Lulus dari ITB & Dapat Beasiswa LPDP ke MIT, Ini Kisah Nyoman Anjani

ADVERTISEMENT

Lulus dari ITB & Dapat Beasiswa LPDP ke MIT, Ini Kisah Nyoman Anjani

Fahri Zulfikar - detikEdu
Selasa, 17 Okt 2023 08:00 WIB
Nyoman Anjani lulusan MIT kini jadi entrepreneur
Foto: Doc. Via Kemenkeu
Jakarta -

Nyoman Anjani adalah wanita yang sangat percaya bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Hal itu terlihat dari karier pendidikannya menjadi lulusan (Institut Teknologi Bandung), dapat beasiswa LPDP ke kampus terbaik dunia yakni Massachusetts Institute of Technology (MIT), dan kini menjadi seorang entrepreneur.

Nyoman, sapaan akrabnya, adalah wanita kelahiran Bandung yang memiliki keturunan dari Bali. Sejak kecil, Nyoman selalu dibekali ajaran oleh ayahnya yang seorang pensiunan profesor teknik mesin di ITB.

Salah satunya tentang "Jika ingin Indonesia Maju, industrinya juga harus maju". Ungkapan itu membuat Nyoman tertarik dengan dunia teknik dan pada akhirnya masuk ke ITB dengan jurusan teknik mesin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi daripada saya terlalu spesifik, saya ambil saja teknik yang bisa masuk ke industri manapun. Akhirnya saya SNMPTN, (dan) akhirnya keterima di ITB," ucap Nyoman dikutip dari laman Kemenkeu, Senin (16/10/2023).

Meski jurusan ini didominasi laki-laki, tetapi kehidupan studi Nyoman tak surut dari prestasi. Ia bahkan pernah menjadi Ketua Kabinet Keluarga Mahasiswa (K3M) ITB 2013/2014.

ADVERTISEMENT


Bekerja Sambil Mendaftar LPDP

Setelah mendapat gelar S1 pada tahun 2014 silam, Nyoman kemudian memilih bekerja di sebuah perusahaan ternama di Indonesia.

Ia bekerja selama 5 tahun dengan posisi yang berbeda-beda, mulai dari manufacturing sampai di bagian supply chain.

"Di tahun ketiga saya bekerja, saya sudah merasakan saya sepertinya butuh S2 nih untuk bisa meningkatkan kemampuan saya dan juga meningkatkan karier saya. Saya berpikir kalau S2 harus sekalian dapat sekolah terbaik di dunia. Saya cari-cari dan memutuskan untuk ke Amerika," ujar wanita kelahiran 1990 ini.

Niat Nyoman membawanya pada kondisi ia harus mempersiapkan pendaftaran LPDP yang tak sedikit, sembari tetap harus bekerja. Ia meluangkan waktu kosong setelah pulang kerja di malam hari dan subuh sebelum kerja untuk belajar dan persiapan.

Meski begitu, usahanya ternyata sempat menemui kegagalan. Pada tahun 2018, ia gagal karena skor bahasa Inggris yang belum mencukupi.

Tak putus asa, di tahun berikutnya Nyoman kembali mendaftar dan berhasil mendapatkan beasiswa, seperti impiannya.

Nyoman diterima di kampus MIT yang merupakan salah satu sekolah terbaik di dunia. Ia mengambil jurusan Master of Science in Engineering and Management.

Merasakan Culture Shock di Kampus Nomor Satu Dunia

Pada awal studinya, Nyoman mengaku menjalani adaptasi dengan cukup berat. Terlebih ia juga mengikuti cross registration di Harvard Bisnis School.

"Berat banget S2 itu, bahkan lebih capek dari kerja kalau yang saya rasakan. Saya bisa mengerjakan itu (tugas) sampai tengah malam jam 1 baru tidur, jam 2 baru tidur, terus jam 7 harus ke kampus lagi buat kuliah," ungkapnya.

Selain itu, kuliah di MIT juga ada gap knowledge antara apa yang dipelajari di Indonesia dengan pendidikan di sekolah besar seperti MIT dan Harvard. Jadi, mahasiswa harus belajar dan membaca lebih banyak untuk mempersempit gap tersebut.

"Mereka tidak takut dianggap (melontarkan) pertanyaannya bodoh. Jadi ketika kuliah tuh, dosen lagi ngajar, mereka akan angkat tangan buat bertanya. Kalau di Indonesia kan biasanya di akhir kuliah, dosen tanya "ada yang mau bertanya?" Kita kan biasanya diam," jelas Nyoman.

Meski adaptasi cukup berat, pada akhirnya ia sangat senang karena MIT merupakan universitas terbaik di dunia uang memiliki fasilitas, tenaga pengajar, dan kurikulum di atas rata-rata.

Di sana, katanya, juga terdapat ajang business conference, yakni suatu konferensi di mana mahasiswa bisa bertemu dengan investor.

Jika mahasiswa itu memiliki ide startup dan mengajukan proposal, mereka akan diberi modal $2500 sampai $5000 untuk mengaktualisasikan idenya, beserta mentor dari profesor atau alumnus MIT.

"Jadi ekosistemnya itu sangat mendukung mahasiswa untuk berinovasi dan membuat wirausaha," kata Nyoman.

