Mahasiswa Kristen UMSU Berpantun Jenaka di Depan Mendikdasmen, Diganjar Beasiswa

ADVERTISEMENT

Mahasiswa Kristen UMSU Berpantun Jenaka di Depan Mendikdasmen, Diganjar Beasiswa

Trisna Wulandari - detikEdu
Sabtu, 12 Jul 2025 19:00 WIB
Laura Amandasari Sitindaon, mahasiswa Kristen di UMSU.
Wisudawan UMSU Laura Amandasari Sitindaon. Foto: YouTube Cerita UMSU
Jakarta -

Wisudawan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Laura Amandasari Sitindaon memberi pidato penuh haru pada wisuda UMSU Periode I 2025, Selasa (8/7/2025). Menutup pidatonya, pemeluk agama Kristen Protestan ini di sela isaknya menyampaikan pantun jenaka di depan rektor dan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof Dr Abdul Mu'ti M Ed.

"Dari Klaten ke Argentina, tidak lupa ke kota Kudus. Agar si Kristen ini tidak kemana-mana, adakah S2 beasiswa Pak, sampai lulus? Saya tutup teman-teman, saya tutup. Kalau bukan sekarang, kapan lagi? Kalau bukan saya, siapa lagi? Saya Laura Amandasari, pamit undur diri. Sekian, terima kasih.Tuhan memberkati," tuturnya, yang direspons tawa rektor dan rekan-rekan wisudawan UMSU, dikutip dari kanal YouTube Cerita UMSU, Sabtu (12/7/2025).

Turut hadir pada momen tersebut yakni Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof Dr Abdul Mu'ti M Ed, yang juga menjabat sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2022-2027. Mendukung permintaan jenaka Laura, Mu'ti pun menyinggung soal pemberian beasiswa S2 tersbeut pada pidatonya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya tidak tahu, tadi pantun dari Klaten ke Argentina, kemudian tersesat di Kudus? Tapi pesannya saya kira sudah sampai. Insya Allah aspirasinya bisa dipenuhi oleh Pak Rektor. Kalau Pak Rektor tidak memenuhi, saya akan menggunakan otoritas saya sebagai Sekretaris Umum PP Muhammadiyah," ucap Mu'ti, dikutip dari akun Instagram @umsumedan.

Sementara itu, Rektor UMSU Prof Dr Agussani MAP mengabulkan permintaan Laura dengan membalas pantun.

ADVERTISEMENT

"Terbang tinggi si burung cendana, terbang berpaut si burung tempua. Laura jangan kemana-mana, Anda telah resmi menjadi mahasiswa S2," ucapnya pada kesempatan yang sama.

Cerita Mahasiswa Kristen Kuliah di Kampus Muhammadiyah UMSU

Pada momen tersebut, Laura semula mewakili rekan-rekan wisudawan untuk menyampaikan pidato wisuda. Ia menyampaikan kenangan susah-senang dan perjuangan memulai kuliah di tengah pandemi.

Mahasiswa Fakultas Hukum UMSU itu kemudian bercerita bahwa ia sempat diterima kuliah di salah satu perguruan tinggi di Tangerang Selatan, Banten dengan beasiswa. Mempertimbangkan pisah dengan keluarga, ia kemudian memutuskan berkuliah di Pulau Sumatera dengan catatan tetap mencari kampus dan prodi terakreditasi terbaik.

Alhasil, masuklah ia sebagai mahasiswa Kristen Protestan di kampus Islam swasta di Medan, Sumatera Utara tersebut. Pada pengenalan kampus Masa Ta'aruf (Masa) Kolosal daring yang diselenggarakan Pimpinan Komisariat (PK) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) UMSU, ia tertegun karena dunia perkuliahannya tampak sangat islami dengan jargon-jargon pergerakan.

Laura menuturkan, ayahnya saat itu jadi sempat khawatir. Ia bahkan mendukung anaknya untuk gap year atau pindah kampus.

"Bapak saya yang di sebelah sana mengatakan kepada saya, 'Nang, pindahlah atau istirahat setahun, gak apa-apa. Bapak lebih sayang sama mentalmu, nanti kau dikucilkan, boru'," tuturnya menirukan sang ayah.

Sang ayah menekankan, ia tak ingin sang anak pusing bagaimana caranya menjadi sarjana. Yang terpenting, sang anak bisa lebih sukses darinya.

Ia pun menenangkan ayahnya sambil coba tersenyum, meskipun juga bertanya-tanya apakah layak dan bisa bertahan sebagai minoritas di kampus Islam. Keraguan sang ayah masih muncul kemudian hari, tetapi ia kemudian dapat menenangkan ayahnya dengan pasti.

"Semester berikutnya keraguan itu muncul lagi oleh bapak saya dan ditanyakan lagi. Lalu saya menjawab, 'Pak, aku nggak dikucilkan, aku diterima di sini'," tuturnya.

Laura menuturkan, ia merasa diterima dan tidak ada ruang untuk diskriminasi di kampus. Ia pun semangat mencetak prestasi, salah satunya dipercaya sebagai Sekretaris Komunitas Peradilan Semu 2023-2024.

"Memimpin 17 anggota sebagai Ketua Delegasi National Moot Court Competition, menjadi pemateri sekaligus coaching di Universitas Asahan," kisahnya.

Tak sampai di situ, pengalaman lintas keyakinan baginya yang paling membekas selama berkuliah. Pada Ramadan 2024, ia ikut program Wakaf Al-Quran.

"Bagi saya, teman-teman, ini bukan pengalaman lintas iman saja, tapi bagaimana kita belajar tentang kebersamaan, toleransi, dan kemanusiaan. Sebab pada akhirnya yang paling dikenang adalah bukan pencapaian, tapi kebaikan yang tertinggal saat kita pergi tentunya," ucapnya.

Pengalaman lintas keyakinan ini bagi Laura membuktikan rekan-rekannya menerapkan toleransi, belajar menumbuhkan nilai-nilai dan karakter selama menjalani pendidikan tinggi. Ia juga berterima kasih pada rektor hingga dosen yang memungkinkan kampusnya jadi rumah bagi pelajar lintas keyakinan dengan baik.

"UMSU mengajarkan saya bahwa rasa hormat, kasih, dan toleransi adalah fondasi peradaban. Karena sampai detik ini saya wisuda, saya masih sebagai seorang Kristen Protestan di tengah-tengah ramainya wisudawan muslim di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara," ucapnya.




(twu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads