Artificial Intelligence (AI) mulai menjadi bagian dalam aktivitas sehari-sehari. Kehadirannya, menurut Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Nezar Patria, tak perlu dianggap sebagai lawan.
Terkhusus pada sektor komunikasi, Nezar Patria menganggap jika pemanfaatan AI bisa dimaksimalkan, selama penggunanya memiliki pola pikir yang adaptif dan inovatif.
"Pola pikir ini penting agar kita bisa memanfaatkan kehadiran AI, ketimbang menganggapnya sebagai lawan. Sebagaimana hidup terus bergerak maju, begitu pula inovasi akan terus mengisi kehidupan kita sehari-hari," katanya dalam keterangan resmi yang diterima detikEdu, Minggu (25/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nezar menjelaskan, Pemerintah Indonesia saat ini tengah mengusulkan pendekatan 3P, yang terdiri dari policy (kebijakan), platform, dan people (masyarakat). Dari segi kebijakan, ia harus memperhatikan unsur keamanan, keadilan, dan inklusivitas dalam pengembangan AI di dalam negeri.
Butuh Organisasi Mitigasi Risiko Pengembangan AI
Terkait platform, Nezar menilai perlu adanya forum, organisasi, atau mekanisme serupa untuk membangun komunikasi inklusif bagi para pemangku kepentingan. Platform ini nantinya menjadi ruang komunikasi terkait risiko dan mitigasi perkembangan AI.
Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga, Prof. Henri Subiakto, menekankan pentingnya regulasi kuat agar pemanfaatan AI dapat optimal namun tetap aman. Dengan begitu, AI dapat terus berkembang tanpa mengganggu hakikat dan keberadaan manusia.
"Kita perlu Undang-undang tentang AI yang memberikan sanksi terhadap penyalahgunaan AI. Indonesia harus memprioritaskan pembuatan peraturan ini," ujarnya.
Peran Manusia Tidak Tergantikan
Meski AI berdampak besar pada komunikasi, Dosen Departemen Ilmu Komunikasi UGM Dr. Mufti Nurlatifah yakin ada peran manusia yang tak dapat tergantikan. Misalnya, dalam jurnalisme yang sekarang banyak dibantu AI.
"Untuk membuat tulisan dan audiovisual bisa bercerita dengan baik dan sampai ke orang yang membacanya, masih perlu rasa dari manusia," ujarnya.
Ketua Dewan Pengawas LPP TVRI Agus Sudibyo juga berpendapat jika jurnalisme justru semakin relevan dalam dunia yang menggunakan AI.
"Dalam era banjir hoax, jurnalisme makin relevan tapi harus dirumuskan ulang. Jurnalis dan konten kreator sama-sama menghasilkan konten. Apa yang membedakan mereka? Ini harus ada formulasi ulang," tuturnya.
(nir/faz)