Semua Berhak Berdaya: Inspirasi Perkuat Skill-Ekonomi Difabel dari Pantura Jawa

ADVERTISEMENT

Semua Berhak Berdaya: Inspirasi Perkuat Skill-Ekonomi Difabel dari Pantura Jawa

Novia Aisyah - detikEdu
Minggu, 18 Mei 2025 11:00 WIB
Salah seorang siswa disabilitas program inkubasi membatik di Rumah Batik TBIG, Pekalongan, Jawa Tengah.
Salah seorang siswa disabilitas program inkubasi membatik di Rumah Batik TBIG, Pekalongan, Jawa Tengah sedang melakukan proses pewarnaan, Selasa (13/5/2025). Foto: Novia Aisyah/detikcom
Jakarta -

Kesempatan yang sama besar untuk berkembang memang semestinya didapat semua orang tanpa terkecuali. Tak ketinggalan para penyandang disabilitas, juga harusnya mendapatkan kenyamanan sama banyak untuk memperoleh kesempatan memberdayakan diri.

Sebagaimana prinsip inti 2030 Agenda for Sustainable Development yang mewakili komitmen seluruh negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memberantas kemiskinan, mengakhiri diskriminasi, serta mengurangi ketidaksetaraan. Prinsip tersebut adalah tidak meninggalkan seorang pun atau "leaving no one behind".

Salah satu wujud hal ini disaksikan oleh detikEdu di Pekalongan, Jawa Tengah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejumlah siswa-siswi disabilitas dari sekolah luar biasa di wilayah Wiradesa menghasilkan karya di Rumah Batik PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). Tutur anak-anak ini hening, tetapi jari-jari mereka giat menciptakan batik.

Tahap Demi Tahap Membatik Seperti Apa?

Siang itu, Selasa (13/5/2025), detikEdu bersama rombongan dari berbagai media menyaksikan tahap demi tahap bagaimana menghasilkan selembar panjang batik yang sesungguhnya. Kami melakukan perjalanan ini sebagai bagian dari program Journalism Fellowship on CSR 2025 yang diselenggarakan oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) bersama PT Tower Bersama Infrastructure Tbk.

ADVERTISEMENT

Terik Pekalongan membuat hawa cukup gerah. Namun, siswa-siswi disabilitas di rumah batik itu tampak tetap fokus. Padahal, alat membatik mereka juga terus menyala dengan api.

Proses menghasilkan selembar kain batik bisa dengan dua metode, yakni cap atau tulis.

Pembuatan batik tulis dapat memakan waktu yang lama. Menciptakan satu lembar kain bermotif batik dapat memakan waktu hingga 7 hari.

Untuk menghasilkan kain batik yang benar-benar sudah jadi khususnya batik tulis, pertama-tama harus membuat desainnya terlebih dahulu. Kain putih diberi motif. Sekarang, proses membuat desain batik sudah dapat dilakukan secara digital.

"Setelah itu masuk ke proses pelekatan lilin. Pelekatan lilin ini ada dua jenis ya, pelekatan lilin tulis dan pelekatan lilin cap," ujar salah satu trainer membatik bernama Faisal.

Pelekatan lilin merupakan proses menggambar motif batik menggunakan lilin.

Pada pelekatan lilin cap, cara melekatkannya seperti stempel. Sedangkan pelekatan lilin tulis menggunakan canting secara manual.

"Jadi untuk membuat satu titik (batik), harus menggoreskan satu kali gerakan canting," ungkap Faisal.

"Itulah mengapa kain yang sepanjang tadi itu dikerjakan selama tujuh hari karena prosesnya benar-benar manual seperti ini," jelasnya.

Faisal, trainer membatik di Rumah Batik TBIG menjelaskan proses membatik pada Selasa (13/5/2025).Faisal, trainer membatik di Rumah Batik TBIG menjelaskan proses membatik pada Selasa (13/5/2025). Foto: Novia Aisyah/detikcom

Setelah proses pelekatan lilin, kemudian dilakukan proses pewarnaan. Proses ini dapat dilakukan secara sebagian.

"Bagian-bagian tertentu dari motif batik kita kasih warna. Ini dinamakan proses colet karena menggunakan kuas," terang Faisal.

