Sempat Kesulitan Dapat Visa, Dylan Berhasil Tembus Program S2 Hukum di Harvard

ADVERTISEMENT

Sempat Kesulitan Dapat Visa, Dylan Berhasil Tembus Program S2 Hukum di Harvard

Fahri Zulfikar - detikEdu
Kamis, 07 Agu 2025 09:00 WIB
Dylan Jesse Andrian, lulusah FH UGM yang lolos S2 di Harvard Law School
Foto: Dylan Jesse Andrian/Dylan, lulusan FH UGM yang lolos S2 di Harvard Law School
Jakarta -

Dylan Jesse Andrian belum lama dilepas sebagai wisudawan Fakultas Hukum (FH) Universitas Gadjah Mada (UGM) pada 28 Mei 2025. Namun kini, ia sudah berhasil tembus program master Master of Laws (LL.M.) di Harvard Law School, Amerika Serikat.

Selama kuliah di hukum UGM, Dylan mencatatkan berbagai prestasi, termasuk meraih juara pertama di Numberg Moot Court Competition 2022 yang berlangsung di Belanda pada 15 Juni 2022. Ajang tersebut merupakan simulasi sidang pengadilan pidana internasional yang diikuti 45 universitas dari 41 negara.

Kala itu, Dylan juga tercatat sebagai mahasiswa program double degree di UGM dan Universiteit Maastricht, Belanda. Kemudian saat lulus dari FH UGM, ia menjadi wisudawan dengan IPK tertinggi dengan 3.97. Dia juga berhasil lulus dari Universitas Maastricht dengan predikat GPA 8.54/10 atau setara dengan standar AS 4.0.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melanjutkan Bidang Hukum ke Harvard

Ketertarikan Dylan di bidang hukum, terus ia pupuk. Ia memilih melanjutkan studinya ke jenjang S2 di bidang yang sama.

Tak tanggung-tanggung, kampus yang ia pilih yakni Harvard, tepatnya Master of Laws (LL.M.) di Harvard Law School. Ia bahkan sudah mulai mempersiapkan pendaftaran sejak sebelum diwisuda.

ADVERTISEMENT

"Saya memilih program (hukum) ini karena Harvard memiliki fakultas hukum paling bergengsi di dunia, dengan dosen-dosen yang bukan hanya ahli di bidang akademik, tetapi juga sering menjadi penasihat dalam urusan hukum nasional maupun internasional," ucap Dylan kepada detikEdu, Rabu (6/8/2025).

Selama pendaftaran, ia mengaku melewati berbagai proses yang ketat, termasuk persiapan menulis esai hingga Curriculum Vitae (CV).

"Saya diminta menulis pernyataan pribadi yang terdiri dari dua bagian: pertama, esai hukum singkat, dan kedua, refleksi pribadi mengenai latar belakang saya, serta apa yang ingin saya pelajari dan capai dari pendidikan hukum di Harvard," jelasnya.

"Selain itu, saya juga harus menyiapkan CV dan surat rekomendasi dari tokoh-tokoh yang punya reputasi kuat, termasuk seorang mantan hakim agung, akademisi terkemuka di bidang hukum, dan atasan saya di sebuah lembaga internasional. Menyusun dokumen aplikasi membutuhkan waktu berbulan-bulan, termasuk proses revisi dan refleksi diri yang cukup mendalam," imbuh pelajar kelahiran 2000 tersebut.

Sempat Terkendala soal Visa, Imbas Kebijakan Trump

Proses pendaftaran Dylan bertepatan dengan isu internasional yang tengah memanas. Sejak akhir Mei 2025, pemerintahan Donald Trump sempat menangguhkan proses visa untuk pelajar internasional.

Dylan sempat mengalami proses panjang terkait I-20 atau dokumen penting yang diperlukan untuk mengajukan visa pelajar ke AS. Bahkan, ia harus melalui proses pengajuan visa selama berbulan-bulan.

"Setelah menerima surat penerimaan (LoA), tantangan berikutnya muncul saat mengurus visa. Situasi politik di Amerika Serikat sempat menimbulkan ketidakpastian, dan ada beberapa keterlambatan administratif yang membuat prosesnya cukup menegangkan," ungkapnya.

"Saya harus bolak-balik mengurus dokumen, berkoordinasi dengan kedutaan, dan memastikan semuanya sesuai ketentuan. Butuh kesabaran dan ketekunan, tapi pada akhirnya semua bisa dilalui," lanjut Dylan.

Meski telah melalui banyak tantangan, tekadnya yang kuat membuat Dylan terus melanjutkan proses. Ia percaya, masuk ke Harvard adalah hal sulit, tapi bukan berarti mustahil. Ia membuktikannya dengan lolos ke Harvard Law School dan berangkat pada Agustus ini.

Menurutnya, setiap tantangan perlu dihadapi dengan serius. Jangan sampai, kesulitan justru membuat kita menyerah sebelum mencoba.

Ia berpesan, bahwa dalam proses pendaftaran ke kampus tujuan, yang paling penting adalah menyampaikan cerita diri secara jujur dan jelas.

"Prestasi akademik memang penting, tapi yang tidak kalah penting adalah tujuan yang kuat dan pemahaman tentang kenapa kamu ingin belajar (misalnya) hukum, serta apa kontribusi yang bisa kamu berikan. Jangan remehkan peran surat rekomendasi yang baik, karena dukungan dari orang-orang yang mengenal kerja dan karakter kamu bisa sangat menentukan," pesannya.




(faz/nah)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads