Kantor Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra tanggapi masalah serius kurangnya guru bahasa Indonesia di Australia. Langkah ini merupakan upaya KBRI dalam mengembangkan bahasa Indonesia di negara Kanguru tersebut.
Salah satu program jangka pendek yang dilakukan adalah pengiriman guru bantu ke sekolah atau universitas yang membutuhkan. Untuk mewajibkannya, Mukhamad Najib, Atdikbud KBRI Canberra ungkap bila pihaknya di tahun 2023 sudah mengirim 10 guru bantu ke kota-kota di Australia.
Sepuluh guru tersebut berasal dari beberapa universitas di Indonesia, salah satunya adalah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang diwakili oleh Eka Rahmat Fauzy. Eka disebutkan akan bertugas di kota Adelaide tepatnya di Flinders University.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini kami bekerja sama dengan UPI mengirim ke kota Adelaide. Karena memang banyak sekolah yang memiliki cukup banyak peminat bahasa Indonesia, namun gurunya kurang tersedia. Guru bantu dari Indonesia dapat meningkatkan minat siswa belajar bahasa Indonesia, karena mereka bisa langsung berbicara dengan penutur asli bahasa Indonesia," jelas Najib dikutip dari rilis di laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Selasa (17/10/2023).
Kerja Sama Jangka Panjang
Diketahui Eka merupakan dosen program studi bahasa Indonesia di UPI yang juga aktif dalam program pengembangan serta pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA).
Dikirimnya ke Adelaide baginya dan UPI adalah sebagai langkah untuk meningkatkan mobilitas internasional dosen dan implementasi kampus mengajar internasional.
Dalam keterangannya, Eka mengaku besyukur dengan kesempatan ini. Selama program, ia akan berusaha untuk terus mempromosikan bahasa Indonesia dan meningkatkan minat siswa untuk terus belajar.
"Saya juga sudah memiliki rencana untuk bertemu dengan guru-guru bahasa Indonesia di Adelaide guna membicarakan program-program yang bermanfaat bagi guru dan kemajuan pembelajaran bahasa Indonesia di Adelaide," jelas Eka.
Dalam jangka panjang UPI dan Flinders University tidak akan berhenti bekerja sama dalam program ini saja. Kedua kampus tersebut akan melakukan kolaborasi dalam penelitian dan mobilitas mahasiswa serta dosen.
Peter Monteath yang juga wakil presiden Flinders University menyatakan ia berharap di masa mendatang bisa bekerja sama dengan kampus di Indonesia yang memiliki kompetensi terkait seni kreatif.
Untuk mewujudkannya, Peter berjanji akan mengunjungi beberapa universitas potensial di Indonesia pada waktu yang akan datang.
"Flinders University ingin bekerja sama dengan universitas di Indonesia dalam mengisi industri kreatif dengan sumber daya manusia yang kompeten. Jadi bukan hanya tentang budaya tradisional, tapi juga budaya kreatif kontemporer seperti animasi, desain visual, perfilman, dan bidang-bidang ekonomi kreatif lainnya yang lebih sesuai dengan generasi muda," tutup Peter.
(det/faz)