Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas), Didik Darmanto mengatakan, saat ini masih ada 29 ribu desa dan kelurahan di Indonesia yang belum memiliki PAUD.
"Kalo dilihat dari data persediaan PAUD itu ada 29 ribu desa/kelurahan yang belum memiliki PAUD baik itu TK, RA, dan lainnya," tutur Didik dalam acara International Symposium Early Childhood Education and Development (ECED) di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis (16/11/2023).
Melihat permasalahan tersebut, Bappenas telah memasukkan target peningkatan jumlah PAUD dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025 - 2045.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami menetapkan target yang cukup optimis di dalam RPJPN ini, ada 5 saran utama dengan target-target yang cukup optimis karena kita bangsa Indonesia ingin jadi negara yang setara dengan negara maju," katanya.
PAUD adalah Fondasi Utama
Lebih lanjut, Didik mengatakan bahwa penguatan pendidikan pada anak usia dini menjadi penting mengingat masa emas anak ada pada usia 0-5 tahun.
"Karena PAUD dapat menjadi fondasi dalam pengembangan diri anak pada level hidup yang akan terus berlanjut," kata Didik.
Ia menambahkan bahwa berdasarkan hasil riset kajian, Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif (PAUD-HI) berperan penting dalam meningkatkan SDM berdaya saing.
PAUD-HI adalah upaya pengembangan anak usia dini yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang beragam dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegrasi.
PAUD-HI bertujuan menyediakan layanan bagi anak usia dini yang diselenggarakan secara terintegrasi dan selaras antar lembaga layanan melalui komitmen semua unsur terkait.
"PAUD HI ini bisa membentuk anak untuk memiliki ketahanan dalam sekolah, kemudian memiliki kemampuan sosial yang jauh lebih baik dibanding dengan anak yang tidak mengikuti pendidikan anak usia dini," jelas Didik.
Tantangan Pengembangan PAUD
Didik tak memungkiri bahwa dalam mengembangkan satuan pendidikan PAUD, Indonesia masih menemui beberapa tantangan. Salah satunya, partisipasi partisipasi kasar anak usia dini di Indonesia baru mencapai 30%.
Dalam meningkatkan pendidikan anak usia dini di beberapa desa/kelurahan yang belum memiliki PAUD, Didik menyebut akan ada langkah integratif antar PAUD dan SD/MI.
"Jadi nanti di satu desa yang sudah ada SD/madrasah yang belum ada PAUD-nya, nanti akan kita bangun ruangan tersendiri yang digunakan untuk PAUD dan itu terintegrasikan dengan SD/MI tadi. Atau menggunakan ruangan di SD/MI yang masih bisa digunakan untuk ruangan" katanya.
Didik pun menegaskan bahwa untuk mengembangkan anak usia dini secara holistik dan integratif diperlukan dukungan dalam aspek kesehatan dan gizi. Hal tersebut penting dalam mencegah masalah penyakit seperti stunting, obesitas, dan gizi buruk pada masa usia emas anak.
(cyu/nwy)