Bukan sekedar permainan board game biasa, alumnus IPB University dari program studi (prodi) Arsitektur Lanskap ini ciptakan monopoli versi keberlanjutan lingkungan. Ia adalah Annisa Hasanah Arsyad dengan karyanya bernama Ecofunopoly.
Ecofunopoly timbul dari keprihatinannya terhadap masih banyaknya masyarakat Indonesia yang membuang sampah sembarangan. Meski tak bisa terjun langsung mengubah kebijakan pemerintah, Annisa memulai langkah memerangi sampah dari bidang yang ia kuasai.
Untuk itulah ia menciptakan alat dengan upaya memberikan pendidikan lingkungan yang interaktif dengan sasaran utama anak-anak. Sehingga diharapkan timbul perilaku yang peduli terhadap lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan memainkan permainan ini, mereka diharapkan akan membawa kesadaran tersebut hingga dewasa dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari," tutur Annisa dikutip dari rilis di laman IPB University, Rabu (12/6/2024).
Cara Bermain Ecofunopoly
Proses bermainnya mirip dengan monopoli konvensional yang kita kenali. Namun, kemenangan ditentukan berdasarkan seberapa ramah lingkungan perilaku pemainnya bukan jumlah kekayaan.
Perbedaan lain juga terlihat di elemen permainan lainnya. Uang di monopoli digantikan dengan butiran karbon di Ecofunopoly.
Sedangkan kartu Kesempatan dan Dana Umum diganti menjadikan Kartu Panas dan Hijaukan. Setiap kartu berisi pertanyaan seputar perilaku lingkungan. Jawaban mereka akan memengaruhi jumlah karbon yang dimiliki.
Selanjutnya, bukan membuat rumah atau hotel sebanyak mungkin seperti yang ada di monopoli, Ecofunopoly berfokus agar pemain menanam sebanyak mungkin pohon dan mengurangi jumlah karbon.
Raih Penghargaan Nasional dan Internasional
Ecofunopoly sendiri hadir sejak tahun 2009 dan telah meraih berbagai penghargaan di dalam dan luar negeri. Pada tahun 2020, Ecofunopoly berhasil meraih penghargaan bergengsi yakni SDGs & Her Competition yang digelar oleh World Bank.
Setelah 15 tahun hadir, Ecofunopoly terus mengalami perkembangan dan evolusi. Baik dari sisi produksi hingga urgensi sehingga isu yang diangkat bisa lebih luas tidak hanya lingkungan. Tetapi juga masalah sosial dan ekonomi.
Melalui keberhasilan ini, Annisa mengajak semua anak muda untuk tak takut mengejar kegemaran mereka dan terus berkarya. Karena baginya mengerjakan sesuatu yang dicintai akan mendapat kesuksesan yang lebih bermakna.
(det/pal)