Pengalaman Mahasiswa Unesa Ikuti Pelayaran Jalur Rempah, Belajar dengan Kesan 'Magis'

ADVERTISEMENT

Pengalaman Mahasiswa Unesa Ikuti Pelayaran Jalur Rempah, Belajar dengan Kesan 'Magis'

Nikita Rosa - detikEdu
Rabu, 17 Apr 2024 11:30 WIB
Dewi Fatma Wati
Dewi Fatma Wati, Mahasiswa Unesa yang Ikut Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah. (Foto: Unesa)
Jakarta -

Dewi Fatma Wati merupakan salah satu dari 20 delegasi yang mengikuti pelayaran jalur rempah. Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu pun menceritakan pengalamannya menyusuri lautan nusantara.

Dewi mengikuti agenda bernama Pelayaran Muhibah Budaya Jalur Rempah 2023 oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud. Kegiatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan cagar budaya itu mengikuti narasi konektivitas Jalur Rempah di Indonesia.

Pelayaran ini melibatkan kapal legendaris KRI Dewaruci dengan rute Surabaya hingga Pulau Selayar di Sulawesi Selatan. Ketika kapal bersandar, para peserta diajak untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan seperti Festival Budaya di Selayar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dari sini bisa dapet insight baru khususnya di Pulau Selayar yang ternyata dulunya dijadikan tempat singgah kapal dan banyak peninggalannya seperti gong nekara terbesar yang ada di dunia, yang berfungsi sebagai genderang perang dan alat upacara pelantikan raja, minta hujan, dan ritual lainnya," jelasnya dalam laman Unesa, dikutip Rabu (17/4/2024).

Ikut Mandi Khatulistiwa

Salah satu momen tak terlupakan adalah ketika KRI Dewaruci melintasi garis khatulistiwa. Para penumpang dan awak kapal wajib mengikuti sebuah ritual khusus, yaitu "mandi khatulistiwa" atau "mandi suci".

ADVERTISEMENT

Atmosfer gelap yang dipenuhi kegembiraan menciptakan kesan magis ketika para awak kapal menyiramkan air laut kepada yang lainnya. Ritual ini menjadi momen pengingat akan keluarga di rumah, karena setiap orang dipanggil satu per satu untuk disiram air kembang oleh komandan KRI.

"Saat mandi suci ini awak kapal berperan sebagai dewa dan dewi Neptunus di atas KRI dan para peserta seakan-akan jadi sanderanya. Ini juga sebuah perwujudan simbolis dari pepatah dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung yang punya makna dalam menghormati tradisi dan adat istiadat yang ada di lingkungan tempat seseorang hidup atau berkunjung," terangnya.

Hal itu mencerminkan sikap saling menghormati dan menerima keberagaman budaya. Di samping jauh dari daratan dan ketersediaan sinyal, rasa kekeluargaan sangat terasa.

Dukung Jalur Rempah Diakui UNESCO

Selain mempromosikan budaya maritim dan sejarah rempah-rempah di kawasan Nusantara, Dewi menyebut kegiatan itu mendukung upaya agar jalur rempah diakui sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Ada berbagai fokus pada aspek jalur rempah itu yang mencakup seni budaya, kriya dan wastra, kuliner, ramuan atau obat-obatan, dan sejarah.

Dewi menjelaskan lintasan jalur rempah tidak hanya menjadi tempat pertukaran rempah-rempah, tetapi juga menjadi jalan bagi pertukaran budaya. Dengan keterhubungan yang terjalin, jalur rempah berpotensi untuk menjadi poros maritim dunia.




(nir/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads