Peta Jalan Pendidikan Indonesia Tahun 2025-2045 mengutamakan bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika atau STEM (science-technology-engineering-math). Alasannya hal ini sejalan dengan strategi hilirisasi.
"Untuk STEM itu karena kita proporsi bidang ilmu tidak seimbang. Jadi kita masih mayoritas itu 65 persen ilmu sosial humaniora, sementara baru 35 persen hard sciences, jadi sains, teknologi, engineering, matematik," kata Deputi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Amich Alhumami.
Hal itu disampaikan Amich kepada wartawan di Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (10/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Data di Kedeputian PMK Bappenas 2024 yang telah diolah dari Pangkalan Data Perguruan Tinggi (PD Dikti) tercatat sampai tahun 2022 baru ada 13.047 prodi berbasis STEM; sedangkan prodi nonSTEM sebanyak 16.979 prodi. Sedangkan pada perguruan tinggi vokasi, prodi STEM mencapai 4.359 prodi, sedangkan prodi nonSTEM sebanyak 1.644 prodi.
"Untuk ukuran sekali lagi kalau kita mau meningkatkan produktivitas nasional, produktivitas ekonomi, maka bidang-bidang keilmuan STEM itu harus makin ditingkatkan karena nanti akan sejalan dengan strategi industrialisasi dan juga pembangunan ekonomi ke depan," imbuh Amich.
Bappenas berharap rancangan Peta Jalan Pendidikan Indonesia Tahun 2025-2045 ini membuat perguruan tinggi unggulan masing-masing provinsi di Indonesia menjadi motor dan otak pusat industri atau pusat pertumbuhan ekonomi baru.
![]() |
"Kalau nanti akan sekaligus juga meminta kepada perguruan tinggi di Sumatera, misalnya Sumatera Utara atau di Aceh ada Universitas Syiah Kuala, di wilayah timur Sulawesi kita punya Universitas Hasanuddin, Universitas Pattimura, sampai di Kalimantan juga Lambung Mangkurat dan seterusnya. Nah pusat industri, pusat pertumbuhan ekonomi baru itu juga harus dipaskan, harus ditopang oleh institusi perguruan tinggi yang nanti akan melahirkan lulusan-lulusan yang punya pengetahuan, punya kemahiran, keterampilan yang relevan dengan keunggulan daerah masing-masing. Jadi selain membangun perguruan tinggi, mengembangkan bidang keilmuan STEM, juga sekaligus menggerakkan potensi ekonomi di daerah yang melalui center of excellence bagi perguruan tinggi itu," urainya.
Masing-masing perguruan tinggi, punya keunggulan keilmuan sendiri dan bisa melakukan riset khusus atau konsorsium riset baik di Sumatera, Kalimantan atau Sulawesi.
"Dan masing-masing perguruan tinggi yang punya pusat keunggulan itu, punya bidang-bidang ilmu yang menjadi unggulan, itu menopang pembangunan ekonomi wilayah," jelas Amich.
Dalam dokumen Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2025-2045 yang dirilis Bappenas dan disusun bersama Kemendikbudristek (sebelum dipecah jadi 3 kementerian) dan Kementerian Agama (Kemenag) yang bisa diakses publik, disebutkan kesenjangan antara lulusan STEM dan non-STEM di Indonesia masih signifikan, dengan kontribusi lulusan STEM di industri prioritas jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara maju.
Mulai dimasukkan unsur cipta, rasa, dan karsa (Arts) ke dalam STEM menjadi STEAM. STEAM mulai diadaptasi melalui program studi interdisipliner dan proyek pengabdian masyarakat, namun tantangan dalam meningkatkan proporsi lulusan STEM dan mengintegrasikan cipta, rasa, dan karsa (Arts) secara efektif masih perlu diatasi.
Hari ini Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan menyatakan pihaknya tengah membahas penentuan kuota dan program studi. Langkah ini untuk menyeimbangkan ketersediaan lulusan prodi sosial dan prodi science, technology, engineering, and mathematics (STEM).
"Kami sedang membahas penentuan kuota dan penentuan program studi dan lain sebagainya untuk membuat perimbangan. Karena memang senyatanya, alumni-alumni yang berbasis sosial lebih banyak jumlahnya daripada alumni-alumni berbasis STEM," kata Fauzan pada Rapat Kerja Komisi X DPR dengan Mendiktisaintek pada Kamis (10/7/2025).
(nwk/pal)