Membesarkan anak bukanlah suatu hal yang mudah. Apalagi anak-anak yang sedang dalam masa pendewasaan. Mereka cenderung menyerap dan merekam semua perkataan hingga sikap orang-orang yang ada di sekitarnya. Kekuatan memori yang anak-anak miliki dapat berpengaruh dalam perkembangan mereka ke depannya. Agar anak sukses, maka jangan katakan kalimat-kalimat yang dapat mengganggu stabilitas emosional mereka.
Itu sebabnya, orang harus memperhatikan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Orang tua harus bijak dalam berkata, jangan sampai melontarkan kata-kata kasar atau tidak baik yang bisa dicontoh oleh anak ke depannya.
Menurut Julia DiGangi, seorang Neuropsikolog dari Harvard Medical School, untuk membesarkan anak agar cerdas secara emosional, orang tua perlu berbicara dengan menggunakan pendekatan secara emosional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kira-kira kalimat seperti apa yang tidak boleh dikatakan kepada anak-anak, agar tidak mengganggu proses pertumbuhan mereka? Berikut ini 4 kalimat yang jangan dikatakan agar anak bisa sukses, dikutip melalui laman CNBC.
4 Kalimat yang Jangan Dikatakan Agar Anak Sukses
1. "Kamu akan menyesal di masa depan, kalau nggak bekerja keras mulai sekarang loh!"
Mengatakan kalimat seperti "kalau kamu nggak kerja keras, kamu hanya akan menyesal ke depannya loh!" dapat menanamkan rasa takut pada diri anak. Cara ini dianggap paling tidak efektif dalam memicu motivasi anak.
Cara seperti ini juga merugikan bagi anak-anak, karena setiap perkataan yang menanamkan rasa takut, akan membuat anak-anak merasa stres. Hal ini dikarenakan, anak-anak belum mampu berpikir jauh ke depan seperti orang dewasa, itulah yang menjadikan mereka anak-anak. Berikut ini perbuatan atau perilaku baik yang bisa orang tua lakukan:
1. Mendorong mereka untuk melakukan aktivitas yang mereka sukai. Contohnya:
"Kamu belum jago melakukan kegiatan X, tapi nggak apa-apa, kamu masih bisa terus berlatih ke depannya."
2. Orang tua seharusnya membantu anak-anak melihat sisi positif dari semua persoalan. Contohnya:
"Memang sulit buat ngelakuin kegiatan X, tapi kalau kamu rajin latihan, kamu pasti bisa kok!"
2. "Ayah atau ibu akan kasih kamu hukuman, biar kamu tau kalau perbuatan ini tuh, nggak baik buat"
Menerapkan sistem hukum menghukum memang membuat orang tua merasa seperti memiliki kendali. Tapi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut dapat merusak hubungan antara anak dan orang tua. Selain itu, menerapkan hukuman adalah cara yang tidak efektif dalam mengubah perilaku anak yang tidak disiplin.
Memang benar, menerapkan hukuman dapat menghentikan pertikaian antara anak dan orang tua secara singkat, namun hal ini tidak memberikan inspirasi yang positif bagi anak. Semakin sering orang tua mengancam, maka akan semakin sering pula anak-anak untuk berbohong dan menyembunyikan masalah yang sedang mereka alami.
Berikut ini hal yang bisa dilakukan dan diucapkan oleh orang tua:
- Jangan memaksa anak-anak yang tidak ingin mendengarkan pendapat. Hal ini bertujuan untuk "mengajari", yang mana dapat terjadi jika anak-anak benar-benar mendengarkan.
- Berkomunikasi dengan saling menghargai, tanpa paksaan, sehingga anak-anak akan secara natural mendatangi orang tua saat sedang menghadapi masalah.
