Sekar Ariane Maharani diterima kuliah di tiga negara Eropa pada program Erasmus Mundus Joint Master (EMJM) tahun akademik 2025. Pada beasiswa Erasmus+ yang didanai Uni Eropa ini, fresh graduate tersebut lolos seleksi dalam sekali percobaan, alias one shot.
Mojang Bandung ini memilih program magister sains The Coastal Hazards, Risks, Climate Change Impacts, and Adaptation MSc. Program ini mendidik mahasiswa untuk menjadi profesional yang mampu melindungi masyarakat dari bahaya pesisir secara global.
Perkuliahan COASTHazar berlangsung selama 2 tahun di 3 kampus di 3 negara, yakni di University of Cantabria, Spanyol; IHE Delft-Institute for Water Education, Belanda; dan University of the Algarve, Portugal. Bagaimana Sekar menyiapkan diri untuk lolos kuliah di luar negeri dengan beasiswa?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bidang Studi dan Pengalaman Linier
Mojang Bandung ini semula lulus dari Prodi S1 Oseanografi Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Juli 2024. Program COASTHazar menurutnya bersesuaian dengan bidangnya di program sarjana.
"Topik tugas akhirnya dulu tentang tsunami, kebencanaan pesisir," ucapnya pada detikEdu di sela kegiatan pra-keberangkatan Erasmus+ Awardee 2025 di Catur Dharma Hall, Menara Astra, Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (26/7/2025).
Pada skripsinya, alumnus SMAN 3 Bandung ini membuat pemodelan tsunami Pulau Seram, Maluku berdasarkan sejarah tsunami 1899 dan kejadian tsunami 2021.
Sebagai fresh graduate, Sekar juga aktif pada proyek bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak Agustus 2024 melalui Pusat Pengembangan Wilayah Pesisir dan Laut ITB.
Pada proyek Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) Merah Putih tersebut, ia terlibat pada pengembangan kesiapsiagaan tsunami dengan memodelkan 10.000 skenario tsunami di wilayah selatan Jawa.
"Kita kerja sama sama World Bank, IDRIP (Indonesia Disaster Resilience Initiatives Project), dan juga sama tiga universitas di Indonesia yaitu UI, UGM, sama ITB," ucap Sekar.
"Saya termasuk ke dalam bagian di ITB yang mengurus tentang tsunami processing-nya, tsunami modeling-nya. Jadi saya membuat database tentang tsunami, based on model, numeric computation, matematika gitu. Terus nanti saya perkirakan kira-kira dengan sumber tsunami yang ada, itu kira-kira tinggi tsunami yang bisa sampai ke bibir pantainya itu segimana. Jadi itu sebagai early warning system buat Indonesianya" imbuhnya.
Sesuaikan dengan Kata Kunci Program
Pemodelan sendiri menurutnya merupakan salah satu kata kunci yang dicari pada calon penerima beasiswa COASTHazar.
"Menurut aku, setiap program udah punya key points-nya gitu, kayak keyword apa yang mereka mau dari kita, apa yang mereka cari dari calon awardee Erasmus+ ini. Nah misalnya aku, dicari yang bisa modeling atau bisa programming," ucapnya.
Ia menjelaskan, pemenuhan kata atau poin kunci yang dicari pemberi beasiswa memudahkan calon pendaftar untuk memaksimalkan penulisan motivation letter berikut surat rekomendasinya.
"Yang paling penting, mungkin tahu dulu apa yang kita mau, terus nanti kita cari program yang paling sesuai dengan yang kita minati. Terus kita coba bikin CV, motivation letter, dan recommendation letter kita itu, supaya tidak menjadi tiga komponen yang terpisah," ucapnya.
Dokumen-dokumen yang koheren menurut Sekar bantu pemberi beasiswa untuk tahu apa yang pendaftar mau, bisa, dan yang dapat diberikan pada pemberi beasiswa.
"Aku bilang kalau aku di S1 ini sudah mempelajari tentang tsunami, aku tahu bahaya apa yang mereka bisa berikan, dan aku pengin tahu lebih lanjut gimana cara manajemen risiko tsunami itu, 'Saya mau belajar lebih dari program COASTHazar untuk menekan, memanajemen risikonya," ucapnya mencontohkan.
Sekar sendiri mengaku semula coba-coba studi kuliah oseanografi karena senang dengan renang, pantai, dan laut. Menekuni pendidikan tingginya, ia mendapati banyak hal yang dapat didalami, termasuk ancaman dari laut, mulai dari pengikisan pantai hingga tsunami.
"Saya tertarik juga karena dulu ada kejadian tsunami Palu dan tsunami sebelumnya. Banyak korban jiwa karena banyak orang yang belum tahu kemungkinan ada tsunami. Jadi, saya stick di field itu," tutur Sekar.
Lanjut studi jenjang Master, ia berharap makin siap memasuki dunia kerja di bidang sains, khususnya oseanografi, yang ia tekuni selama ini.
"Aku merasa masih harus banyak belajar, jadi aku langsung pilih S2 aja," ucapnya.
Persiapan Biaya
Dosen Sekar semula merekomendasikannya untuk ikut beasiswa program ini. Kendati mendadak, ia dapat memperoleh skor overall IELTS 7 dengan writing dan speaking masing-masing 6,5. Pemenuhan skor bahasa Inggris ini memungkinkannya tes IELTS cukup satu kali, sehingga biaya yang dikeluarkan efisien.
Sementara itu, ia menuturkan saat ini juga tengah menyiapkan biaya untuk mengantisipasi kebutuhan usai studi pascasarjana.
"Wisudanya mungkin selang satu bulan dari batas kita terakhir kuliah," tuturnya.
Bagaimana detikers, mau menyusul Sekar? Semoga berhasil!
(twu/nwk)