Setelah proses pewarnaan colet, motif dapat diberi lilin agar saat mewarnai, warna di dalam motif tetap terlindungi. Nantinya, juga ada proses penghilangan lilin yang mana kain batik direbus dan diberi tambahan alkali.

Dalam proses membuat batik, bahkan menghasilkan pewarnaan jenis alaminya saja membutuhkan banyak waktu.

"Kalau (pewarnaan) alami kan dari daun dulu, direbus dulu, nanti airnya digunakan untuk pewarnaam," jelas Faisal.

"Kalau (pewarnaan) yang sintetis kan seperti ini, sudah dalam bentuk bubuk yang siap dilarutkan ke dalam air, kemudian digunakan untuk mencelup kain," ujarnya.

Bahan alami untuk pewarnaan batik bisa didapat dari daun ketapang, daun indigofera, dan sebagainya. Namun, tidak semua dedaunan dapat digunakan karena tidak selalu dapat menghasilkan tekstur pasta.

Sementara di sudut ruangan membatik, seorang siswa laki-laki tampak konsentrasi menempelkan cap pada selembar kain. Faisal mengatakan proses batik cap memang umumnya dilakukan oleh laki-laki. Sebab, alat membuat batik cap biasanya juga berat.

Cap untuk batik sendiri diperoleh dari pengrajin. Ada dua jenis cap di antaranya yakni kayu dan tembaga. Bahan yang kedua ini dipilih karena mampu menghantarkan panas dengan baik.

Bergiliran di antara kami mencoba membuat batik cap, yang ternyata tidak semudah itu. Selang dua detik terlalu lama mengangkat cap saja, motif akan tampak tidak rapi. Ini menunjukkan membatik membutuhkan keterampilan tinggi dan waktu lama untuk menguasainya.

Remaja Disabilitas Pelestari Budaya

Faisal memaparkan, ada disabilitas teman tuli dan disabilitas hambatan berpikir di antara anak didik inkubasi Rumah Batik TBIG.

"Nah, (siswa) yang hambatan berpikir itu karena komunikasinya lancar ke saya, akhirnya dia yang jadi komunikatornya mereka (teman tuli)," kata Faisal.

Program Inkubasi Membatik Gratis

Siswa-siswa itu tetap sekolah pada pagi harinya. Mereka biasa datang untuk membuat batik tiga hingga empat kali dalam seminggu dan ini tergantung kesediaan mereka.

"Teman-teman yang inkubasi bikin produk ini datang dari jam 11, nanti pulang jam 5," ungkap Faisal.

Ia mengatakan, program inkubasi ini pada dasarnya untuk membantu para siswa disabilitas memproduksi batik. Karya mereka nantinya dititipjualkan di Koperasi Bangun Bersama (KBB) yang diinisiasi oleh TBIG.

"Ada beberapa yang memang dia sudah pernah bikin karya. Dia sudah bisa dikasih permodalan sama koperasi (KBB)," katanya.

SIswa-siswi disabilitas program inkubasi membatik di Rumah Batik TBIG mengajari awak media sejumlah bahasa isyarat pada Selasa (13/5/2025).SIswa-siswi disabilitas program inkubasi membatik di Rumah Batik TBIG mengajari awak media sejumlah bahasa isyarat pada Selasa (13/5/2025). Foto: Novia Aisyah/detikcom

Faisal memaparkan, program inkubasi ini merupakan kerja sama dengan sekolah. Guru trainer kelas difabel program inkubasi ini sendiri pada pagi harinya juga mengajar di SLB setempat. Guru tersebut menawarkan kepada anak didiknya untuk belajar di rumah batik itu.

Namun, ada juga siswa yang mendapat rekomendasi dari teman satu komunitasnya. Untuk masuk inkubasi ini, siswa perlu mendaftar terlebih dulu karena kuota kelas reguler terbatas 30 orang. Sedangkan kelas difabel tebatas antara 5-6 orang.

Selama satu tahun sendiri, ada dua semester program yakni Oktober sampai Maret dan April hingga Oktober lagi.

Rekrutmen siswa baru juga dilakukan dua kali. Program inkubasi membatik ini sifatnya gratis.

Namun, tidak ada kelas online membatik karena siswa diharuskan praktik. Jika tertarik, siswa dapat mengirim direct message atau mengirim pesan langsung ke Instagram Rumah Batik TBIG.




(nah/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads