok-sosok cerdas yang berkontribusi untuk dunia. Salah satu dari sosok tersebut adalah alumnus Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB), Herry Utomo.

Herry punya prestasi mentereng di kancah internasional, seperti kini menjadi profesor tetap di Louisiana State University (LSU), Amerika Serikat. Tidak hanya itu, Herry punya inovasi yang bisa jadi jawaban masalah kekurangan gizi global.

Inovasi itu adalah varietas padi tinggi protein pertama di dunia yang ia namakan Cahokia Rice. Bersama timnya, padi tinggi protein itu hadir melalui proses mutasi alami atau non-genetically modified organism (non-GMO).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Proses ini menghasilkan beras dengan indeks glikemik (ukuran seberapa cepat karbohidrat bisa meningkatkan kadar gula setelah dikonsumsi) rendah dan kadar protein 50% lebih tinggi dari varietas biasa. Inovasi Herry kini telah dipatenkan dan dipasarkan secara komersial di Amerika Serikat.

"Cahokia Rice bukan hanya inovasi sains, tapi juga misi kemanusiaan. Kami ingin menciptakan solusi pangan yang sehat, alami, dan dapat membantu mengatasi masalah kekurangan gizi global, terutama protein," tutur Prof Herry dikutip dari laman resmi UB, Senin (11/8/2025).

ADVERTISEMENT

Gizinya Setara dengan Daging

Menciptakan hal yang luar biasa tentu saja tak mudah, Herry mengaku diperlukan waktu bertahun-tahun dalam pengembangan varietas ini. Ia dan tim memilih pendekatan riset secara holistik dengan jalur non-GMO.

Jalur non-GMO dipilih karena Herry ingin menghasilkan varietas yang bisa diterima luas oleh masyarakat. Ia tak ingin masyarakat yang mengonsumsi Cahokia Rice ragu karena produk diciptakan karena rekayasa genetik.

"Kami memilih jalur non-GMO karena ingin menghasilkan varietas yang bisa diterima luas oleh masyarakat, tanpa keraguan akan rekayasa genetik. Inovasi ini juga menunjukkan bahwa sains bisa bergerak sejalan dengan kearifan lokal dan kesehatan masyarakat." bebernya.

Adapun pendekatan riset holistik yang dimaksud sebelumnya berkaitan dengan tiga tahap penting yang dilalui alumnus S2 University of Kentucky itu. Ketiganya adalah seleksi genetik, pengujian kualitas gizi, hingga adaptasi agronomis di berbagai wilayah.

Dengan berbagai proses tersebut, tentu beras Cahokia memiliki berbagai keunggulan. Salah satunya keunggulan dalam sisi agronomis, di mana varietas ini berumur pendek, tahan terhadap penyakit jamur Pyricularia grisea, berbulir panjang, dan mampu dipanen hingga 7.560 kg/hektar.

Dari setiap hektar beras yang diproduksi, beras Cahokia mampu menghasilkan hingga 150 kg protein murni atau setara dengan 550 kg daging atau 4.500 liter susu.

"Jika varietas ini ditanam secara luas di Indonesia, maka dapat berkontribusi terhadap tambahan asupan protein nasional hingga 1 juta ton per tahun, atau setara dengan 3,6 juta ton daging," urai Herry.

Ajak Institusi Dalam Negeri Menghadirkan Beras Cahokia

Profesor LSU itu menyebutkan beras Cahokia bisa dikembangkan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Untuk itu, ia membuka peluang kerja sama riset dengan berbagai institusi dalam negeri untuk mengadaptasi teknologi ini di lahan lokal.

Jabatannya sebagai profesor tidak mewajibkan Herry untuk mengajar di kelas. Kendati demikian, ia aktif membagikan ilmu dan pengalaman melalui kuliah daring serta kerja sama riset lintas negara.

Tinggal di Negeri Paman Sam tidak melepaskan jati dirinya sebagai orang Indonesia. Untuk itu, ia aktif terlibat dalam berbagai misi sosial yang berkaitan dengan Nusantara.

Contohnya misi sosial dan pendidikan di Papua dan wilayah tertinggal lain, menjalin kolaborasi antar universitas di Indonesia dan lembaga riset internasional, hingga menjadi Presiden Indonesian Diaspora Network United (IDN-U), organisasi yang menaungi diaspora Indonesia di seluruh dunia.

Herry menjadi bukti bila anak Indonesia bisa besar berkembang di dunia internasional. Untuk itu, ia berpesan kepada mahasiswa Indonesia untuk tidak pernah takut bermimpi besar, keluar dari zona nyaman, dan menjemput setiap kesempatan yang datang.

"Kita tidak bisa memilih dilahirkan di mana, tapi kita bisa memilih bagaimana kita melangkah dan bertumbuh. Banyak yang mengira sukses hanya untuk mereka yang punya keistimewaan. Tapi saya percaya, sukses itu untuk siapa saja yang mau kerja keras, terus belajar, dan tidak mudah menyerah. Jangan takut gagal, karena gagal itu bagian dari proses tumbuh," pesannya.

Terus mengikuti perkembangan di Indonesia, khususnya di bidang pendidikan, Herry optimis terhadap masa depan negeri ini. Ia percaya bila Indonesia bisa setara bahkan melampaui negara maju.

"Dengan kombinasi budaya, pendidikan, dan inovasi, Indonesia bisa setara bahkan melampaui negara-negara maju," tandasnya.




(det/det)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads