Beasiswa LPDP telah banyak memberikan bekal ilmu bagi para penerimanya, seperti yang telah dirasakan oleh Arip Muttaqien. Ia adalah alumni LPDP angkatan pertama yang saat ini sukses berkarier di Sekretariat ASEAN.
Arip mendaftar beasiswa LPDP pada tahun 2013 lalu dan merupakan generasi pertama yang menerima manfaat dari beasiswa tersebut. Saat itu ia mendapat kabar bahwa Kementerian Keuangan membuka program beasiswa LPDP, lalu kabar tersebut langsung ia konfirmasi kepada koleganya.
Kala itu, Arip merupakan salah satu dari 60 awardee. Setelah dinyatakan lolos, Arip bercerita dirinya mendapatkan banyak bekal dari pihak LPDP mulai pelatihan hingga seminar yang mendatangkan tokoh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya ingat yang paling berkesan itu karena waktu itu ada acara outdoor-nya. Jadi setelah itu kita kemah camping kalau nggak salah tiga malam ya, kemudian ada acara naik gunung juga. Kemudian yang paling menarik waktu itu ada acara di Kepulauan Seribu, jadi acaranya di kapal laut" tutur Arip dikutip dari laman LPDP, Senin (9/10/2023).
Perjalanan Kuliah: Diterima Beasiswa hingga Aktif di Gerakan Sosial
Meskipun kuliah magister jurusan ekonomi, nyatanya Arip adalah lulusan sarjana teknik. Namun setelah lulus ia bekerja di perusahaan konsultan multinasional. Setelah satu tahun bekerja, Arip memutuskan untuk mencoba meneruskan pendidikan di bidang ekonomi.
Untuk meneruskan pendidikan S2-nya, Arip menggunakan beasiswa Eiffel Scholarship dari Kementerian Luar Negeri Perancis dengan jurusan ekonomi di School of Economic di Prancis. Sepulangnya menamatkan pendidikan di Prancis, Arip bergabung dengan gerakan sosial Indonesia Mengajar.
"Saya ingat selepas selesai kuliah sarjana, dosen pembimbing skripsi saya mengajak saya untuk melakukan asesmen terhadap salah satu program pengentasan kemiskinan di salah satu kementerian. Sejak saat itu saya jadi lebih tertarik untuk mendalami isu-isu terkait pembangunan."
Saat mendaftar beasiswa LPDP, Arip memilih Maastricht University untuk melanjutkan studi magister Kebijakan Publik dan Pembangunan Manusia. Alasan lain pemilihan kampus itu adalah karena dirinya ingin kembali berkuliah di Eropa setelah berhasil menyelesaikan magister ekonomi di Prancis.
Ketertarikan Arip terhadap masalah kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan mengantarkan dirinya menyusun tesis tentang dinamika kemiskinan di Indonesia pada tahun 1993-2006. Tidak berhenti hingga di sana, setelah lulus master di tahun 2014, Arip kemudian mengambil program PhD di kampus yang sama dan beasiswa LPDP.
Tesis untuk program PhD-nya tersebut mengambil isu tentang perbedaan distribusi kesejahteraan di antara tiga negara penyumpang 40 persen populasi dunia (China, India, dan Indonesia).
Berkarier di Sekretariat ASEAN
Selepas merampungkan studi S3-nya di University-MERIT Belanda dengan mengambil program ekonomi, Arip terafiliasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ia membantu Sekretariat Wakil Presiden dn Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).
Lalu, Arip pun bekerja di Sekretariat ASEAN hingga saat ini. Ia tergabung di bagian Departemen ASEAN Economic Community (AEC), yang merupakan satu dari tiga pilar ASEAN Community.
Di sana, Arip memiliki tugas untuk me-monitoring inisiatif yang tengah dilakukan dalam bidang ekonomi. Inisiatif tersebut kemudian ia laporkan ke level technical level, Senior Official, menteri hingga pemimpin negara.
"Sebagian besar tugas disini adalah lebih ke arah koordinasi. Jadi fungsinya mulai dari technical-nya dari level bawah sampai ke high level policy issue ke ministerial dan pemimpin negara." ujar Arip saat diwawancarai di sela-sela kesibukan kerjanya.
Menurutnya, pengambilan studi dan karier yang tidak linear tidak menjadikan dirinya sia-sia. Ia menjadi banyak pengalaman dan pengetahuan tentang berbagai macam ilmu.
"Karier saya sebenarnya lebih ke arah tidak linear. Jadi saya pernah di bidang marketing, kemudian bidang pendidikan, kemiskinan, dan stunting, dan kalau sekarang balik lagi ke ekonomi, jadi lebih generalis," katanya
(cyu/faz)