.webp)
Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta sukses menciptakan sarung tangan penerjemah Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI). Sarung bernama Glova itu bisa mengartikan SIBI menjadi rangkaian kata bagi disabilitas tunarungu wicara.
Glova dikembangkan dengan teknologi asistif dengan algoritma levenshtein distance. Teknologi ini dikembangkan dengan tujuan mempermudah para disabilitas tunarungu wicara untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Tim pengembang Glova beranggotakan 4 mahasiswa, yakni Ananda Putra Kanieza dan Gilang Fajar Ramadhan dari Program Studi (Prodi) Teknik Elektro Fakultas Teknik (FT), Dea Muthia Febry dan Velisa Nur Ainie dari Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawah bimbingan Dr Eng Faisal Rahutomo, inovasi ini berhasil mendapatkan pendanaan riset yang diberikan oleh Kemendikbudristek senilai Rp 6 juta.
Wujudkan SGD
Ananda Putra Kanieza selaku ketua menyampaikan jika nantinya Glova akan ditujukan bagi para disabilitas tunarungu-wicara dalam rangka mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs).
Teknologi asistif disebut dapat berkontribusi dalam SDGs terutama yang berhubungan dengan inklusi, peningkatan kualitas hidup, dan kesetaraan bagi disabilitas.
Nilai Teknologi Sebelumnya Belum Akurat
Selain itu, Ananda melihat teknologi yang telah ada belum memiliki tingkat akurasi tinggi. Alasan tersebut membuat Ananda dan tim mengombinasikan dengan algoritma levenshtein distance sebagai algoritma auto text correction.
Glova memanfaatkan sensor flex pada lima jari untuk menerjemahkan gestur gerakan tangan membentuk suatu kata dari rangkaian huruf yang diterjemahkan. Banyak kata dalam bahasa Indonesia telah dimasukkan ke dalam database sistem sehingga Glova dapat menerjemahkan secara real time.
"Keunggulan dari produk ini adalah kami menggunakan output audio dari kata yang telah disusun dapat muncul di layar LCD dan aplikasi," ujarnya.
"Kami berharap para penyandang disabilitas tunarungu-wicara dapat terbantu dalam berkomunikasi terutama kepada masyarakat normal yang cenderung tidak mengenal gestur bahasa isyarat," tutur Ananda.
(nir/nah)
