FB 'Fantasi Sedarah' Viral, Dosen UM Ungkap Ancaman Predator Anak

FB 'Fantasi Sedarah' Viral, Dosen UM Ungkap Ancaman Predator Anak

Esti Widiyana - detikJatim
Jumat, 16 Mei 2025 19:55 WIB
Poster
Ilustrasi. (Foto: Edi Wahyono)
Surabaya -

Grup Facebook bernama 'Fantasi Sedarah' menjadi viral di media sosial karena tidak hanya berisi konten penyimpangan seksual sedarah atau inses yang dianggap menjijikkan. Tidak hanya itu, Dosen UM Surabaya juga mengungkap bahwa di grup itu juga berpotensi terdapat para predator anak.

Sebagaimana dilansir dari detikNews, grup FB bernama 'Fantasi Sedarah' itu ramai dibincangkan di media sosial X hingga menjadi pembahasan di Instagram. Warganet membagikan tangkapan layar sejumlah percakapan grup itu yang mengarah pada inses atau seks sedarah.

Bukan cuma itu, Pakar Anak Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, Holy Ichda Wahyuni menyebutkan bahwa di dalam grup itu, konten berkaitan anak juga ramai dibincangkan. Anak-anak dijadikan objek kekerasan seksual, bahkan menjadikan inses sebagai bahan fantasi dan candaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia pun menegaskan bahwa fenomena tersebut harus menjadi kewaspadaan bagi orang tua dan para pendidik. Dia sebutkan bahwa saat ini ruang aman anak-anak semakin terkikis.

"Orang tua dan pendidik perlu menyadari satu hal yang teramat krusial, bahwa ruang aman anak-anak semakin terkikis, bahkan dari tempat yang seharusnya menjadi paling suci dan aman rumah dan keluarga," kata Holy Jumat (16/5/2025).

ADVERTISEMENT

Fenomena itu, kata dia, bukan hanya mencoreng nilai-nilai kemanusiaan tetapi juga menampar realitas. Kenyataannya, kini anak-anak semakin rentan terpapar risiko yang tidak lagi bisa ditangkal hanya dengan imbauan moral.

Dosen Guru Sekolah Dasar (PGSD) ini mengatakan manusia tumbuh dalam keyakinan dan rumah menjadi tempat pertama dan utama perlindungan. Namun, tak sedikit kasus kekerasan seksual kepada anak pelakunya justru bagian dari keluarga, seperti ayah kandung, ayah tiri, paman, sepupu, atau tetangga.

"Sehingga rasa takut, tekanan, dan ancaman membuat anak-anak memilih bungkam pada trauma mereka," ujarnya.

Menurutnya, kasus ini menjadi kedaruratan yang nyata dan sudah saatnya meninggalkan pola pikir lama. Yakni menganggap isu seksual itu tabu untuk dibicarakan dalam keluarga.

"Justru karena kita terlalu lama bungkam, predator itu leluasa mencari celah. Kita tak bisa lagi menunda edukasi seksual sejak dini," jelasnya.




(dpe/hil)


Hide Ads