Masyarakat Korea Selatan Ramai-ramai Setop Makan Buah, Apa Sebabnya?

ADVERTISEMENT

Masyarakat Korea Selatan Ramai-ramai Setop Makan Buah, Apa Sebabnya?

Nikita Rosa - detikEdu
Kamis, 14 Mar 2024 15:30 WIB
People walk along the public area of the Cheonggye Stream in Seoul, South Korea, Thursday, May 11, 2023. South Korea will drop its COVID-19 quarantine requirements and end testing recommendations for international arrivals starting next month after the World Health Organization declared the end of the global health emergency. (AP Photo/Ahn Young-joon)
Masyarakat Korea Selatan Ramai-ramai Setop Makan Buah. (Foto: AP/Ahn Young-joon)
Jakarta -

Masyarakat Korea Selatan ramai-ramai setop makan buah. Fenomena ini terlihat dari data konsumsi buah-buahan di Korea Selatan yang berkurang hampir 20 persen selama 15 tahun terakhir.

Menurut Kementerian Pertanian, Pangan, dan Pedesaan, konsumsi buah per kapita di Korea Selatan turun 19 persen menjadi 55 kilogram pada tahun 2022 setelah mencapai puncaknya pada 67,9 kilogram pada tahun 2007.

Jeruk keprok dan apel menduduki puncak konsumsi per kapita dengan masing-masing 11,8 kilogram dan 11,0 kilogram, diikuti oleh pir (4,4 kilogram), anggur (4,4 kilogram), persik (3,7 kilogram) dan kesemek (1,9 kilogram). Lantas, apa penyebab masyarakat korea ramai-ramai setop makan buah?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alasan Masyarakat Korea Selatan Setop Makan Buah

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Administrasi Pembangunan Pedesaan mengatakan konsumsi buah-buahan terkait erat dengan harga buah-buahan. Sering kali buah dianggap sebagai bahan pangan yang paling tidak penting, dan konsumsinya akan menurun ketika harga naik.

Tak hanya itu, pasokan buah-buahan di Korea Selatan juga mengalami penurunan. Kekurangan pasokan dan melonjaknya harga inilah menjadi alasan masyarakat Korea Selatan setop makan buah.

ADVERTISEMENT

Harga Buah di Korea Selatan Melonjak

Pada bulan Januari dan Februari tahun ini, harga buah-buahan melonjak hampir 40 persen dibandingkan tahun lalu. Jeruk keprok dan apel mengalami kenaikan harga masing-masing sebesar 71 persen dan 78 persen, pada periode yang sama.

Berkurangnya produksi disebut-sebut sebagai faktor utama kenaikan harga buah-buahan. Luas total budidaya buah-buahan di Korea Selatan telah menurun dari 172.900 hektare pada tahun 2000 menjadi 158.830 hektare pada tahun 2022. Jumlah total petani di Korea, yang terkena dampak penuaan yang cepat, juga terus menurun dari 2,85 juta menjadi 2,17 juta selama dekade terakhir.

Kondisi cuaca yang tidak normal, seperti hujan lebat, telah menimbulkan tantangan pada produksi buah-buahan. Tahun lalu, produksi apel dan pir mengalami penurunan signifikan masing-masing sekitar 30 persen, sebagian besar disebabkan oleh kerusakan yang disebabkan oleh suhu rendah selama musim semi dan hujan lebat di musim panas.

Pemerintah Adakan Konferensi Darurat

Untuk mengatasi kekurangan pasokan buah-buahan dan barang-barang pertanian lainnya, Menteri Pertanian Song Mi-ryung mengadakan konferensi pers darurat di mana ia berjanji untuk membentuk badan konsultatif untuk produksi buah-buahan sambil memperluas dukungan keuangan bagi para petani.

"Kami akan menginvestasikan 20,4 miliar won dari bulan Maret hingga April untuk menurunkan harga 13 item, termasuk apel dan daun bawang," kata menteri dalam The Korean Herald.




(nir/nwy)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads