Dosen Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Nurhidayatullah Romadhon paparkan lima hal penting usai viralnya bekal siswa SD dengan lauk ulat sagu di Bojonegoro. Menurutnya meski tak terlihat menggiurkan, ulat yang bernama latin Rhynchophorus ferrugineus ini sudah lama jadi hidangan tradisional.
Terutama di Indonesia dan wilayah tropis lainnya. Tak sembarang ulat, panganan ini kaya akan protein bahkan berpotensi menjadi makanan alternatif di masa depan.
"Ulat sagu adalah sumber pangan yang kaya akan protein, lezat, dan memiliki potensi untuk menjadi makanan alternatif yang berkelanjutan," ujar Dayat panggilan akrabnya dikutip dari rilis di laman UM Surabaya, Selasa (17/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
5 Hal Penting Tentang Ulat Sagu
Ulat sagu tak bisa dipandang sebelah mata meski tampilan dan baunya tidak menggairahkan. Berikut 5 hal penting tentang ulat sagu yang detikers perlu ketahui menurut dosen pendidikan biologi ini.
1. Kandungan Gizi
Ulat sagu memiliki kandungan gizi yang tinggi dengan sumber protein baik sekitar 50%. Tak hanya protein, di hewan ini juga mengandung lemak sehat, serat, vitamin, dan mineral seperti zat besi dan kalsium.
Bila detikers tengah menjalani hidup sehat, ulat sagu bisa menjadi pilihan karena rendah kalori. Dengan demikian, bisa membantumu yang sedang ingin mengonsumsi makanan rendah lemak.
2. Kelayakan Lingkungan
Pemeliharaan ulat sagu ternyata ikut berdampak pada lingkungan. Tak besar seperti ternak hewan besar, ulat sagu memiliki dampak yang rendah karena tidak memerlukan lahan yang luas, pakan besar, atau sumber air melimpah.
Hewan ini bisa ditemukan di pohon sagu yang tumbuh liar di hutan hujan tropis. Bila detikers ingin menjadikannya lahan bisnis masa depan, ulat sagu mungkin bisa jadi pilihan berkelanjutan dari segi lingkungan.
3. Kemampuan Beradaptasi
Tak hanya ramah lingkungan, ulat sagu mampu beradaptasi dari perubahan iklim. Sehingga bisa menjadi catatan dalam usaha mengatasi tantangan perubahan iklim di masa depan.
4. Sumber Pangan Alternatif Masa Depan
Mencari sumber pangan alternatif yang berkelanjutan, menurut Dayat adalah suatu hal yang harus dilakukan. Ulat sagu bisa menjadi salah satu solusi yang menarik.
Tak hanya bisa disajikan seperti bekal Andik siswa kelas 4 di SD Meduri V Bojonegoro, ulat sagu bisa diubah menjadi berbagai hidangan dengan cara yang berbeda. Bila beragam kuliner nanti tercipta dengan gizi yang sangat tinggi, apakah detikers tidak ragu ikut mencicipinya?
5. Menjaga Budaya
Seperti yang disebutkan sebelumnya, ulat sagu menjadi panganan tradisional dan bagian dari tradisi serta budaya. Dengan terus mengkonsumsinya, detikers bisa ikut menjaga keanekaragaman makanan lokal dan mewariskan tradisi kuliner ke generasi selanjutnya.
Dengan demikian, Dayat menyatakan ulat sagu memang mungkin tidak sesuai dengan banyak selera orang. Kendati begitu, manfaatnya harus mulai diperhatikan untuk masa depan.
"Penting untuk mempertimbangkan manfaatnya sebagai sumber pangan yang berkelanjutan dan bergizi. Dengan pertumbuhan populasi dan masalah lingkungan yang semakin kompleks, alternatif seperti ulat sagu bisa menjadi bagian dari solusi,"pungkas Dayat.
Sebagai informasi, sebelumnya viral di media sosial lantaran seorang siswa SD Meduri V, Kabupaten Bojonegoro bernama Andik membawa bekal nasi putih dengan lauk ulat sagu. Respons guru yang terdengar seperti mengejek jadi sorotan netizen.
Namun kini guru yang diketahui bernama Jumangin sudah meminta maaf dan memberi klarifikasi bila video yang tersebar hanyalah potongan semata. Pada kenyataannya, guru memberikan penjelasan terkait kandungan vitamin dari makanan yang dibawa peserta didik.
(det/nah)