Melirik Dunia Bisnis

Tak butuh waktu lama, Nyoman pun akhirnya menyelesaikan studi S2 pada tahun 2021 dengan gelar Master of Science in Engineering and Management.

Semua pengalaman studi dan kehidupan di negeri Paman Sam telah membuka wawasannya. Berawal dari sini, ia ingin memberikan pengaruh positif yang lebih kepada masyarakat atas ilmu dan pengalaman yang ia dapatkan.

"Oke saya sudah punya gelar master dari Amerika terus saya kerja jadi karyawan, saya bisa aja. Tapi kan impact yang dihasilkan ke masyarakat nggak ada. Kita cuma dapat gaji besar buat kita sendiri," ucap Nyoman.

Saat itu, Nyoman yang sudah menikah dan merasakan LDM (long distance mariage) ingin bisa bekerja dengan tidak banyak meninggalkan keluarga.

Dalam masa pencarian ide usahanya, Nyoman dihadiahi dengan sebuah kehamilan. Dia kemudian terpikir sulitnya mencari produk-produk skin care atau personal care untuk merawat bayi atau anak-anak dengan kualitas baik, berkhasiat, namun dengan harga terjangkau.

Sebab, menurutnya, produk-produk tersebut kebanyakan masih didominasi brand premium dengan harga melejit dari luar negeri. Sementara brand lokal yang ada dengan harga murah belum bisa maksimal memberikan efikasi atau khasiat pada penggunanya.

"Akhirnya saya lihat di situ ada opportunity, ada gap. Akhirnya saya menggunakan experience (ketika bekerja), network pabrik yang saya wawancara ketika (mengerjakan) master thesis, kenapa saya nggak bikin sendiri brand saya? Akhirnya saya bangun Gently (Gently Indonesia)," jelas Nyoman.

Akhirnya dengan melalui berbagai perjuangan dan tahap, Nyoman perlahan melakukan RnD (research and development) untuk produknya. Ia mencari pabrik untuk produksi, supplier, serta berbagai persyaratan lain untuk sebuah produk.

"Akhirnya saya launching produk di April 2022 kemarin. Jadi cukup panjang perjalanannya," ucapnya.

Usaha Nyoman ini adalah produk perawatan ibu dan anak yang tak hanya memberi manfaat namun kesadaran akan produk yang aman.

"Kita tidak hanya natural dan save, tapi juga ada health benefit kepada si pengguna atau user," imbuh Nyoman.

Wanita Lulusan ITB & MIT, Kini Bangga Jadi Ibu dan Entrepreneur

Kini, Nyoman bukan hanya wanita lulusan ITB dan MIT saja, melainkan seorang ibu dan entrepreneur yang telah memiliki 8 orang karyawan.

Bagi Nyoman, perjuangannya selama menempuh pendidikan tidaklah sia-sia. Logika berpikir dalam produksi menjadi bekalnya dalam mengembangkan usaha.

Selain itu, ia juga menjadi memiliki etos belajar yang terjaga. Misalnya saat ada kesulitan bisnis, tentang marketing, talent, serta distribusi barang, ia terus mempelajarinya.

Namun di belakangnya, Nyoman juga mengakui jika peran keluarga sangatlah penting untuk menguatkan sayapnya agar bisa terbang lebih tinggi lagi.

Menurutnya support keluarga sangat penting, karena bisa membuatnya fokus dan tenang dalam bekerja. Terlebih, sang suami yang juga membantu usahanya sekaligus menjadikan nilai positif bagi Nyoman.

"Yang pasti bantuin ngurus anak kalau saya harus kerja keluar rumah lama, terus juga bahkan ayah saya juga suka ngasih modal dikit-dikit dulu di awal-awal buat ngejalanin usaha ini," ucap Nyoman.

Nyoman berharap usahanya bisa menyerap lapangan kerja lebih luas. Ia juga berharap bisa memberi khasiat yang baik serta health benefit hingga bisa dicintai konsumen khususnya untuk seluruh ibu dan anak Indonesia.

"Jadi tentang manfaat, bagaimana memberi manfaat buat masyarakat luas, bukan cuma dari lapangan pekerjaan, tapi juga dari produk yang kita ciptakan," ujarnya.

"Ini semua tentang manfaat yang bisa kita berikan selama kita hidup kepada orang di sekitar kita. Apa sih yang bisa kita tinggalkan atau berikan ke lingkungan kita setelah kita nggak ada di dunia ini?" sambungnya lagi.

Tak lupa, Nyoman juga memberi semangat kepada siapapun yang sedang berusaha menggapai cita-cita melanjutkan pendidikan. Ia mengingatkan agar tidak mudah menyerah.

Sebab, semua orang punya kesempatan yang sama, siapa yang bisa memanfaatkan waktu dengan baik mereka akan berhasil.

"Jangan cepat putus asa, kalau gagal coba evaluasi diri apa yang bisa diperbaiki lalu bangkit lagi. Jadi kalau sedih jangan berlarut-larut. Bangkit lagi aja dan yakin ketika kita usahanya keras dan berdoanya juga sungguh-sungguh, kita pada akhirnya pasti akan dapat hasil terbaik. Jadi usaha tidak pernah membohongi hasil, saya percaya banget itu," pungkas Nyoman.




(faz/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads