BRIN Sebut Jakarta Bisa Populerkan Budaya Betawi Bak K-Pop

ADVERTISEMENT

BRIN Sebut Jakarta Bisa Populerkan Budaya Betawi Bak K-Pop

Cicin Yulianti - detikEdu
Jumat, 23 Feb 2024 12:30 WIB
Sejumlah peserta menampilkan tarian tradisional Betawi dalam pagelaran festival tari pelajar di Museum Ranggawarsita, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (15/12/2023). Pagelaran seni tari bertajuk Greget Festival tersebut diadakan Sanggar Greget Semarang dengan diikuti ratusan penari pelajar di kota itu bertujuan untuk melestarikan dan menumbuhkembangkan rasa cinta terhadap seni tari budaya khas Indonesia kepada generasi muda. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/nz
Tari tradisional Betawi. Foto: ANTARA FOTO/Makna Zaezar
Jakarta -

Kepala Pusat Riset Manuskrip, Literatur, dan Tradisi Lisan BRIN, Sastri Sunarti mengatakan Jakarta dapat melahirkan budaya Korean Pop (K-pop) ala Betawi dalam Diskusi Pengembangan Riset dan Inovasi dalam Penguatan Jakarta sebagai Kota Global di Gedung BJ Habibie, Jakarta, Selasa (20/2/2024).

Menurutnya, anak muda perlu diberikan skill yang bisa mendorong kreativitas merek dalam membangun ekonomi. Termasuk dalam mendukung industri kreatif yang berbasis kebudayaan lokal.

"Mengenai pembinaan generasi muda saya kira ini juga sudah banyak dilakukan tapi mungkin lebih memberikan dan menguatkan lagi skill kepada mereka. Misalnya seperti Jepang atau Korea dengan budaya-budaya K-popnya. Kita juga bisa menciptakan K-pop ala Betawi, saya kira kenapa tidak?" ujar Sastri dalam laman BRIN, dikutip Jumat (23/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, pengambangan budaya harus saat ini banyak dipandang menghabiskan banyak biaya. Ia mencontohkan sebuah perusahaan karya anak muda yakni Ananta Rupa yang membuat game war dari ikon budaya Majapahit dan dapat meraup keuntungan besar.

ADVERTISEMENT

"Jadi budaya bukan berarti tidak ada duitnya, seringkali kita berpikir budaya ini cuma menghabiskan duit, tapi kalau sebenarnya diolah ternyata budaya itu sangat kaya menurut saya. Nah ini potensi ini yang harus digali kembali," tutur Sastri.

Pelestarian Budaya Betawi Era Modern

Sastri mengungkap kebudayaan Betawi sudah sering terpinggirkan sejak masa Orde Lama (Orla) dan Orde Baru (Orba). Saat itu, pemerintah cenderung menonjolkan keberagaman etnis dan mengabaikan budaya Betawi. Ia menekankan pentingnya sebuah pendekatan untuk mendorong pelestarian budaya Betawi, mengingat Jakarta adalah kota global di Indonesia.

"Pendekatan baru perlu dipertimbangkan untuk memperkuat identitas lokal masyarakat Betawi dan mengatasi perasaan keterpinggiran yang mungkin dirasakan. Kita perlu melakukan riset-riset terkait pelestarian budaya yang melibatkan pemerintah, lembaga budaya, dan masyarakat Betawi sendiri," ungkapnya.

Tantangan Budaya Betawi Zaman Kini

Kemudian Sastri menyoroti tantangan yang akan dihadapi masyarakat Betawi di zaman sekarang. Menurutnya, pelaku budaya Betawi perlu mengkolaborasikannya ke dalam industri kreatif.

"Salah satu langkah yang bisa diambil adalah mengembangkan industri kreatif sebagai cara mempertahankan budaya dan menciptakan mata pencaharian baru di tengah perubahan ekonomi," tambahnya.

Selain itu, upaya yang harus digalakkan adalah pembinaan terhadap anak muda lewat memberikan skill baru. Dengan begitu, upaya penguatan identitas lokal akan semakin terealisasi.

Dari riset BRIN, Sastri mengatakan praktik perawatan tradisi Betawi masih terjaga di tengah masyarakat. Sastri berharap Jakarta akan semakin maju dalam melestarikan identitas budaya lokalnya, tak hanya memajukan perekonomiannya saja




(cyu/cyu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads