Apakah kamu pernah merasa bila waktu kian hari berjalan semakin cepat? Dari bangun tidur, berangkat ke sekolah atau tempat kerja, beraktivitas, tiba-tiba sudah kembali malam hari, sehingga kamu berfikir waktu cepat berlalu.
Waktu dalam kehidupan manusia nyatanya tidak lepas dari peristiwa perputaran Bumi pada porosnya atau yang bisa dikenal dengan proses rotasi Bumi. Karena rotasi Bumi inilah, kita mengalami siang dan malam dalam kurun waktu 24 jam.
Meski menjadi patokan waktu selama 24 jam, pakar sekaligus dosen departemen fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Dr rer nat Bintoro Anang Subagyo menyatakan lama rotasi Bumi sesungguhnya tidak dapat diprediksi. Bahkan bukan lebih cepat ternyata malah lebih lambat. Kok bisa?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bumi Bergerak Lebih Lambat
Cara paling sederhana untuk menghitung lama rotasi Bumi adalah dengan perhitungan waktu dari terbit hingga terbenamnya matahari. Nyatanya, setiap hari dalam satu periode rotasi Bumi memiliki waktu yang berbeda-beda, tetapi dibulatkan menjadi seperti waktu yang kita kenal.
"Satu periode ini sebenarnya memiliki waktu yang berbeda tetapi dibulatkan menjadi 24 jam," tuturnya dikutip dari rilis di laman resmi ITS, Rabu (22/5/2024).
Meski berbeda-beda, nyatanya waktu rotasi Bumi diprediksikan terus melambat. Laman Times and Date menjelaskan bila waktu rotasi Bumi dari tahun 2019-2025 diprediksi melambat hingga 0,25 milidetik.
Prediksi tersebut menurut alumnus Karlsruhe Institute of Technology (KIT) Jerman itu ternyata bukan hal baru. Karena dalam prosesnya mengitari matahari, Bumi mengalami fluktuasi dalam berbagai hal yang mengakibatkan pergerakan bisa berubah lebih cepat atau lebih lambat dari biasanya.
"Hal ini sudah berlangsung sejak ribuan tahun lalu," tambahnya.
Salah satu penyebab hal ini bisa terjadi karena Bumi didominasi oleh permukaan laut yang terus mengalami pasang surut. Jika ditarik lebih luas, faktor lain yang menyebabkan Bumi berotasi lebih lambat karena faktor gravitasional yang kompleks terjadi pada sistem tata surya.
"Sistem tata surya melibatkan bulan, matahari, bumi, hingga planet lain yang tidak dapat diabaikan pengaruhnya," ungkap Bintoro.
Fluktuasi rotasi Bumi dapat menyebabkan beberapa perubahan meski tidak terlalu signifikan. Seperti perubahan arah angin hingga ketebalan atmosfer pada hari-hari tertentu.
Waktu Berjalan Lebih Cepat
Dengan kenyataan Bumi bisa mengalami perlambatan waktu, tetap banyak manusia yang menganggap waktu di Bumi berjalan lebih cepat dari biasanya. Terkait hal ini Bintoro menyebutkan tidak ada hubungannya dengan rotasi Bumi melainkan psikologi manusia itu sendiri.
"Tidak tepat rasanya jika menyangkut pautkan persepsi pribadi terhadap waktu dengan persoalan ilmiah yang memerlukan kajian yang lebih komprehensif," ujarnya.
baginya, setiap kejadian di Bumi dan alam semesta seharusnya bisa dicari alasan ilmiahnya. Untuk itu ia berpesan agar kita tidak mudah termakan berita hoaks dan tak malas mencari tahu kebenarannya.
"Akan lebih bijak apabila sebagai kaum terpelajar, kita semua mau menggali informasi lebih dalam dari berbagai sumber, termasuk tentang alam semesta dan bumi tempat kita tinggal," pungkasnya.
(det/faz)