Inovatif! Dosen UNG Sulap Popok Bekas Jadi Panel Dinding Ramah Energi

ADVERTISEMENT

Inovatif! Dosen UNG Sulap Popok Bekas Jadi Panel Dinding Ramah Energi

Cicin Yulianti - detikEdu
Minggu, 10 Agu 2025 11:00 WIB
Panel dinding terbuat dari limbah pokok buatan ITS
Foto: Cicin Yulianti/detikEdu
Jakarta -

Popok bayi bekas dan tongkol jagung biasanya hanya berakhir di tempat sampah. Tapi di tangan tim dosen lintas jurusan dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG), dua limbah ini justru diubah menjadi material bangunan inovatif bernama ECO-BLOX.

Inovasi ini diperkenalkan di ajang Pameran Hasil Riset dan Inovasi Industri dalam rangkaian Konvensi Sains Teknologi dan Industri (KSTI) 2025 yang digelar di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Bandung pada 7-9 Agustus 2025.

ECO-BLOX adalah panel dinding modular yang dibuat dari campuran limbah popok bayi dan tongkol jagung. Produk ini diklaim mampu meredam panas, tahan tekanan tinggi, dan mendukung efisiensi energi bangunan, terutama untuk rumah-rumah di wilayah tropis seperti Gorontalo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini popoknya kita pakai yang limbah, yang bekas itu dikumpulin aja. Jadi kita ada timnya, kita ada Google Form untuk ngumpulin popok-popok. Dari rumah ke rumah diambil, kami diberikan alamatnya. Terus kita bayar limbah popok itu, satu popoknya dua ribu. Jadi semangat itu ibu-ibu buat ikut. Tapi ini khusus hanya pipis, kalau untuk buang air besar enggak bisa," jelas Esta Larosa, salah satu dosen pengembang ECO-BLOX.

ADVERTISEMENT

Dibuat dari Limbah, Dirancang seperti Lego

Inspirasi penggunaan popok bekas datang dari pengalaman pribadi para dosen yang memiliki anak kecil. Di saat bersamaan, tongkol jagung yang berlimpah di Gorontalo juga dianggap sebagai bahan potensial.

Menurut data Badan Pusat Statistik, Gorontalo menghasilkan lebih dari 500 ribu ton jagung per tahun, dengan limbah pertanian yang kerap terbuang sia-sia.

Proses pembuatan ECO-BLOX dimulai dari sterilisasi popok menggunakan metode hidrotermal. Setelah itu, popok dicacah kecil-kecil dan dicampur dengan serbuk tongkol jagung halus, semen, dan bahan aditif lainnya.

Campuran ini kemudian dicetak menjadi balok modular mirip Lego yang dapat dirangkai tanpa perlu banyak perekat tambahan.

Kuat, Tahan Air, dan Efektif Meredam Panas

ECO-BLOX telah melalui sejumlah uji kekuatan dan fungsionalitas. Hasilnya, panel ini mampu menahan tekanan hingga 14 MPa, dua kali lipat dari standar minimum untuk bangunan rumah tinggal.

Panel juga tahan air dan terbukti membantu menjaga suhu dalam ruangan tetap stabil. Dengan ECO-BLOX, suhu rumah lebih sejuk karena panas dari luar tidak langsung masuk ke dalam ruangan.

"Nama ECO-BLOX itu awalnya karena terbuat dari bahan-bahan ramah lingkungan, jadi penyelamatan lingkungan. Intinya kami ingin sebanyak mungkin ECO-BLOX digunakan agar lebih banyak lingkungan yang terselamatkan," ujar Sartika, tim lainnya.

Menurut Sartika, inovasi ini bukan cuma soal teknis bangunan, tapi juga tentang upaya menyelamatkan lingkungan dari limbah yang sebelumnya tak termanfaatkan.

Dengan ECO-BLOX, para dosen UNG membuktikan bahwa solusi bangunan masa depan bisa hadir dari hal-hal sederhana, bahkan dari tumpukan popok dan limbah pertanian yang sering kali dianggap tak berguna.




(cyu/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads