"Mimpi harus diperjuangkan, bukan ditunda." Begitulah kata Choirul Anam, yang baru saja menyelesaikan pendidikan S1 Hukum di Universitas Terbuka (UT). Kelulusan ini bukan hal yang biasa, sebab ia merupakan lulusan doktor dari kampus di Eropa.
Ya, Anam, sapaannya, telah mengantongi gelar doktor dari Charles University di Republik Ceko pada 2023 lalu. Di kampus itu, bahkan Anam menjadi salah satu lulusan tercepat yang meraih gelar meraih gelar PhD, dengan 3 tahun 4 bulan. Ia menyelesaikan disertasi yang membahas desentralisasi fiskal dan kemiskinan di Indonesia.
Meski telah bergelar doktor, ia kembali menempuh studi sarjana di bidang ilmu hukum. Kali ini Anam menempuhnya di UT. Apa yang dicarinya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya belajar hukum karena saya ingin memahami fondasi keadilan. Ilmu hukum bukan sekadar gelar tambahan, tapi bagian penting dalam kerja-kerja saya membela nilai-nilai demokrasi dan hak asasi," kata Anam melalui keterangan yang diterima detikEdu, Selasa (29/7/2025), ditulis Rabu (30/7/2025).
Ia menyelesaikan S1 Hukum di Universitas Terbuka (UT) dan dinyatakan lulus sebagai sarjana pada Selasa, 29 Juli 2025, dalam acara wisuda bersama 1.473 wisudawan lain di UTCC, Pondok Cabe, Tangerang Selatan.
Pendidikan Tak Mengenal Batas Usia dan Gelar
Bagi Anam, mimpi untuk menempuh pendidikan tidak terbatas pada usia, gelar, dan geografis. Usianya yang sudah menginjak 41 tahun, tak menghalangi dirinya, menempuh pendidikan jenjang sarjana lagi.
"Lahir di desa kecil (di Bangkalan, Madura) dari keluarga kurang mampu, pendidikan tinggi pernah terasa sebagai mimpi yang terlalu jauh," kata pria kelahiran 1984 tersebut.
Meski begitu, Anam membuktikan bahwa dengan tekad dan perjuangan, pendidikan bisa terus ditempuh. Bertahun-tahun setelah lulus S1 akuntansi dari Universitas Indonesia (UI), ia akhirnya menempuh S2 Magister Perencanaan Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan (MPKP) di kampus yang sama dan lulus pada 2017.
Kemudian ia melanjutkan gelar doktoral di Rep Ceko. Selama kuliah di Eropa, ia pernah menjabat sebagai Koordinator PPI Dunia (Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia). Dengan posisi itu, Anam harus menghubungkan ribuan pelajar Indonesia dari 65 negara.
Dua tahun usai meraih gelar PhD, kembali menapak jalur dasar demi memperdalam pemahaman sistem hukum nasional secara formal.
Keputusannya menempuh S1, meski sudah menyandang gelar doktor, mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Salah satunya dari Rektor UT, Dr Muhammad Yunus.
Menurutnya, dedikasi Anam menunjukkan fleksibilitas sistem pendidikan terbuka yang inklusif dan adaptif terhadap kebutuhan masyarakat lintas usia dan latar belakang.
"UT bangga menjadi bagian dari perjalanan akademik Choirul Anam. Ini menunjukkan bahwa belajar itu bisa dari mana saja, kapan saja, dan tidak ada kata terlambat," ujar Yunus.
"Ini bukan soal gelar. Ini tentang menghormati proses, dan memastikan bahwa kita benar-benar memahami Indonesia dari akar hukumnya," imbuhnya.
Mimpi Harus Diperjuangkan
Kini, anak telah mengantongi dua gelar sarjana, satu magister, dan satu doktoral. Gelar PhD dari Eropa, SH dari UT, dan dua gelar (S1-S2) dari UI.
"Kemiskinan bukan alasan untuk menyerah. Justru dari situlah saya belajar bahwa mimpi harus diperjuangkan, bukan ditunda," ucap Anam.
Ia berharap langkahnya bisa menginspirasi generasi muda Indonesia untuk tidak cepat puas, serta menghargai pendidikan di semua jenjang.
"Kadang orang merasa sudah tinggi gelarnya, lalu enggan belajar hal-hal mendasar. Padahal, justru dari dasar kita bisa memperkuat pijakan," pungkasnya.
(faz/nwk)