Cerita Gia, Mahasiswa IISMA yang Jajal Jadi Asisten Riset Kampus AS

ADVERTISEMENT

Cerita Gia, Mahasiswa IISMA yang Jajal Jadi Asisten Riset Kampus AS

Trisna Wulandari - detikEdu
Kamis, 21 Sep 2023 18:30 WIB
Gia, mahasiswa IISMA asal Unair di UC Davis, AS.
Ini cerita Gia, mahasiswa Indonesia asal Unair yang kuliah di Amerika Serikat lewat IISMA. Foto: Dok Unair
Jakarta -

Ni Made Prami Dewanggi terpilih menjadi peserta pertukaran mahasiswa Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2023 di University of California (UC) Davis. Tak hanya itu, mahasiswa Universitas Airlangga ini juga menjadi asisten riset.

Gia menuturkan, ia berkesempatan menjadi asisten riset di salah satu satu lab neuroscience kognitif. Di sana, mahasiswa Fakultas Psikologi (FPsi) Unair ini salah satunya berkesempatan mempelajari cara kerja electroencephalogram (EEG), pemeriksaan untuk mendeteksi penyakit maupun kelainan pada otak dan saraf.

"UC Davis memiliki fasilitas yang lengkap untuk menunjang penelitian di bidang cognitive neuroscience. Sehingga, dengan menjadi research assistant, saya bisa belajar hal-hal yang saya tidak bisa pelajari di Indonesia, seperti cara mengoperasionalkan EEG," katanya, dikutip dari laman kampus, Kamis (21/9/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kuliah di Amerika Serikat

Di kelas sendiri, mata kuliah terkait cognitive neuroscience juga baginya memberi kesan unik sendiri. Sebab, dosen pengampu Sean Noah, PhD tidak mewajibkan mahasiswa ikut kuliah dan membagikan donat di akhir kelas.

"Setelah final exam mata kuliah ini, saya menangis terharu di luar kelas karena rasa sedih harus menyelesaikan mata kuliah ini. Saya merasa, mata kuliah cognitive neuroscience dan Bapak Sean Noah telah memberikan dampak yang besar di hidup saya," katanya.

ADVERTISEMENT

Gia menuturkan, sebagian perkuliahan di UC Davis yang ia rasakan terdiri dari sesi kuliah di kelas (lecture session). Dosen-dosen menyampaikan materi sesuai kontrak kuliah. Namun, ada juga sistem belajar yang berbentuk tugas kelompok.

Di UC Davis, sambungnya, dosen juga menyediakan sesi tambahan 1 jam bagi mahasiswa yang ingin dijelaskan lebih lanjut terkait materi kuliah. Kebijakan ini disebut sistem office hour.

Terlepas dari itu, kampus barunya menurut Gia mendorong mahasiswa membaca buku referensi sebelum berkuliah. Bahan-bahan tersebut akan jadi rujukan di ujian maupun kuis.

"Memilih salah satu kampus yang berada di Amerika Serikat akan membuat perspektif saya lebih terbuka tentang bagaimana salah satu negara yang memiliki universitas terkemuka menjalankan proses edukasi," katanya tentang alasan memilih studi di sana.

Gia berharap, kuliah jauh di negeri orang sepanjang Agustus-Desember 2023 dapat membekalinya ilmu yang bermanfaat bagi masyarakat di Tanah Air nanti.

"Saya ingin membagikan ilmu-ilmu yang saya dapatkan kepada orang-orang yang belum memiliki kesempatan yang sama dengan saya. Selain itu, pengalaman exchange ini akan saya gunakan sebagai fondasi utama untuk berkontribusi kepada negara. Seperti memajukan bidang cognitive neuroscience di Indonesia," pungkasnya.




(twu/nwk)

Ranking PTN

Berikut daftar 5 Perguruan Tinggi terbaik Indonesia
Hide Ads