Mereka adalah Kenneth William Santoso dan Davrell Mylka Jowkins, siswa kelas 10 Binus Binus School Simprug yang berhasil membuat inovasi mesin pembuat tempe portable bernama I-Tempeh Project. Karya keduanya dipamerkan di Austria baru-baru ini.
Kepala Sekolah Binus School Simprug, Isaac Koh, menyampaikan apresiasinya terhadap karya kedua siswanya tersebut. Menurutnya, karya tersebut harus terus didukung untuk mengasah potensi yang dimiliki sehingga dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat.
"Di sini, kami percaya dalam mendorong siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka dan mendukung mereka dengan sumber daya untuk mencapainya pada tingkat setinggi mungkin," jelas Isaac, dalam konferensi pers di Binus School Simprug, Jakarta, Rabu (27/9/2023).
Cara Kerja I-Tempeh
Kenneth menjelaskan, konsep di balik teknologi ini relatif sederhana yakni melibatkan pengendalian seluruh tahapan pengolahan tempe, mulai dari langkah awal seperti pencucian, perebusan, hingga pembuangan kedelai dan sekam.
"Langkah pertama mesin adalah merendam kedelai selama 6 jam sambil bergetar bolak-balik untuk memastikan terpisahnya kulit dari biji. Kedua, mesin akan merendam kedelai dan air hingga suhu mendidih. Ketiga, mesin akan meningkatkan kecepatan putarannya untuk memastikan pemisahan mutlak kulit dari bijinya," jelas Davrell.
Kenneth menambahkan, mesin tersebut juga menggunakan ragi sebagai bahan dasar pengolahan kedelai menjadi tempe. Suhu mesin menyesuaikan dengan suhu ruangan, lengkap dengan sirkulasi udara yang bisa memfasilitasi proses fermentasi.
"Hasil dari proses terkendali ini pada akhirnya terciptalah masakan tempe. Mesin ini menjalankan seluruh proses mulai dari kedelai hingga tempe, sehingga menawarkan kualitas yang konsisten kepada konsumen dan lebih sedikit pekerjaan," tutur Kenneth.
Dipamerkan di Eropa
Inovasi mereka tersebut telah dipamerkan kepada masyarakat Eropa dalam acara Ars Electronica Festival 2023 yang digelar di POSTCITY Linz di Linz, Austria, pada 6-10 September 2023. Dalam acara tersebut, Kenneth dan Davrell mengusung tema "Tempeh Universe: Revealing the Secret of Tempeh- Indonesian Food Heritage and Vegan Life".
Dalam pameran tersebut, Kenneth dan Davrell didampingi oleh Dr Savita sebagai mentor penelitian, Dr Rinda Hedwig selaku pembimbing penelitian kelompok, dan Marcel Saputra selaku Research, Development Coordinator dari departemen Teknik Komputer Binus University, dan Chef Trias Septyoari Putranto.
Savita mengatakan bahwa I-Tempeh ini mendapatkan respons positif dari warga Eropa yang datang ke booth pameran mereka. Mesin Portable Pembuat Tempe ini rencananya akan dipasarkan di negara-negara non-Asia, kecuali Jepang, dengan tujuan untuk mempromosikan masakan tradisional Indonesia ke dunia internasional.
"Selama pameran kami di Austria, respons yang kami terima sangat antusias. Terbukti banyak masyarakat di Eropa yang sangat tertarik dengan teknologi pengolahan tempe ini, dan mereka juga terlihat menyukai masakan berbahan tempe," ungkapnya.
Selama pameran, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Austria (KBRI/PTRI) pun turut hadir dan memberikan dukungan kepada delegasi Binus School Simprug sebagai perwakilan Indonesia.
Ars Electronica Festival sendiri merupakan pameran yang memadukan berbagai bidang, diantaranya ilmu pengetahuan, bisnis, kreativitas, seni, dan kearifan lokal dari seluruh dunia. Beberapa karya anak muda dari berbagai negara ditampilkan di sana seperti VR, robotika, hingga alat bioteknologi.
(cyu/twu)