Penelitian dari Lembaga Pengembangan Dan Peningkatan Sumber Daya Manusia (LPPSDM) Bina Putera Utama dan Enuma Indonesia mengungkapkan adanya keterkaitan antara durasi bermain anak dengan skor tes. Bagaimana hasilnya?
Sebelumnya, Muhammad Yusuf selaku Ketua LPPSDM Bina Putera Utama menyatakan adanya teori jika situasi belajar anak akan berpengaruh pada hasil belajar. Jika anak berada dalam situasi tertekan, anak lebih kesulitan dalam memahami materi.
"Secara teoritik, suasana belajar dalam kondisi tertekan misalnya, diajarin bukannya paham malah makin kacau," jelas Yusuf kepada detikEdu dalam Peluncuran Hasil Penelitian Penggunaan Aplikasi Digital Bagi Pembelajaran Anak, di Hotel Borobudur, Jalan Lapangan Banteng Selatan, Jakarta, Kamis (16/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teori tersebut pun dibuktikan dengan data penelitian dengan Sekolah Enuma. Sekolah Enuma merupakan program terbitan perusahaan pendidikan Enuma yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar anak. Aplikasi Sekolah Enuma menyediakan media pembelajaran materi bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan matematika yang dikemas dalam game interaktif.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan pada sekolah yang telah menerapkan Sekolah Enuma, yakni sekolah di wilayah Bekasi, Jawa Barat, Deli Serdang, Sumatera Utara, Magelang, Jawa Tengah, Ambon, Maluku, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, dan Malinau, Kalimantan Utara. Penelitian menggunakan metode survei dipadukan dengan wawancara mendalam dan post test.
Kemudian, sekolah dari enam wilayah tersebut dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
1. Sekolah dengan Durasi Bermain Tinggi: di atas 90 menit/minggu
2. Sekolah dengan Durasi Bermain Sedang: 50-90 menit/minggu
3. Sekolah dengan Durasi Bermain Rendah: di bawah 50 menit/minggu
Siswa dengan Durasi Bermain Tinggi Punya Skor yang Lebih Tinggi Pula
Para peneliti kemudian melakukan tes kepada para siswa. Hasilnya, siswa dengan durasi bermain tinggi punya skor tes yang lebih tinggi pula.
"Di sekolah-sekolah yang durasi bermainnya tinggi itu ya hasilnya cenderung lebih tinggi," jelas Yusuf.
"Jadi kita boleh simpulkan untuk sementara, karena ada kemungkinan yang lain untuk faktor-faktor yang nggak kita kontrol itu, ternyata ada hubungan kalau durasi bermain tinggi hasilnya [tes] juga lebih tinggi," imbuhnya.
Yusuf mengatakan jika terdapat saran untuk mempertimbangkan durasi bermain anak sekolah. Menurutnya frekuensi bermain bisa ditingkatkan.
"Maka tadi sarannya mungkin perlu dipertimbangkan supaya durasi bermain dan frekuensi bermainnya ditambah," demikian Yusuf.
(nir/nwy)