FSGI: Visi-Misi Pendidikan Semua Capres Belum Merekonstruksi Kebudayaan

ADVERTISEMENT

FSGI: Visi-Misi Pendidikan Semua Capres Belum Merekonstruksi Kebudayaan

Nograhany Widhi Koesmawardhani - detikEdu
Minggu, 04 Feb 2024 18:01 WIB
Semringah Ketiga Paslon Capres saat Ruang Debat Riuh
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengkritik visi-misi para capres 2024 belum memunculkan pendidikan yang berkebudayaan. Semuanya masih berkutat pada kesejahteraan guru dan pendidikan gratis.

"FSGI mengkaji visi dan misi capres yang ternyata dalam visi dan misi pendidikannya belum memunculkan pendidikan yang berkebudayaan. Para capres masih berkutat pada pendidikan gratis dan kesejahteraan guru," ujar Sekjen Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo dalam rilis yang diterima, Minggu (4/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Heru mengingatkan pendidikan dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat, kebudayaan adalah bagian dari pendidikan. Budaya dalam pendidikan bangsa merupakan inti dari suatu proses. Semakin tinggi kebudayaan, makin tinggi pula pendidikan atau cara mendidiknya. Pendidikan juga merupakan proses kebudayaan, sebab proses pendidikan terjadi dalam konteks kebudayaan.

Misi Pendidikan Para Capres

Sejatinya, proses pendidikan berfungsi merekonstruksi kebudayaan. Artinya, proses pendidikan memungkinkan peserta didik mampu memberi makna (meaning) terhadap lingkungan atau dunia kehidupannya.

ADVERTISEMENT

"Misalnya, di suatu daerah pesisir maka pendidikan yang berkebudayaan maritim yang dibangun, begitupun ketika lingkungan pengunungan, maka kebudayaan pengunungan yang dikembangkan," demikian ditambahkan Ketua Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti.

Paslon 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, menyebutkan tentang pendidikan dan kebudayaan mencakup akses pendidikan berkeadilan, kualitas dan kesejahteraan guru, hingga keterjangkauan biaya pendidikan tinggi, tetapi hanya menyebut secara umum dan belum tertuang dalam arah program kebijakannya.

Paslon 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, juga belum mengaitkan visi dan misinya antara pendidikan dan kebudayaan. Bidang pendidikan, sains, teknologi, dan kebudayaan, dalam visi-misi Prabowo-Gibran tertuang dalam Asta Cita 4 yang berbunyi "Memperkuat pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas".

Paslon 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD sudah mengarahkan pendidikan dan kebudayaan dalam visinya, yaitu terkait Indonesia sebagai negara maritim yang mayoritas wilayahnya adalah laut, yaitu melalui Visi "Menuju Indonesia Unggul Gerak Cepat Mewujudkan Negara Maritim yang Adil dan Lestari", tetapi misi pendidikan belum tajam mengaitkan pendidikan dan kebudayaan.

Ketika kebudayaan adalah bagian dari pendidikan, maka tujuan pendidikan akan tercapai. Menurut UU Sisdiknas, pendidikan bertujuan untuk membentuk agar manusia dapat menunjukkan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu bersosialisasi dalam masyarakatnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara pribadi, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan.

Visi Capres soal Pendidikan

Ketika membahas pendidikan, maka ada dua hal yang selalu muncul yaitu akses dan kualitas pendidikan. Bagaimana ketiga paslon membuat misi dan program yang terkait akses dan kualitas pendidikan.

Paslon 1 lebih berorientasi pada peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru serta tenaga kependidikan, bahkan juga kesehatan mental, namun minim menyoriti akses pendidikan. Beberapa poin utamanya antara lain:

  • Meningkatkan kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan (tendik)
  • Mengangkat tendik honorer melalui pertimbangan kebutuhan
  • Mengurangi beban administrasi guru dengan pemanfaatan teknologi.

Paslon 1 paham bahwa banyak guru saat ini terbebani oleh jam mengajar yang tinggi dan administrasi yang banyak. Untuk pendidikan tinggi, paslon 1 akan:

  • Memprioritaskan alokasi dana riset untuk perguruan tinggi
  • Mengembangkan skema dana riset yang kompetitif untuk dosen kampus (tak ada penjelasan tepat guna)
  • Kebijakan keterjangkauan biaya pendidikan tinggi

Paslon 2 berorientasi kualitas antara lain:

  • Kebijakan penerapan upah minimum untuk guru swasta, PAUD, madrasah, dan yayasan
  • Peningkatan kualitas SMK yang berorientasi kepada industri kreatif dan seni budaya
  • Membenahi kurikulum perguruan tinggi, pendidikan vokasi, dan politeknik berbasis riset, inovatif, aplikatif, dan inkubasi yang terhubung dengan industri.

Paslon 2 memiliki visi memperluas program pendidikan formal maupun nonformal (PKBM) hingga meningkatkan akses layanan pendidikan bagi penyandang disabilitas. Pendidikan nonformal ini hanya disinggung dalam misi Paslon 2.

Sedangkan paslon 3 dalam bidang pendidikan, Ganjar-Mahfud memiliki visi mempercepat pembangunan manusia yang berkualitas, produktif dan berkepribadian serta mempercepat penguasaan sains dan teknologi. Beberapa poin yang diunggulkan pasangan ini adalah "Pendidikan Berkualitas dan Merata", di antaranya:

  • Akses Pendidikan melalui Wajib Belajar 12 tahun gratis
  • 1 Keluarga Miskin, 1 Sarjana
  • Guru dan dosen sejahtera, berkualitas, dan kompeten sejajar negara maju dan integrasi pendidikan & pelatihan vokasi-dunia usaha

Pendidikan dan Kebudayaan Satu Kesatuan

Menurut UU No. 20 Tahun 2023 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Sedangkan kebuadayaan merupakan suatu sistem pengetahuan, gagasan dan ide yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat yang berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu dalam bersikap dan berperilaku dalam lingkungan alam dan sosial di tempat mereka berada.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan memiliki peranan dan fungsi yang penting dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara karena suatu bangsa akan menjadi besar jika nilai-nilai kebudayaan telah mengakar kuat dalam sendi kehidupan masyarakatnya. Di sinilah peran pentingnya pendidikan.

Pendidikan yang berkebudayaan masyarakat agraris misalnya akan menekankan pendidikan yang menjaga keberlangsungan dan kelestarian hutan dan alam karena itu bukan hanya ruang hidupnya, tetapi juga ruang mereka dan keturunannya mempertahankan hidup.

"Oleh karena itu, pendidikan yang tepat untuk masyarakat penggunungan dan agraris adalah membangun ketahanan pangan, teknologi pertanian yang meningkatkan berkali lipat hasil panen, teknologi pengolahan hasil panen yang mampu mengawetkan sehingga dapat dipasarkan secara meluas, adakan berbagai riset pertanian oleh perguruan tinggi untuk hal tersebut, dll," pungkas Wakil Sekjen FSGI yang juga kepala SMK, Fahriza Marta Tanjung.




(nwk/twu)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads