Kisah 'Newton' dari Gaza: Berhasil Ciptakan Listrik dari Angin di Pengungsian

ADVERTISEMENT

Kisah 'Newton' dari Gaza: Berhasil Ciptakan Listrik dari Angin di Pengungsian

Fahri Zulfikar - detikEdu
Minggu, 11 Feb 2024 19:00 WIB
Displaced Palestinian teenager Hussam Al-Attar, nicknamed by people Newton, works on wind turbines, that he uses to light up his shelter during power cut, at a tent camp in Rafah, in the southern Gaza Strip, February 6, 2024. REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa     TPX IMAGES OF THE DAY
Foto: REUTERS/IBRAHEEM ABU MUSTAFA/Hussam Al-Attar Menciptakan Sumber Listrik untuk Tenda Keluarganya
Jakarta -

Hussam Al-Attar adalah seorang remaja yang namanya baru-baru ini dikenal sebagai 'Newton dari Gaza'. Julukan dari nama seorang ilmuwan terkemuka ini muncul karena ia berhasil menciptakan listrik dari angin.

Al-Attar merupakan remaja yang sedang mengungsi di Rafah yakni tepi selatan Palestina yang berbatasan dengan Mesir. Ia dan keluarganya mengungsi karena kampung halamannya, Gaza, diserang secara brutal oleh Israel sejak Oktober 2023.

Di pengungsian ini, ia kemudian membuat inovasi untuk menerangi tenda keluarganya dengan memanfaatkan tenaga angin yang ada. Atas kecerdikannya, orang-orang di sekitar tenda pengungsian memberinya julukan 'Isaac Newton dari Gaza'.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka mulai memanggil saya Newton-nya Gaza karena kemiripan antara saya dan Newton," kata Al-Attar, dikutip dari Reuters, Jumat (9/2/2024).


Memanfaatkan Dua Kipas Angin Bekas

Untung membuat listrik ini, Al-Attar menggunakan dua kipas angin yang ia ambil dari pasar bekas dan dipasang pada beberapa kabel.

ADVERTISEMENT

Dengan menyelamatkan komponen dari perangkat elektronik yang dibuang atau rusak, ia kemudian mengumpulkan elemen-elemen yang diperlukan untuk generator listrik inovasinya.

Lalu, remaja berusia 15 tahun tersebut memasang dua kipasnya di atap dan tersusun satu di atas yang lain, untuk bertindak sebagai turbin angin kecil yang mampu mengisi baterai.

Bilah turbin yang dibuat dari bahan yang ringan tapi tahan lama ini, ditempatkan secara strategis untuk menangkap kekuatan angin. Saat angin berinteraksi dengan bilah-bilah darurat ini, hal itu mendorong turbin untuk bergerak.

Kemudian dia baru menyambungkan kipas angin ke kabel yang melintasi rumah dan menggunakan sakelar, bola lampu, dan sepotong kayu lapis tipis yang direntangkan ke dalam tenda.

Namun, percobaanya bukan sekali berhasil. Dia mengatakan dua percobaan pertamanya gagal dan butuh beberapa saat baginya untuk mengembangkan sistem hingga dia berhasil pada percobaan ketiga.

"Saya mulai mengembangkannya lebih lanjut, sedikit demi sedikit, hingga saya bisa menyambungkan kabel-kabel itu melalui ruangan hingga ke tenda yang kami tempati, sehingga tenda tersebut memiliki penerangan," ucap Al-Attar.

"Saya sangat senang bisa melakukan ini, karena saya meringankan penderitaan keluarga saya, ibu saya, ayah saya yang sakit, dan anak-anak adik laki-laki saya yang masih kecil, dan semua orang di sini yang menderita karena kondisi yang kami jalani selama perang," imbuhnya.

Ingin Menjadi Ilmuwan Dunia

Siswa Sekolah Jabel Mukaber di Gaza tersebut mengatakan ingin tetap berpegang teguh pada mimpi dan ambisinya di dunia penemuan, meski dilanda perang.

"Saya sangat senang orang-orang di kamp ini memanggil saya Newton dari Gaza, karena saya berharap dapat mencapai impian saya menjadi ilmuwan seperti Newton dan menciptakan penemuan yang tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat Jalur Gaza tetapi juga seluruh dunia," paparnya dalam TechTimes.

"Saya menyukai kehidupan, dan saya menyukai detailnya. Saya ingin menjadi seorang penemu dan ilmuwan. Dan Palestina tidak mungkin mati dalam diri saya," tutur Al-Attar.




(faz/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads