Sedotan yang dipakai untuk minum umumnya terbuat dari plastik, karet atau baja tahan karat. Namun pernah tidak kamu bayangkan sedotan yang bahan bakunya dari lalat tepatnya kulit larvanya!
Inovasi yang terbilang unik ini dibuat mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) dan diberi nama Exustraw. Sedotan ini dirancang lima mahasiswa yakni Rico Sulaeman (Faperta), M. Ribhan Hadiyan (FMIPA), Fathan Fauzan (FPIK), Regita Damayanti (FPIK), dan R. Roro Zakiah (FPIK) di bawah bimbingan dosen dosen Fakultas Pertanian Unpad, Dr. Yani Maharani, SP, MSi.
Nah! Jangan membayangkan bahan baku dari lalat-lalat hijau yang banyak ditemui di limbah atau tempat pembuangan sampah. Kulit larva yang diambil dari lalat jenis lalat jenis Black Soldier Fly (BSF).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Produk ini diklaim ramah lingkungan karena terbuat dari selongsong (exuviae) kulit larva lalat. Dengan begitu, tujuan pembuatan sedotan ini diharapkan dapat mengurangi limbah plastik yang dihasilkan dari penggunaan sedotan biasa.
Rico mengatakan bahwa sedotan Exustraw buatannya tersebut masih langka meskipun di pasar banyak ditemukan sedotan ramah lingkungan lainnya yang terbuat dari bahan pangan.
"Di Indonesia sendiri, sudah banyak inovasi sedotan ramah lingkungan yang biasanya terbuat dari bahan pangan, seperti tebu, beras, gandum, dan lain sebagainya. Bahkan, beberapa sedotan tersebut bisa dimakan. Namun, bahan pangan tersebut masih bisa dikonsumsi manusia. Maka dari itu, kami berinovasi menciptakan sedotan ramah lingkungan dari bahan yang belum banyak dimanfaatkan. Salah satunya exuviae atau selongsong BSF," jelas Rico, dikutip laman Unpad, Kamis (19/10/2023).
Keunggulan lain dari sedotan Exustraw adalah memiliki sifat biodegradable atau bisa terurai oleh tanah dalam waktu kurang dari tujuh hari.
Pembuatan Sedotan
Proses pembuatan sedotan ini bisa dikatakan panjang yakni harus melewati tahapan pencucian exuviae BSF, pengeringan, penghalusan dan pembentukan sedotan. Lalu, sedotan digulung dan di-coating menggunakan beeswax.
"Proses pembuatannya diawali dengan pencucian exuviae BSF. Kemudian, exuviae BSF dikeringkan dan dihaluskan. Setelah itu, dilakukan proses ekstraksi kitosan. Kitosan yang didapatkan dari proses ekstraksi dijadikan bahan baku pembuatan bioplastik dengan beberapa bahan pendukung," tutur Regita.
Dengan kehadiran sedotan ramah lingkungan ini, Regita berharap dapat menggantikan sedotan plastik yang masih lumrah masyarakat pakai saat ini. Ia juga berharap inovasinya tersebut dapat membantu mengurangi jumlah limbah yang sangat tinggi di Indonesia.
"(Kami berharap ada) pengembangan lebih lanjut dari sedotan ini agar bisa menjadi pengganti sedotan plastik dan menambah value dari exuviae BSF," pungkas Regita.
Berkat inovasi ini, tim riset mendapat pendanaan dari program Proposal Kewirausahaan Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek.
(cyu/pal)