- Berbicara dengan mereka, tapi bukan kepada mereka. Maksudnya, orang tua seharusnya berbicara dengan mereka tanpa mendominasi, dan bebaskan anak-anak untuk berbicara. Contohnya: "Ibu nggak suka ya sama apa yang kamu lakuin, tapi ibu juga mau tau, sebenarnya apa alasan kamu ngelakuin itu. Karena semua pasti ada alasannya."
- Orang tua sebaiknya mendiskusikan konsekuensi dari setiap perbuatan yang dilakukan oleh anak-anak. Namun, antara orang tua dan anak harus saling setuju.
3. "Ayah atau ibu akan kasih uang saku tambahan kalau nilaimu bagus dan dapat 100!"
Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan kalimat "Ayah/ibu akan memberikan uang kalau nanti nilaimu bagus", karena pada dasarnya, kalimat tersebut merupakan sebuah bentuk penghargaan. Namun, mengatakan hal demikian tidak dianjurkan, karena dapat membuat potensi anak menjadi berkurang seiring berkembangnya waktu.
Mereka akan lebih fokus terhadap mendapatkan uang daripada fokus terhadap pembelajaran yang seharusnya. Sebagai orang tua, tidak seharusnya menjadikan nilai dan prestasi sebagai patokan dalam mendukung perkembangan anak.
Akan lebih baik jika orang tua lebih fokus kepada perkembangan anak dibandingkan dengan melihat prestasi dan nilai anak yang ada di sekolah saja. Daripada memberikan iming-iming uang, orang tua baiknya melakukan dan mengucapkan hal berikut ini.
1. Daripada memberikan iming-iming, ada baiknya memberikan dukungan. Dukungan yang diberikan akan dapat memotivasi anak dalam jangka panjang daripada memberikan iming-iming uang, karena hanya akan membuat anak berorientasi pada uang saja. Kalimat yang bisa disampaikan, contohnya:
"Wah PR kamu tinggal sedikit lagi ya? Ibu temani di samping kamu ya."
"Keren banget! kamu sudah berusaha maksimal buat menyelesaikan PR nya tepat waktu."
"Susah ya PR nya? Istirahat dulu sebentar nggak apa-apa."
4. "Jangan banyak main HP!"
Kalimat seperti "jangan banyak main HP!" mungkin sudah tidak asing lagi terdengar. Pasalnya, hampir semua orang tua pasti pernah mengatakan hal tersebut kepada anak mereka. Namun, tahu tidak, perkataan seperti itu sama saja dengan tidak menghargai cara seorang anak dalam mendiami dunia sosial.
Media sosial dan game adalah cara anak-anak dalam melepaskan penat setelah menjalani berbagai aktivitas setiap harinya. Memang benar, bermain handphone terlalu lama juga tidak baik. Tapi ada baiknya mengatakannya dengan perkataan yang tidak seperti menyudutkan.
Berikut ini beberapa perbuatan atau perkataan baik yang bisa disampaikan:
1. Tunjukkan pengaruh diri sebagai orang tua dengan menunjukkan ketertarikan mengenai hal-hal yang menarik minat anak. Coba tanyakan kepada anak-anak seputar kegemaran mereka seperti:
- Game yang sedang dimainkan
- Artis yang sedang diikuti
- Acara atau film yang sedang ditonton
- Buku yang sedang dibaca.
2. Beri alasan yang jelas kenapa anak-anak harus mematikan atau menyerahkan handphone mereka. Seperti contohnya:
"Ibu lihat, kamu nggak sempat buat luangin waktu biar bisa main sama ibu. Apa kamu mau pergi ke suatu tempat yang kamu suka? Kita bisa pergi ke perpustakaan buat baca buku kalau kamu mau."
3. Membimbing anak-anak lebih dari sekedar memonitor saja. Seperti contohnya mengatakan:
"Kira-kira berapa lama lagi waktu yang kamu butuhin buat nyelesain PR? Ibu nggak melarang kamu buat berhenti main HP. Tapi, ada baiknya kamu pakai HP secara seimbang."
Demikian yang dapat detikEdu sampaikan. Semoga bermanfaat!
(fds/fds)