Kisah Fathia Fairuza: Gagal Masuk PTN, Kini Sandang Gelar Sarjana-Master dari Luar Negeri

ADVERTISEMENT

Kisah Fathia Fairuza: Gagal Masuk PTN, Kini Sandang Gelar Sarjana-Master dari Luar Negeri

Nikita Rosa - detikEdu
Senin, 01 Apr 2024 09:00 WIB
Fathia Fairuza
Fathia Fairuza. (Foto: Dok. Pribadi Fathia Fairuza)
Jakarta -

Fathia Fairuza akan secara resmi meraih gelar masternya dari Columbia University di bulan Mei mendatang. Perempuan asal Sidoarjo itu pun melakukan kilas balik perjalanannya hingga studi ke luar negeri.

Nama Fathia Fairuza mungkin tak asing di pengguna media sosial. Unggahan videonya di akun Instagram @fathiafariuza tentang kisah menempuh pendidikan tinggi telah meraup jutaan penonton. Instagramnya juga senantiasa membagikan informasi tentang berkuliah di luar negeri.

Berhasil di salah satu kampus top Amerika atau Ivy League, Fathia sempat mengalami kegagalan, yaitu kuliah di Tanah Air. Bagaimana perjalanan Fathia? Simak berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gagal Masuk PTN

Sebelum lulus SMA pada tahun 2018, sama dengan kebanyakan siswa di Indonesia, Fathia berusaha untuk menembus persaingan masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Waktu itu, Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dikenal dengan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), sedangkan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) dikenal dengan sebutan Seleksi Nasional Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

ADVERTISEMENT

Fathia yang berasal dari jurusan IPA berniat untuk lintas jurusan demi jurusan impiannya, Hubungan Internasional. Meski tidak masuk dalam kuota SNMPTN, ia tetap semangat mempelajari materi IPS demi menembus persaingan SBMPTN.

Ia merasa lancar saat mengerjakan. Tetapi di hari pengumuman, bukanlah 'Selamat' yang ia dapatkan. Padahal, Fathia mengaku hasil try outnya cukup baik untuk lulus di jurusan pilihannya.

"Nggak keterima sama sekali ya bahkan di pilihan tiga juga gak keterima. Cukup kaget soalnya dari hasil-hasil try out itu kayak nilai aku tuh masuk gitu seharusnya cuman ternyata nggak," ceritanya kepada detikEdu dikutip Minggu (31/3/2024).

Kendati demikian, Fathia juga menyiapkan SBMPTN berbarengan dengan rencana studi ke luar negeri. Satu minggu setelah pengumuman SBMPTN, ia pun dinyatakan lulus kuliah di Jepang dengan beasiswa.

Ambil Part Time

Saat itu, Fathia harus bisa meyakinkan orang tua agar mengizinkannya kuliah di Jepang. Hal ini lantaran beasiswa yang ia dapat hanya mencakup uang kuliah saja.

"Biaya hidup itu memang harus ditanggung sendiri nah itu memang awalnya tuh juga berat untuk izin orang tua," ujarnya.

Tidak menyerah, Fathia akhirnya mencari informasi tentang kerja paruh waktu atau part time di Jepang. Ia sampai mengirimkan email kepada universitas tentang lowongan kerja part time.

"Terus katanya bisa dan emang banyak banget part time job yang nggak harus bisa bahasa Jepang," katanya.

"Yaudah jadi aku waktu itu emang izinnya ke orang tua oke aku dapet beasiswa untuk ngelanjutin S1 beasiswanya itu SPP (UKT) doang. Tapi untuk hidup kalian nggak usah khawatir karena aku bakalan part time job untuk menanggung biaya hidup aku," tegasnya.

Dengan izin dan doa orang tua, Fathia pun berangkat ke Negeri Sakura.

Punya Banyak Kesibukan

Tak hanya part time dan belajar di kelas, Fathia juga aktif mengikuti perlombaan serta menjadi asisten dosen di Ritsumeikan Asia Pacific University. Beberapa lomba yang pernah Fathia ikuti antara lain Jepang English MUN di Osaka, International MUN di Malaysia, dan Harvard World MUN secara online.

Bahkan, Fathia dan tim sampai membawa nama baik kampus karena menjadi tim pertama kampus yang menang dalam perlombaan tersebut.

"Ikut lomba Moot Court juga yang diadain sama ICRC dan kita menang. Satu Jepang itu kampus kita yang menang terus kayak sempat masuk koran Jepang juga karena itu pertama kalinya kampus kita memenangkan lomba itu. Akhirnya dikasih penghargaan lah sama kampus," jelas Fathia.

Eks Ketua Pelajar Pemuda Indonesia (PPI) di Jepang itu sempat merasa kelelahan menyeimbangkan kegiatan kuliahnya dengan part time. Untungnya, kampus Fathia memperbolehkan mahasiswa menerima lebih dari satu beasiswa.

"Alhamdulillah sejak semester 3 aku nggak part time lagi. Jadi aku alhamdulillah dapat beasiswa sampai lulus semester 8," ujarnya.

Kejar LPDP

Fathia masih ingin mendalami ilmu yang ia dapatkan selama berkuliah sarjana. Bertekad mengambil konsentrasi Human Rights, Fathia pun mempersiapkan pendaftaran ke Columbia University dengan Beasiswa LPDP.

Fathia menjelaskan jika salah satu alasan memilih Columbia karena lokasinya yang berdekatan dengan tempat kerja impiannya, United Nations.

"Nah UN headquarters itu letaknya memang kebetulan ada di New York terus juga dari hasil riset memang jurusan Human Rights itu ada di beberapa kampus di New York gitu ya ada di Columbia sama di New York University aku daftar dua-duanya dan dua-duanya diterima tapi akhirnya pilih di Columbia aja," jelasnya.

Setelah bertahun-tahun menekuni Human Rights, Fathia pun sedang menanti pengumuman untuk bekerja di United Nations.

Pernah mengalami kegagalan semasa SMA, Fathia berpesan kepada pelajar lain yang belum berhasil pada SNBP.

"Kalau kamu gagal SNBP bukan berarti kamu gagal sih kayak kita kan gak tau ya apa faktor yang dilihat dari SNBP dari seribu tahun yang lalu kayaknya gitu deh kita nggak ada yang tau, kenapa orang diterima, kenapa orang nggak diterima. Jadi ya udah kalau gak diterima itu bukan bukan berarti kamu gagal, tapi ya bukan waktunya, bukan rezekinya," jelasnya.

"Kalau misalnya mau nyoba lagi, ya semangat gitu ya di SNBT. Tapi juga aku mau kasih tau bahwa ada opsi lain juga loh untuk kuliah S1, yaitu misalnya dapetin beasiswa untuk S1 di luar negeri. Kita kan gak tau ya rezekinya tuh dimana jadi kalau dari aku sih coba segala cara karena kita nggak akan tau dimana kita rezekinya," pungkasnya.




(nir/faz)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads