Sherina Wijaya berhasil meraih penghargaan Best Presenter di ajang International Symposium on Earth Science and Technology 2023 (CINEST) yang diselenggarakan Kyushu University, Fukuoka, Jepang, pada 30 November-1 Desember 2023. Di antara 125 ilmuwan yang hadir, Sherina merupakan satu-satunya mahasiswa sarjana.
Sherina adalah mahasiswi tingkat akhir dari Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (ITB). Meski sibuk mengerjakan skripsi, ia tetap mencoba peruntungannya.
Ia mengaku tidak pernah terpikir untuk mengikuti ajang konferensi internasional. Namun, dukungan dosen pembimbing, Dr Very Susanto, meyakinkannya untuk mencoba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konferensi yang ia hadiri adalah simposium internasional di bidang sains dan teknologi yang berfokus pada isu-isu ilmiah, teknologi, dan lingkungan yang menjadi tantangan global. CINEST diikuti 125 ilmuwan dengan latar belakang pendidikan master dan doktoral dari seluruh dunia.
Angkat Topik Skripsi
Sherina mengangkat topik "Identifikasi Radionuklida Primordial pada Tanah dan Implikasinya terhadap Lingkungan Studi Kasus: Desa Botteng, Kecamatan Simboro, Kabupaten Mamuju". Perempuan asal Bali itu mengatakan bahwa topik yang diangkat merupakan topik skripsi yang saat ini sedang dikerjakannya.
Berdasarkan hasil uji sampel tanah dari penelitiannya, ia menemukan tanah Mamuju mengandung radioaktivitas Th232, Ra226, K40 yang tinggi sehingga berdampak signifikan terhadap lingkungan sekitar. Hal ini akan berisiko pada paparan radiasi internal manusia.
Bagi Waktu Skripsi dan Konferensi
Sherina memiliki waktu satu bulan untuk menyiapkan konferensinya. Di tengah kesibukannya, ia juga harus membagi fokus dengan skripsi.
Dengan penuh keyakinan dan dukungan dari dosen pembimbing, Sherina berhasil melewati seminar hasil dan membawa sertifikat penghargaan sebagai "Best Presenter" di CINEST.
"Proses pengerjaannya berawal dari submit abstrak dengan beberapa kali revisi dengan dosen pembimbing. Lalu satu bulan kemudian dapat pengumuman lolos untuk membuat extended abstract dan bahan presentasi di konferensi," ujarnya dalam laman ITB, Rabu (10/1/2024).
Ia mengaku baru satu kali latihan presentasi di Jepang. Namun, hal ini dapat diatasinya karena kemampuannya berbahasa Inggris.
"Aku rasa penghargaan Best Presenter ini aku dapat karena kemampuanku berbahasa asing, especially English," ujarnya.
Dirinya mengaku belajar banyak hal baru dari konferensi tersebut. Sherina berhasil membuktikan dengan bahasa, berbagai peluang untuk berprestasi di tingkat internasional semakin terbuka lebar.
"Jangan pernah takut untuk mencoba hal baru dan keluar dari zona nyaman. Jika kita tidak mencoba kita tidak akan pernah tahu apa yang akan kita dapatkan," pungkasnya.
(nir/nwk)