Sebanyak 260 mahasiswa dan dosen Indonesia memperoleh beasiswa Erasmus+ tahun akademik 2025. Didanai Uni Eropa, 73 pelajar akan menjalani studi pascasarjana, sementara 187 mahasiswa dan dosen akan menjalani program pertukaran di berbagai kampus Eropa.
Ke-73 pelajar studi pascasarjana merupakan penerima beasiswa Erasmus Mundus Joint Master's (EMJM). Angka ini menjadikan Indonesia masuk Top 10 negara dengan penerima beasiswa EMJM terbanyak di dunia.
Pada program beasiswa EMJM, para mahasiswa akan menjalani studi selama 2 tahun di 2 negara-negara Uni Eropa atau lebih pada berbagai bidang studi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Noer Risky Ramadhani, perwakilan Erasmus+ awardee 2025, menuturkan ia sempat masuk reserve list atau daftar cadangan pada 2019. Tak putus asa, alumnus Universitas Muhammadiyah Surakarta, terus berlatih tes IELTS dan menulis esai serta motivational letter, seperti rekan-rekan lainnya yang pada akhirnya menerima beasiswa ini pada 2025.
"Percaya, upaya membuahkan hasil," tuturnya pada acara Pra-Keberangkatan Penerima Beasiswa Erasmus 2025 di Catur Dharma Hall, Menara Astra, Jakarta, Sabtu (26/7/2025).
Thibaut Portevin, Counsellor dan Head of Cooperation , Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia mengatakan Erasmus+ merupakan salah satu upaya investasi pendidikan tinggi dan penelitian bagi masa depan RI dalam kerangka Strategi Global Gateway. Penerima beasiswa diharapkan mendukung dunia yang lebih inklusif, hijau, dan terdigitalisasi.
"Program ini memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk belajar dan tinggal di berbagai universitas di negara-negara anggota Uni Eropa. Beasiswa ini menjadi pengalaman unik yang meningkatkan pengetahuan, mengasah keterampilan, dan memperluas jaringan internasional," ucapnya.
Duta Besar Belgia untuk Indonesia HE Frank Felix mengungkapkan rasa senangnya atas terpilihnya Belgia sebagai negara tujuan nomor satu peminat beasiswa dari Indonesia. Ia berharap aksesibilitas ke negara-negara anggota Uni Eropa yang berdekatan, mulai dari Jerman hingga Luksemburg, memungkinkan para pelajar menghimpun pengalaman dan pembelajaran yang bermanfaat untuk masa depan.
"Banyak tokoh di Indonesia berangkat dari studi di luar negeri. Semoga pengalaman ini bantu membentuk Anda," tuturnya.
Selaras, Vincent Degoul, Deputy Counsellor of Cooperation and Cultural Affairs, Kedutaan Prancis untuk Indonesia berharap Erasmus+ awardee bisa memaksimalkan keterkaitan antarnegara anggota Uni Eropa. Sebagai catatan, Prancis menjadi negara dengan peminat kedua terbanyak sebagai tujuan studi.
Ia menekankan, dengan 0,7 persen pelajar Indonesia yang baru studi di luar negeri, maka perluasannya menjadi penting, diikuti dengan peningkatan skill dan pengalaman bagi yang berkesempatan mengecap peluang ini.
"Kunjungilah beberapa negara selama masa studi untuk perluasan peluang profesional," ucapnya.
(twu/nwk)