Beberapa waktu lalu, Harvard University membuka lowongan untuk pengajar bahasa Indonesia di tahun ajaran 2023/2024 mendatang. Kini, universitas nomor dua terbaik di dunia versi THE WUR 2023 itu sudah mendapatkannya, loh.
Salah satunya adalah Ivanna Zakiyah yang merupakan alumnus dari Universitas Negeri Lampung (Unila) yang mengajar di Harvard University lewat program Fulbright Foreign Language Teaching Assistant (FLTA). Dalam seminggu, setidaknya ia mengajar sebanyak tiga kali di kelas Bahasa Indonesia jenjang pemula dan menengah.
"Saya mengajar seminggu 3 kali di kelas Bahasa Indonesia beginner (pemula) dan intermediate (menengah). Saya juga mengobservasi kelas Bahasa Indonesia yang diampu Bu Sakti (Sakti Suryani) seorang pembimbing bahasa Indonesia di Harvard Faculty of Arts & Science," ujar Ivanna kepada detikEdu ditulis Senin (4/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski kini disibukkan dengan kegiatan mengajar, Ivanna tak bisa lupa dengan pengalaman menariknya saat proses penerimaan guru bahasa Indonesia di Harvard. Bagaimana tidak, ia dan kampus yang meluluskan Barack Obama itu bak jodoh. Kok bisa?
Ivanna Zakiyah 'Jodoh' dengan Harvard
Dikutip dari laman American Indonesian Exchange Foundation (Aminef), FLTA yang menjadi langkah Ivanna mengajar bahasa Indonesia di Harvard merupakan program non-gelar bagi guru bahasa Inggris atau bahasa Indonesia.
Para guru ini nantinya akan mengajar bahasa Indonesia selama satu tahun akademik di universitas Amerika. Setidaknya peserta akan mengajar hingga 20 jam per-minggunya.
"Saya mengikuti program Fulbright FLTA di mana saya diberi kesempatan untuk mengajar dan belajar di universitas di Amerika Serikat selama 2 semester perkuliahan," ungkap Ivanna.
Berbagai tahapan seleksi yang dilalui Ivanna hingga akhirnya berangkat ke Harvard pada Agustus 2023 lalu seperti seleksi administrasi yang membutuhkan TOEFL ITP, esai, surat rekomendasi dan berbagai dokumen pelengkap lainnya.
Setelah seleksi administrasi berhasil dilewatinya, sosok yang memiliki cita-cita sebagai guru ini mengikuti tahap wawancara, tes TOEFL IBT, pencocokan kampus, orientasi pra-keberangkatan, pengurusan visa hingga akhirnya terbang ke negeri Paman Sam.
Selama proses penerimaan, Ivanna mengaku tahapan matching dengan universitas tempatnya mengajar atau tahap pencocokan kampus menjadi yang sangat menarik. Kala itu ia diberi 5 universitas untuk diurutkan berdasarkan minatnya.
Kelima universitas itu adalah University of Pennsylvania, Columbia University, Indiana University of Bloomington, Colorado University of Boulder dan Harvard. Tak hanya peserta, pihak universitas juga memberikan peringkat pada partisipan.
Hasilnya, Ivanna menyatakan dirinya cocok dengan Harvard University.
"Saya diberi 5 universitas untuk di-rangking berdasarkan minat saya, dan begitu pula dengan universitas tersebut, merangking partisipan, dan saya match dengan Harvard," tambahnya.
Lantaran kesamaan pendapat itulah yang mengantarkan Ivanna bisa mengajar bahasa Indonesia di Harvard University hingga 2 semester perkuliahan.
Lingkungan dan Iklim Belajar di Harvard
Meski mengajar selama tiga kali dalam seminggu, Ivanna menjelaskan kelas Bahasa Indonesia yang diampunya merupakan kelas non-kredit. Sehingga tidak ada kurikulum tetap yang digunakan dan disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa.
Baginya, seorang guru adalah teman belajar siswa. Hal tersebut juga ditemukannya di Harvard.
Lulusan program studi Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Unila ini menjelaskan di Harvard mahasiswa dan dosen atau profesor dapat berinteraksi dengan santai dan terbuka. Namun, tetap sopan dan juga bermakna.
"Mahasiswa sangat aktif di kelas dan tidak takut menyampaikan pendapat, profesor dan teman sekelas juga sangat apresiatif terhadap pendapat kita," tambahnya.
Dengan demikian, ia terbantu dan terpacu untuk terus mengembangkan diri. Terlebih peserta diperbolehkan untuk mendaftar setidaknya dua kelas metodologi Studi Amerika dan Pengajaran Bahasa Inggris sebagai Bahasa Kedua (TESL) per-semesternya.
Langkah ini dimanfaatkan Ivanna untuk mempersiapkan diri dalam proses melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi nantinya.
Selain itu, fasilitas yang diberikan Harvard juga sangatlah lengkap. Mahasiswa dipenuhi kebutuhannya agar proses belajar dan mengajar bisa terus berjalan efektif.
"Fasilitas sangat lengkap bahkan ada rekaman kelas yang bisa ditonton jika ingin mereview materi," tutur Ivanna.
Bila melihat jadwal penerimaan di tahun 2023, program Fulbright FLTA berlangsung sekitar bulan Februari hingga April. Untuk itu, Ivanna menyarankan untuk terus melakukan persiapan yang matang dan lebih baik dilakukan dari jauh-jauh hari.
"Perlu persiapan yang matang, pengembangan keterampilan bahasa dan pengajaran, serta mendapatkan rekomendasi yang kuat. Terus bersemangat dan tekun dalam mencapai impian tersebut," ujarnya.
Menurutnya mencoba seluruh peluang yang ada merupakan proses yang patut dicoba. Salah satu tips yang bisa ia berikan untuk guru-guru Indonesia yang mau mengembangkan karier menjadi pengajar Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) adalah lebih mengenal diri sendiri.
"Setiap individu memiliki ciri khasnya sendiri, tugas kita adalah menemukan keunikan tersebut dan mengkomunikasikannya dengan baik dalam esai motivasi," tutupnya.
Wah menarik ya detikers, apakah kamu berminat untuk mengikuti jejak Ivanna? Seluruh informasi tentang Fulbright FLTA bisa dilihat di sini ya. Semoga berhasil!
(det/faz)